Kay dan keluarganya pergi kerumah opa dan omanya termasuk Ara dan Dariel yang menyusul karena tak mungkin mereka absen mengingat Kenan yang memintanya. Kini Jesica tampak sibuk didapur ditemani sang mertua dan Kay yang sekarang ikut-ikutan senang berada untuk menyentuh semua peralatan masak.
"Cucu Oma udah siap nih jadi bapak rumah tangga."
"Iya dong Oma tapi Daddy sama mommy tetep ga ngijinin aku nikah Oma." Kay mengadu.
"Bukan ga ngijinin Kay, Daddy pinginnya kamu selesain sekolah dulu." Jesica yang mendengar ocehan anaknya langsung meralat pengaduan tadi.
"Ngomong nikah itu emang udah ada calonnya?"
"Udah dong Oma.."
"Sama siapa sih?perasaan Oma pernah kenal pacarnya Abang."
"Sama Ran Oma, anaknya opa Dani."
"Oh...cucu nya Dani. Coba bujuk opa nanti opa yang bilang ke Daddy." Omanya membuat Kay tersenyum. Kini ada harapan untuk segera menikahi Kiran sementara Jesica menggelengkan-gelengkan kepalanya.
"Ga papa ya ka daripada anaknya nagih terus."
"Sica gimana bapaknya aja mah.."
"Oma, opa sukanya apa?biar Kay masakin."
"Duh...nyogok ceritanya."
"Namanya juga usaha mom."
"Bikinin aja apapun yang spesial bikinin Abang, opa pasti suka."
"Aku bikinin eclair aja pake toping cream keju opa kan sama kaya aku suka keju." Kay benar-benar bersemangat.
"Iya, boleh jangan lupa Oma juga bikinin satu."
"Siap Oma.." Kay langsung mengambil semua bahan yang dia perlukan. Saat membuka salah satu lemari untuk mengambil bahan entah kenapa Kay merasakan sesuatu didalam perutnya. Dia sepertinya harus berlari sekarang. Kay segera menuju toilet dapur dan muntah di closet yang ada disana. Muntah tak jelas bahkan dia melihat tak ada makanan atau apapun yang keluar disana hanya ada sisa-sisa ludahnya saja. Kay segera menekan tombol flush dan kembali kedapur.
"Kenapa bang?"
"Mual perut aku."
"Kok bisa?"
"Kayanya eneg liat mommy megang-megang ikan itu."
"Masa sih?"
"Bau amisnya kali ka.."
"Udah aku cuci bersih kok mah, malah udah aku tambahin jeruk. Wangi kok..." Jesica menciumi masakannya takut-takut yang dikatakan mertuanya itu benar tapi tak ada yang salah dengan ikannya. Kini Kay menggosok-gosok perutnya sendiri lalu mencari air hangat.
"Kalo ga kuat udah aja di depan."
"Kuat kok mom, aku kan mau masak buat opa."
"Ya udah pake dulu minyak kayu putih atau apa supaya ga mual."
"Udah engga kok." Kay kembali dengan bahannya namun dia tak berniat melihat kembali ibunya dan berusaha menjaga jarak agar aroma ikannya tak sampai di hidungnya. Di lain tempat Jay sibuk mengurusi Kris yang tak mau diam. Dia benar-benar adik yang aktif. Hanya satu yang membuat diam yaitu makan.
"Abang...Klis ikut Abang."
"Ikut kemana?"
"Ikut ke Jogja.."
"Ngapain?"
"Naik kuda.."
"Naik kuda jauh-jauh banget ke Jogja, minta Daddy cariin disini aja."
"Sama kakak aja yuk naik kuda tapi Kris harus nginep dirumah kakak." Ara mulai berkomentar ketika mendengar keinginan Kris.
"Sama mommy kak?"
"Engga, ga sama mommy."
"Ga mau."
"Tadi ikut Abang kan ga ada mommy juga.."
"Engga, mommy ikut."
"Kata siapa?ngarang nih." Ara senyum-senyum sendiri.
"Jay masih suka ke dokter?"
"Sesekali aja opa."
"Tapi udah sehat kok keliatannya." Ucap opa sambil menepuk-nepuk bahu tegap Jay.
"Ya....ga sehat gimana opa, pasti pacaran mulu disana."
"Enggalah kak, aku belajar."
"Klis juga belajar opa.." Kris tak mau kalah.
"Kris kapan masuk TK?"
"3 tahunan lagi kayanya yah..." Jawab Kenan.
"Udah pinter nih kayanya Kris."
"Iya pinter bikin cape yah, kesana kesini, ngomong itu ini, semua aja diomongin padahal baru denger ga tau artinya apa." Kenan senyum-senyum sendiri jika mengingat semua tingkah laku Kris yang luar biasa aktifnya.
***
Semua teman-teman Kiran sedang menikmati hidangan seafood yang ada. Mereka benar-benar merayakan kelulusan Kiran dengan meriah tak terkecuali baskara yang duduk tepat disamping Kiran. Tampaknya Baskara menjadi salah satu bos favorit disana. Mungkin...hal itu dikarenakan sifatnya yang tak sombong dan mudah bergaul dengan siapapun.
"Kayanya suka banget kerang ijo..."
"Iya ga tahu kenapa berasa enak banget."
"Kokinya hebat nih, mau lagi?aku pesenin."
"Ga usah ga papa.."
"Eh daripada ngiler nanti.." Baskara memaksa dan akhirnya memanggil sang pelayan untuk menyajikan lagi makanan yang disukai Kiran itu.
"Sekalian minum-minum boleh ya pak..." Seseorang berbicara dari ujung kursi.
"Tapi jangan banyak-banyak ya, saya ga mau besok habis pulang ini kalian ada yang ga masuk."
"Siap pak, besok kita masuk kok." Sorak rekan kerja Kiran yang lain.
"Tulisan Ran hebat nih bikin trending mulu.."
"Makasih Bal.." Kiran dengan ramah kepada temannya Iqbal.
"Udah cantik, baik, pinter lagi.." Iqbal terus memuji sementara Kiran hanya menanggapi dengan senyuman.
"Pulang aku anterin mau?" Goda Iqbal.
"Engga usah, aku bawa mobil."
"Duh gagal deh.." Iqbal membuat temannya yang ada disamping tertawa. Tidak lama Handphone Kiran bergetar dan tertulis nama 'bapak negara' disana.
"Kayanya ada yang telepon Ran.."
"Oh iya Bas, aku angkat dulu." Kiran segera mengangkat panggilannya.
- Halo...
- Masih dimana sayang?
- Masih di restonya, kenapa?kamu udah di Bandara?
- Aku masih dirumah opa.
- Berangkat jam berapa?.
- Jam 10 nanti.
- Hati-hati ya sayang, cepet telepon aku kalo udah sampe.
- Iya sayang, berapa orang yang ikutan makan disana?"
- Hm..15an mungkin yang.
- Ya udah aku cuman pingin tahu kamu dimana. Jangan pulang malem-malem ya, I love you.
- Love u too
Kiran menutup teleponnya lagi. Dia melihat jam digital di Handphonenya dan menujukkan pukul 8 malam. Masih terlalu dini untuk pulang. Dia kembali dan duduk disana.
"Nih kepingin kamu.." Baskara langsung menyodorkan sepiring kerang hijau yang begitu menggoda dimata Kiran. Tangannya seolah otomatis melahap kerang-kerang itu.
"Ran nih minumannya.." Wina menyodorkan sebuah gelas kecil. Kiran meraihnya lalu meminumnya sekali teguk.
"Jangan banyak minum nanti pusing." Baskara lagi-lagi perhatian.
"Ga enak, anak-anak yang lain pada ngasih masa aku tolak."
"Iya tapi yang wajar aja."
"Oke bos." Kiran menurut tanpa banyak berkomentar lagi sampai dimana dia merasa akan ada sesuatu yang ingin keluar dari mulutnya. Dengan cepat dia berjalan kearah kamar mandi dan memuntahkan isiannya disana. Berkali-kali cairan itu keluar dan membuat Kiran terus membuka mulutnya. Kiran segera mengambil tisu dan menekan tombol flush saat muntahannya itu mereda. Dia keluar lagi dari toilet dan menuju westafel. Dia mencoba berkumur-kumur dan mengusap area mulutnya.
"Kenapa Ran?"
"Ga papa, mungkin kekenyangan aja." Kiran segera mendorong piringnya sambil mengusap pelan kepalanya sementara Baskara yang disampingnya tahu ada sesuatu yang tak beres dari perilaku Kiran tadi tapi dia tak mau terlalu perhatian, itu terlalu mencolok apalagi di depan karyawannya yang lain.
***To Be Continue