WARNING!!Dalam cerita ini mengandung percakapan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini
Tiara membuka matanya perlahan kemudian meregangkan badannya. Dia yakin hari telah pagi. Kini dia kembali meringkuk membiarkan selimutnya menempel erat di badannya. Tiara terdiam sejenak seolah mengumpulkan nyawanya. Disampingnya Jay masih tertidur juga. Dia begitu tenang.
"Lucu banget sih kalo lagi tidur.." Tiara memandangi suaminya itu. Kini wajah Jay beralih kepadanya. Awalnya Jay hanya tertidur namun tiba-tiba matanya juga ikut terbuka. Jay mengedip-ngedip sebentar seolah memastikan pengelihatannya. Bayangan Tiara kini terlihat jelas di depannya.
"Tiara?!!kamu ngapain?" Jay segera beranjak dari tempat tidurnya. Dia bahkan sempat terjatuh kebawah saat mencoba turun dari ranjangnya. Tiara terkejut dan langsung terduduk. Kenap Jay bersikap seperti itu?.
"Ngapain?"
"Iya, kamu ngapain tidur disini?kalo Daddy tahu bisa marah." Ucapan Jay disambut tawa oleh Tiara.
"Kenapa kamu ketawa?kamu harus keluar Tiara."
"Bang...kita udah nikah." Tiara menunjukkan cincin dijari manisnya. Kini Jay melihat juga kearah tangannya. Ya ampun...bagaimana bisa di lupa jika sudah menikah?Jay kini tersenyum sendiri tepatnya malu.
"Maaf Tiara aku lupa. Aku kaget." Jay sudah bertingkah biasa lagi. Kini dia berjalan menuju tempat tidur. Dia duduk dipinggirnya.
"Kamu mau kemana?" Jay segera meraih tangan Tiara saat istrinya akan beranjak.
"Aku mau mandi. Aku malu.."
"Kenapa malu?"
"Hm...aku baru bangun tidur."
"Kamu jauh lebih cantik kalo bangun tidur." Puji Jay meskipun dia juga malu dengan penampilan berantakannya apalagi tadi dia sempat terjatuh.
"Aku mandi dulu ya bang, keburu siang."
"Iya.." Jay melepaskan genggamannya. Tiara segera pergi ke kamar mandi. Dia mulai membersihkan dirinya sekarang.
"Apa yang harus aku lakuin hari ini?Jay pasti minta lagi nanti." Tiara berpikir sendiri. Meskipun tak tahu kapan Jay akan memintanya tapi entah mengapa dia sudah gugup dari sekarang. Jay sendiri sekarang melompat-lompat girang. Dia terus memandangi cincin nikahnya. Ini benar. Dia sudah menikah. Ini hari pertamanya jadi suami. Ah...ini menyenangkan. Di lain tempat Keluarganya sudah berkumpul untuk sarapan. Kenan sengaja menyewa beberapa vila dengan kapasitas 10 kamar untuk setiap keluarganya dan keluarga besannya.
"Mana pengantin baru?" Tanya Kenan saat mencoba mengabsen anak-anaknya.
"Maklumlah Ken, pasti bangun siang." Dena menjawab.
"Iya dad..pasti cape.." Kay mendukung ucapan Dena.
"Ya udah kita makan aja .." Kenan pasrah. Dia mulai membuka piringnya.
"Triplets mau mamam juga?" Jesica melihat kearah Ravin yang duduk sambil melihat-lihat menu sarapan mereka. Anak itu menjawab dengan suara kecilnya.
"Sini sama Oma.."
"Mommy makan dulu aja. Biar Dariel aja." Menantunya itu dengan baik hati menyuapi Ravin.
"Lumayan heboh dong ngurusin Triplets Ra?" Dena melihat bagaimana Ara dan Dariel sibuk dengan ketiga anaknya.
"Iya Tante, pagi, siang, malem pokoknya rame terus."
"Tapi udah gedenya enak. Tinggal diem aja.. Kalo Ran udah berapa bulan?"
"5 bulan Tante.."
"Udah tahu cewek atau cowok?"
"Jadi kemarin di Australi Kay udah coba USG Tante tapi anaknya sembunyi terus. Beberapakali pasti aja gitu. Kita jadi ga tahu deh jenis kelaminnya." Kay bercerita.
"Wah...mau bikin surprise itu.." Fahri berkomentar.
"Iya kayanya om tapi mau apapun Kay sama Ran seneng."
"Lahiran disana dong?"
"Iya om, om main dong kesana."
"Iya..nanti kapan-kapan main."
"Bunda, ayah sama Rafi belum turun juga ya Ran?" Jesica baru menyadari tidak ada besannya yang lain disana.
"Iya, bentar lagi katanya."
"Hari ini kita kemana Dad?" Tanya Ara.
"Hari ini kita main air pokonya di Nusa dua.."
"Klis berenang dad.."
"Iya sayang, kesenangan Kris nih.." Jesica senang melihat antusiasnya Kris karena bermain air belum lagi ada cucunya Triplets yang sepertinya akan terlihat lucu. Tidak lama Marsha, Arbi dan Rafi ikut bergabung. Mereka sarapan bersama diselingi beberapa obrolan keluarga yang semakin menunjukkan keakbraban. Ini pertanda baik setidaknya suasana semakin tambah ramai.
"Tuh pengantin baru.." Kay menyiriki Jay dan Tiara yang datang padahal acara sarapan mereka mau selesai.
"Aku ga papa kok.."
"Itu keliatan sedikit biru." Tiara memberi komentar saat melihat lengan Jay.
"Kenapa?" Tanya Jesica.
"Aku jatuh..."
"Wow...sampe jatuh." Komentar Kay membuat Ara tertawa kecil.
"Coba liat mommy.."
"Ga papa kok mom cuman biru dikit." Jay menarik kursinya lalu duduk. Di meja makan tak ada yang berani menanyakan kenapa padahal biasanya hal itu yang akan dilakukan orang pada umumnya jika melihat seseorang terjatuh. Jay dan Tiara pun sarapan sementara yang lainnya melanjutkan mengobrol.
***
Disaat semua sedang asyik bermain-main air. Jay mencuri-curi waktu untuk menarik Kembarannya.
"Kenapa?" Tanya Kay saat mereka mencari tempat dipinggir pantai untuk berbicara.
"Aku bingung, bantuin."
"Bantuin apa?soal malam pertama?" Tebak Kay membuat Jay mengangguk-ngangguk cepat.
"Kenapa?kemarin ga lancar makannya sampe jatuh segala?." Kay meledek ingin tertawa.
"Kita belum lakuin itu."
"Kenapa?"
"Tiara kecapean."
"Belum apa-apa masa udah cape."
"Kay...bantuin aku.."
"Apa yang kamu pingin tahu?"
"Apa itu sakit?Tiara bilang bakalan sakit."
"Buat cewek pasti gitu Jay, kita juga pasti ada ngilu-ngilunya dikit apalagi kalo ga masuk-masuk tapi udah tegang."
"Kalo sakit kenapa dilakuin?aku kasian sama Tiara."
"Tenang Jay, itu cuman pertama aja. Kesananya nikmat..." Kay senyum-senyum.
"Aku harus gimana supaya Tiara ga sakit?"
"Lakuin foreplay.."
"Apa itu?"
"Ya...pemanasan."
"Kaya olahraga?"
"Ya semacam itu tapi gerakannya berbeda."
"Ajarin aku Kay, ajarin.." Jay mendesak.
"Makannya pake lingerie jadi hot."
"Aku udah kasih tapi Tiara belum buka."
"Oke. Pertama Tiara pake itu terus pas dia tunjukkin depan kamu, kamu puji-puji tuh. Cantik, seksi atau apa gitu.."
"Itu yang namanya foreplay?"
"Ya..bisa dibilang gitu tapi belum selesai."
"Apalagi Kay?kasih tahu."
"Kamu perlakuin mesra, cium-cium, kamu jilat-jilatin.."
"Apa yang dijilat?"
"Hm...itunya supaya basah jadi ga sakit."
"Itunya apa?apa yang harus aku jilat dari Tiara?"
"Sini.." Kay membuat gerakan dengan tangannya. Ketika Jay mendekat dia langsung membisikkan maksudnya.
"Hah?kamu bohongin aku ya?masa itu dijilat?"
"Kita butuh cairannya sebagai pelumas, aku yakin Tiara pasti ngelakuin hal yang sama ke kamu."
"Dia jilatin aku?"
"Bukan, kamu arahin kepunyaan kamu ke dia nanti juga dia gerak sendiri."
"Ah...aku takut Kay. Aku takut Tiara marah."
"Ga usah takut. Kamu lakuin aja dulu pasti bisa dan jangan lupa juga mainin dadanya." Kay dengan sambil melakukan gerakan tangan. Jelas payudara ada favorit Kay.
"Dada?kenapa sama dadanya?"
"Ya..kamu remes-remes, kamu isep-isep kaya anak bayi."
"Aku kan udah gede. Aku ga butuh susu."
"Ya ampun...ga akan keluar ASI kok Jay. Itu cuman rangsangan dijamin kamu suka."
"Apa iya?aku harus nyusu?"
"Iya Jay dan jangan lupa desah-desah pasti tambah seru."
"Desah-desah?"
"Ah...ah...Ahhh.." Bisik Kay di telinga adiknya.
"Ih kamu apa-apaan.." Jay mendorong Kay sampai dia tersungkur di pasir. Kay tak marah tapi hanya tertawa.
"Aku seurius Jay, pasti deh kamu ga tahan untuk ga bersuara."
"Aku takut berisik.."
"Ga papa Jay wajar. Denger aku, malam ini kamu tidur pake bokser doang."
"Biar apa?"
"Biar ga ribet bukaannya."
"Oh gitu..iya nanti aku pake bokser aja."
"Jangan bokser Spongebob tapi yang biasa aja ya. warna apa gitu kalo perlu yang ketat."
"Kenapa harus ketat?"
"Supaya batang kamu keliatan menggodanya."
"Iya-iya Kay." Jay menurut.
***To be continue