webnovel

I don't know you, but I Married you

Kenan sudah pasrah, keinginannya untuk menikahi kekasih 8 tahunnya hanya tinggal mimpi. Karena permusuhan kedua orang tuanya mereka gagal untuk melangkah ke pelaminan. Baru saja patah hati ayahnya langsung meminta Kenan untuk menikah dengan wanita pilihannya. Siapa kah dia??apa mungkin dia bisa mengobati luka hati Kenan atau justru sebaliknya??

Keyatma · Adolescente
Classificações insuficientes
521 Chs

Kilas Berita

Kiran sibuk membalas beberapa email di kamarnya sementara Keyla bermain dengan nenek dan kakeknya di taman. Tangannya bergerak dengan lincah sementara matanya fokus menatap layar. Sesekali dia melihat jam di dinding karena takut kelamaan bekerja. Bisa-bisa ayahnya protes karena Kiran mengutamakan pekerjaan dibanding Keyla. Suara dering telepon berbunyi. Kiran segera menggunakan headset bluetoothnya.

- Halo.

- Kamu dimana?.

Kiran dapat mengenali itu suara suaminya.

- Lagi dikamar.

- Lagi ngapain?nidurin Keyla?.

- Kerja. Keyla lagi main sama bunda sama ayah.

- Oh...

- Mas mau ngobrol?

- Engga, sekali-sekali aku pingin ngobrol sama bundanya.

Kay senyum-senyum dibalik telepon.

- Jangan sekarang deh ya aku lagi bales email dulu.

- Oh iya maaf ganggu.

- Engga, ga papa.

- Ya udah aku cuman mau ngabarin besok siang aku pulang.

- Yakin udah selesai?

- Iya udah, tiket udah aku beli. Sebelum terbang nanti aku kabarin.

- Iya hati-hati.

- Ya udah bye..

Kay menutup teleponnya dengan sedikit kecewa. Dia padahal ingin berbicara dengan Kiran. Dia ingin berbicara tentang hubungan mereka yang terasa berbeda. Itu tak bisa dibiarkan. Bisa-bisa rumah tangannya terancam nanti. Kay tak mau. Dilain tempat Jay terpaku duduk di pinggir ranjangnya memperhatikan Tiara yang sedang melipat bajunya ke dalam koper. Melihat dia berkemas saja Jay sudah dibuat merana apalagi 3 hari tanpa Tiara. Dia tak tahu harus akan bagaimana. Mungkin dia hanya akan menjadi seorang biksu yang diam dan menyucikan diri di kamar. Kedua tangannya tertahan di paha untuk menopang wajahnya. Tiara yang melihat tingkah Jay hanya tersenyum kecil. Dia mirip Zidan sekarang.

"Aku cuman 3 hari bang."

"Apa ga bisa lebih cepet?."

"Kalo bisa pun aku pasti pulang."

"Apa aku boleh ikut?."

"Bang..inikan soal kerjaan."

"Aku ini pemilik saham rumah sakit secara ga langsung aku bos kamu."

"Ya terus mau apa?Abang ga profesional kalo sampe melibatkan diri dalam urusan aku. Inikan kerjaan bukan rumah tangga."

"Zidan yang pingin ikut kamu. Aku nemeni dia, aku jagain Zidan." Alasan Jay membuat Tiara tersenyum kecil.

"Apa iya Zidan ngomong gitu?"

"Dia ngomong sama aku pake bahasa bayi."

"Abang ngerti bahasa bayi?"

"Aku ngerti.." Jay terus berusaha memaksa agar bisa ikut. Dia bahkan memperagakan bahasa bayi yang selalu dia dengar saat Zidan berteriak kecil. Tiara semakin dibuat lucu. Kini dia menutup resleting kopernya lalu mendorong ke suatu sudut. Selesai itu dia menghampiri Jay. Dia berdiri dihadapannya dengan kedua tangan memainkan rambut halus suaminya.

"Aku pergi sebentar sayang, aku telepon nanti. Abang harus belajar ditinggalin aku."

"Aku ga suka kita pisah gini. Biasanya kita kemana-mana suka bareng."

"Ga akan kerasa kok bang. Abang bisa Quality time bareng Zidan."

Pinginnya sama kamu juga." Jay menarik pinggang Tiara agar lebih dekat.

"Oke aku pulang, kita pergi."

"Sini.." Jay menarik wajah Tiara untuk menciumnya tapi belum juga menempel suara dering handphone Tiara mengganggu. Tiara menyakunya. Itu dari dokter Mike. Jay bisa melihat nama itu lagi saat Tiara menggenggam handphonenya tepat di depannya.

"Bentar ya.." Tiara segera meninggalkan Jay keluar kamar. Sementara Jay jadi terheran-heran kenapa lelaki itu menelpon Tiara. Jay kini meraih handphonenya juga. Dia mencoba menelpon seseorang.

- Halo.

- Mario tolong aku.

- Kenapa bos junior?

- Cari tahu soal Dokter Mike dirumah sakit Tiara.

- Siap bos.

- Pokoknya cari sebanyak mungkin dan apa hubungannya dengan Tiara.

- Oke bos.

- Aku pingin cepet.

- Saya usahain bos.

- Makasih.

Jay menutup teleponnya. Sejak penculikan itu dia dekat dengan Mario dan siapa sangka Jay memanfaatkan hal itu untuk mencari tahu tentang semua hal yang membuat dia penasaran. Bukan cuman soal Tiara. Waktu itu dia pernah meminta Mario untuk mencari tahu asal usul salah satu Manager yang dia curigain telah melakukan tindak kecurangan di kantornya. Kini Jay sudah mulai curigaan seperti Kenan.

***

Siang ini perasaanya tak enak. Kiran merasa gelisah tapi tak tahu kenapa. Tidur semalam pun berasa tak nyenyak. Ada sesuatu yang dia pikirkan tapi itu begitu banyak jadi...Kiran tak tahu pikiran mana yang membuatnya gelisah. Keyla terlihat sedang menonton tv ditemani Marsha dan Arbi. Kiran yang tak enak hati kini mulai menghubungi Kay.

- Halo sayang, baru aja aku mau telepon kamu.

Secepat Kilat Kay langsung menjawab panggilannya. Dia tak mau istrinya menunggu lama dan mengamuk.

- Mas dimana?.

- Baru sampe Bandara sayang, kalo ga delay sore aku sampe.

- Nanti aku jemput.

- Oke.

- Hm...kemarin maaf aku ga telepon lagi, aku sibuk ngurusin Keyla. Dia mulai protes gara-gara matanya jadi sedikit rewel.

- Iya ga papa. Apa makin parah?

- Engga, cuman kayanya dia sebel aja ada yang ngalangin.

- Ya udah besok kita ke dokter lagi aja jangan nunggu lagi. Keyla udah ngerasa ga nyaman kayanya.

- Dia bilang kadang-kadang sakit.

- Sakit?mau kamu bawa ke dokter sekarang?

- Engga nanti aja deh, mungkin efek dia sering usap-usap makannya sakit. Dia sekarang diem lagi.

- Lagi apa anaknya?

- Lagi nonton Barbie.

- Ya udah nanti aku kabarin.

- Mas..kemarin mau ngomong apa?.

- Nanti aja dirumah.

- Aku udah penasaran nih sampe ga enak hati.

- Ga enak hati?.

- Aku ga bisa tidur tahu jadi cepet daripada kepikiran mau ngomong apa?.

- Habis aku pulang kita dinner?berdua?apa mau?aku reservasi tempat?.

- Jadi soal ajakan makan aja?.

- Ya makan juga sambil ngobrol-ngobrol. Udah lamakan kita ga ngobrol berdua.

- Dirumah juga bisa.

- Oke. Kita masak. Boleh Keyla titipin dulu bentar dirumah bunda?

- Nanti aku coba bujuk anaknya.

- Kamu...belakangan ngingetin aku sama jaman-jaman kuliah.

- Jaman kuliah gimana?.

- Juteknya, dinginnya, lagi ngetes aku ya?pingin aku gombal-gombal kaya dulu lagi?ngintilin kamu lagi?atau pingin apa?.

Canda Kay agar Kiran tak marah disebut jutek.

- Maaf...aku ga sadar.

- Nanti kita bicara lagi ya, aku mau masuk pesawat dulu.

- Oke hati-hati.

- Iya.

- Mas.

- Hm..

- I love you.

- I love you honey, I Miss You. Maafin aku ya, aku pasti pulang hari ini.

Kay mengakhiri pembicaraan membuat Kiran senyum-senyum. Sepertinya ini saatnya memperbaiki hubungannya dengan Kay.

"Key..coba liat bunda.." Kiran segera menghampiri anaknya dan melihat kondisi matanya.

"Hari ini ayah pulang, besok kita ke rumah sakit." Kiran mencium anaknya kasihan. Dia pasti tersiksa dengan benjolannya. Kali ini Kiran menemani Keyla menonton. Awalnya Kiran hanya duduk disana sambil bermain handphone sampai tayangan beralih ke kilas berita yang membicarakan jatuhnya salah satu pesawat penerbangan dari Bali ke Jakarta.

"Yah..volumennya gedein.." Pinta Ran pada ayahnya dengan rasa terkejut. Dia menyimak berita itu dengan seksama sampai dia sadar ada yang salah. Kay..naik pesawat itu. Matanya mulai berkaca-kaca. Tangannya menutupi mulutnya sendiri seakan ingin berteriak ini tidak mungkin. Baru setengah jam yang lalu dia berbicara dengan Kay.

"Ran...?" Marsha mulai duduk tegak dan aneh dengan perubahan raut wajah anaknya. Kiran bahkan menangis.

"Buna..." Keyla ikut memanggilnya.

***To Be Continue