Jesica sudah sibuk di dapur pagi-pagi. Dia kini terlihat memotong buah untuk bekal Kenan ke kantor
"Yang mobilnya mau datang tuh nanti siang katanya." Kenan sudah berada disamping Jesica dan mencium pipi istrinya.
"Duh garasi udah penuh Mas."
"Mobil kamu yang lama kasiin ke Pak Kahar aja ya, ucapan terima kasih aja selama ini dia yang bantu-bantu kita."
"Kata Mas mobilnya udah tua masa dikasihin ke orang sih."
"Nanti Mas masukin bengkel dulu supaya dibenerin takut-takut ada yang rusak jadi bagus lagi kan."
"Ya udah terserah Mas aja."
"Kamu yang ngomong aja ke Pak Kaharnya ya."
"Kenapa ga Mas?"
"Ya udah oke ntar Mas yang ngomong."
"Mas lebay deh sampe beli mobil ga enak sama anak-anak."
"Ya ga papa mereka udah Mas kasih satu-satu, giliran istri Mas yang Mas manjain."
"Makasih Mas."
"Nah gitu dong dari kemarin jangan protes aja." Kenan membuat Jesica tersenyum.
"Hati-hati ya sayang bawa mobilnya." Kenan sambil menarik kursi dan duduk disana.
"Mas..udah dong jangan diinget-inget terus." Jesica menyimpan pisaunya lalu mendekati suaminya.
"Mas cuman masih kepikiran aja sayang." Kenan membuka lebar pahanya memberikan ruang kecil untuk Jesica agar bisa berdiri dihadapannya.
"Aku ga papa Mas." Jesica melingkarkan tangannya dipundak Kenan.
"Iya-iya Mas lupain sayang." Kenan mengarahkan wajahnya ke atas untuk melihat Jesica.
"Kalo mau mesra-mesraan di kamar aja Dad." Ara datang sambil membawa tasnya. Dia langsung duduk di kursinya sambil melihat menu sarapan hari ini.
"Sirik aja.." Kenan membalikkan badannya sementara Jesica mulai menjauh sambil senyum.
"Sana sarapan sama anak-anak."
"Kamu duduk juga dong, Mas ga suka kita makan kamu sibuk di dapur sendiri."
"Aku siapin bekel dulu buat Mas, lagian Mas pake acara pingin menu diet segala sih."
"Ya supaya perutnya masih oke dan ga gemuk kaya bapak-bapak disekolah Ara."
"Apaan sih daddy masih cemburu aja." Ara yang tahu tersenyum geli dengan kelakuan Daddynya.
"Ga tau nih kak, Daddy kamu kaya anak kecil. Udah makan sana temenin Ara."
"Tapi Mas masih oke kan?"
"Iya masih Mas." Jesica tertawa dengan kelakuan Kenan yang terus menganggunya. Tidak lama Kay dan Jay datang.
"Kay sisir rambut kamu yang rapi." Jesica mengomentari tampilan Kay yang berantakan.
"Iya mom.." Kay kembali ke kamarnya untuk menyisir.
"Dad mana uang belanja aku, aku kan udah benerin revisiannya."
"Belanjanya sama mommy aja ya."
"Mom pulang kampus aku kita belanja yuk." Ara langsung antusias.
"Belanja?" Jesica mulai berjalan ke arah meja makan.
"Mas janjiin belanja ke Ara sayang kalo dia kerjain revisiannya."
"Oh ya udah oke.."
"Aku pingin ikut." Jay yang sedaritadi diam karena memakan nasi goreng mulai berbicara.
"Jay ini kan waktunya cewek-cewek, kita kan mau nyalon, belanja, perawatan masa kamu ikut." Ara protes.
"Ya ga papa aku kan bisa nunggu aku pingin beli buku."
"Kebiasaan deh kamu ngikutin mommy mulu."
"Ya udah ga papa kak, Jay ikut aja." Jesica setuju.
"Iya ga papa sekalian jagain mommy kalo ada cowok-cowok liatin kasih tahu udah nikah punya anak 3 gitu Jay." Kenan mendukung Jay.
"Daddy ya ampun, cemburuan banget." Ara menepuk tangan Daddynya gemas membuat Jesica dan Jay tertawa.
"Nanti mobil barunya aku titip pak Kahar aja ya sama pak Tatang yang Mas."
"Mobil baru?siapa yang beli mobil?" Kay yang baru datang langsung salah fokus.
"Mommy."
"Kok aku ga tahu mom?."
"Kenapa kamu mesti tahu, ya biarin lah terserah mommy." Ara langsung sewot.
"Udah-udah jangan berantem lagi makan nih." Kenan melerai anaknya untuk beradu mulut lagi.
"Jay anterin kakak ke kampus jadi nanti pulangnya kamu bisa langsung jemput kakak." Ara yang selesai sarapan bersiap-siap pergi.
"Nanti aku lama kakak ngomel."
"Iya engga, makannya kalo nyetir tuh banyakin nginjek gas bukan rem." Komentar Ara disambut tawa oleh Kenan. Entah dari mana Ara memiliki mulut bar-bar yang terus mengoceh kepada adik-adiknya.
"Ya udah kakak bareng Kay kan satu kampus Jay mommy anterin jadi nanti pulangnya mommy jemput kalian."
"Ogah deh sama Kay, dia mah ugal-ugalan."
"Kak supaya cepet sayang kamu nanti telat." Jesica membujuk.
"Iya kenapa sih kak anti banget sama aku." Kay kali ini protes.
"Kamu juga Kay jangan jailin kakak kamu, Daddy ga mau ya kalo nanti sore kakak kamu ngeluh kamu bawa mobil ugal-ugalan."
"Iya Dad iya.." Kay menurut membuat Ara senang karena Kenan menegur adiknya.
"Ya udah mommy suruh pak Kahar panasin mobil dulu."
"Mobil siapa?"
"Mobil aku Mas."
"No!" Kenan langsung menolak.
"Kenapa?"
"Pokoknya engga, kamu mau pake mobil Ara atau Jay?"
"Emang kenapa sih sama mobil aku Mas?"
"Ara atau Jay?"
"Mas.." Jesica benar-benar kesal dengan sikap khawatir Kenan yang berlebihan sementara Ara, Kay dan Jay mulai saling menatap tak mengerti dengan apa yang diperdebatkan orang tuanya.
"Yang ini depan anak-anak loh." Kenan mengingatkan lagi.
"Jay pinjem kunci mobil kamu." Jesica dengan wajah kesalnya dan mengambil kunci mobil Jay lalu pergi.
"Daddy apaan sih bikin mommy marah nanti mommy ga mood belanja lagi." Ara protes ketika melihat Jesica pergi meninggalkan mereka.
"Engga, mommy ga akan BT. " Kenan menghela nafasnya.
"Nanti Jay yang hibur mommy di mobil supaya ga BT."
"Nah gitu dong Jay.." Kenan sedikit lega.
***
"Nih buat mommy supaya ga BT gara-gara Daddy." Jay memberikan sebungkus coklat pada ibunya.
"Katanya coklat bisa naikin mood lagi mom." Jay kembali berbicara membutat Jesica senyum-senyum saat mendengar ucapan Jay.
"Ini buat kakak supaya ga sirik sama mommy." Jay juga memberikan sebungkus coklat pada Ara.
"Duh...sweet banget anak mommy yang satu ini. Makasih sayang."
"Coba kasihin ke cewek kamu sana."
"Engga, ga ada udah habis." Jay polos sambil merentangkan tangannya seolah menunjukkan dia tak memegang apapun ditangannya.
"Deketin cewek kek Jay siapa gitu jangan jomblo mi, betah banget." Ledek Ara saat mereka berjalan bersama.
"Apaan sih kak bahas-bahas itu aku tuh bakalan pacaran kalo nemu cewek kaya mommy."
"Heh mana ada cewek yang bener-bener mirip sama mommy, kecuali aku." Ara sambil senyum-senyum.
"Iya kakak emang cantik kaya mommy." Jay tak pernah membalas Ara dengan ejekan lagi.
"Dikasih tahu juga."
"Mom aku pingin ke Gramedia, kakak sama mommy jalan-jalan aja kemana dulu nanti aku telepon."
"Iya ya udah hati-hati." Jesica memisahkan diri dari Jay. Jay sendiri adalah tipe yang berbeda dari dua kakaknya. Dia sosok pria yang kalem yang tak pernah mencari masalah. Dia suka membaca buku dan tak ada pengecualian untuk jenis buku apapun. Dia senang menambah ilmu. Saking sibuknya belajar Jay bahkan belum pernah merasakan yang namanya pacaran sampai Kay heran kenapa Jay bisa tahan seperti itu padahal tidak sedikit yang mengantri untuk mendapatkan cintanya. Bagi Jay wanita paling cantik adalah ibunya bahkan tipe idealnya sudah dia tetapkan ingin seperti Jesica. Jay memang tipe anak rumahan, dia jarang bepergian untuk sekedar nongkrong atau membeli sesuatu mungkin bisa dihitung dengan jari. Sehari-hati dia banyak habiskan waktu di rumah menemani Jesica makannya dia sangat dekat dengan ibunya dan disebut anak mami. Dia juga romantis, romantis kepada wanita sampai kadang membuat Jesica terharu dengan tingkahnya yang manis. Ara juga tak kalah dibuat tersipu oleh Jay adiknya karena tak jarang Jay memuji Ara cantik dan membelikan sesuatu yang sebenarnya Ara inginkan. Jay adalah pelindung bagi Ara dan Jesica saat Kenan dan Kay sibuk dengan dunianya. Sebenarnya ada wanita lain yang Jay suka tapi dia takut dan tak bisa untuk menyatakan perasaannya. Wanita itu cinta monyetnya, cinta pandangan pertamanya yang diam-diam masih Jay perhatikan meskipun entah tak tahu dimana wanita itu berada sekarang dan dengan siapa.
***To be Continue.