webnovel

I don't know you, but I Married you

Kenan sudah pasrah, keinginannya untuk menikahi kekasih 8 tahunnya hanya tinggal mimpi. Karena permusuhan kedua orang tuanya mereka gagal untuk melangkah ke pelaminan. Baru saja patah hati ayahnya langsung meminta Kenan untuk menikah dengan wanita pilihannya. Siapa kah dia??apa mungkin dia bisa mengobati luka hati Kenan atau justru sebaliknya??

Keyatma · Adolescente
Classificações insuficientes
521 Chs

Berita Duka

Jesica masih begitu terisak di pusaran orang tuanya. Berita tentang kematian orang tuanya benar-benar tak dia sangka pagi itu. Apalagi kematian yang diakibatkan karena kecelakaan beruntun itu membuat Jesica harus kehilangan keduanya. Kenan kini baru saja selesai mengadzani jenazah ayah dan ibu mertuanya dan terlihat langsung naik dari liang lahat sementara gumpalan tanah mulai terlihat turun mengubur orang tua Jesica yang sudah terbaring tenang disana. Selesai dengan prosesi penguburan acara dilanjut dengan ceramah kilat dari ustadz barulah setelah itu semua keluarga mulai menaburkan bunga diatas makam keduanya. Ayah Kenan Hadir disana dan dia benar-benar terkejut sekaligus sedih mendengar sahabatnya sudah tiada begitupun Kenan berserta kedua anak laki-lakinya pun luput dari rasa kesedihan sementara Ara mencoba menenangkan ibunya yang benar-benar kacau balau sekarang. Sejak hari itu semua keluarganya langsung menuju rumah duka. Krisan yang masih kecil ia titipkan pada kakaknya Bella yang dengan tangan terbuka menerima tugas itu.

"Udah-udah.." Kenan memeluk istrinya yang masih saja tak mau berhenti menangis.

"Mom..." Jay ikut menenangkan ibunya dengan duduk bersama dan memeluk ibunya itu.

"Pulang yuk.." Ajak Kenan tapi Jesica menolak.

"Ya udah Mas temenin disini setengah jam lagi ya terus kita pulang..."

"A..aku ga mau...Aku mau disini aja.." Jesica menahan tangisannya dengan suara bergetar.

"Jangan gitu dong sayang, ikhlasin ya. Mereka sedih loh liat kamu gini." Kenan menenangkan sementara Jay dengan manis menghapus setiap air mata yang keluar dari mata ibunya. Kay yang juga ada disana kini memeluk Ara yang menangis juga.

"Pulang yuk, besok kita kesini lagi. Mas janji." Kenan membujuk lagi hingga akhirnya Jesica mau berdiri dan pulang. Matanya yang sembab seolah memancarkan kesedihannya. Dia tak berbicara banyak sejak tadi pagi bahkan kerjaannya hanya melamun sementara di kediaman Alm. orang tuanya para saudara sudah menyiapkan acara untuk tahlilan nanti malam. Meskipun rumah tampak ramai tapi Jesica merasa begitu sendiri. Dia hanya ingin berbaring di kamar kedua orang tuanya sementara Kenan sibuk juga mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan acara, belum lagi soal anaknya Krisan sampai urusan yang berkaitan dengan warisan kedua orang tua Jesica yang ternyata sudah dipersiapkan oleh mertuanya itu. Semua kesibukan itu Kenan lakukan dari hari pertama sampai hari ketujuh peringatan mertuanya meninggal dan selama itu pula Jesica masih mengurung diri dikamar.

"Ken..turut berduka cita.." Marsha dan keluarganya tak disangka datang pada acara tahlilan ketujuhnya.

"Iya makasih sha.."

"Sabar ya pak.." Arbi menenangkan sementara Kiran yang berada disampingnya juga ikut merasakan sedih.

"Sicanya mana?"

"Dia dikamar, masih sedih mungkin nanti kapan-kapan bisa ketemu."

"Salamin ya.."

"Iya sha, makasih udah datang."

"Kita pamit pak.."

"Iya, hati-hati. Kay anterin ke depan."

"Iya Dad.." Kay mengantar keluarga pacarnya itu keluar.

"Ken.."

"Iya om.."

"Kita ngobrol bentar yuk.." om Harry yang sejak dulu akrab dengannya mengajak Kenan keruangan lain.

"Ini dokumen yang dititipin Alm. Damar ke om katanya buat Jesica. Om ga ada hak lagi buat nyimpen ini dan berani sumpah ga ada yang om tutupin atau sembunyiin lagi. Ini semua yang dikasih alm. ke om."

"Iya om, Ken percaya nanti Ken coba bicarain dulu sama Sica. Dia masih syok kayanya jadi belum bisa diajak ngobrol."

"Om minta maaf sama sekeluarga ga bisa bantu banyak ya.."

"Iya om ga papa, dari seminggu kemarin kan om sama yang lain udah susah-susah juga disini. Udah kita repotin."

"Nanti om sama yang lain kesini pas 40 harinya ya, kalo ada apa-apa hubungin om kalo engga main aja kerumah ya."

"Siap om, makasih ya sampein juga ke yang lain."

"Iya, kalian yang sabar ya.."

"Iya om.." Kenan lalu keatas setelah keluarga Jesica pergi dan menyimpan dokumen penting itu.

"Eh masih nungguin?maaf tadi banyak tamu yang mau pamit." Kenan menghampiri sahabatnya.

"Iya ga papa Ken." Alex menepuk bahu temannya.

"Gimana Ken awalnya?" Tanya Fahri penasaran.

"Gw juga ga tahu pastinya cuman seinget gw di hari ketiga Jesica dirumah sakit Alm. mertua gw minta ijin pamit mau ngeliat usahanya di luar kota, mungkin udah firasat juga dan entah ada angin apa mereka begitu pas baru kemarin gw sama Sica pulang dari rumah sakit dapat kabar kecelakaan dalam perjalanan kesini dari Semarang."

"Sica keliatan terpukul banget."

"Iya Dim, dia kehilangan dua-duanya langsung, gw juga baru ngeh sebelumnya Jesica pernah cerita pas dia dirumah sakit dia mimpi orang tuanya pergi sama kakek neneknya yang udah meninggal."

"Perasaan baru kemarin lu hubungin gw minta donor buat Sica eh ga tahunya ada berita yang begini."

"Iya Lex, gw kaget tahu-tahu Sica nangis aja pas dapet telepon." Kenan mencoba tabah dan tak lama ketiga sahabat Jesica keluar dari kamar.

"Sica bener-bener aneh, gw udah coba ajak ngobrol Ken."

"Mungkin dia butuh waktu Na, makasih udah jauh-jauh dari Jogja kesini."

"iya Ken ga masalah, gw ga enak baru bisa kesini di hari ketujuhnya."

"Ga papa kok Na."

"Lu yang sabar ya, lu yang harus kuat Ken."

"Iya La, makasih."

"Kalo gw periksain tadi kayanya dia dehidrasi terus suruh makan ya Ken, istirahat yang cukup juga matanya kurang tidur tuh.." Katerina mencoba menganalisa dari sisi kedokterannya.

"Iya nanti gw coba paksain Kat.."

"Kalo ada apa-apa hubungin gw ya Ken."

"Iya Kat makasih."

"Krisan gimana kondisi Sica lagi gitu?"

"Dia diurusin sama kakak gw Na.."

"Ya udah kita balik ya, salam buat keluarga Ken."

"Iya makasih semuanya." Kenan berpisah dengan teman-temannya dan ketika acara usai dia menyempatkan diri untuk melihat anak bungsunya.

"Duh kak maaf ngerepotin.."

"Ga papa kok Ken, kakak ngerti. Sica gimana?"

"Gitu aja ngelamun, tidur, bangun ngelamun lagi."

"Jangan ditinggal sendiri dong Ken.."

"Itu sama anak-anak suka ditemenin kok kak.."

"Kamu ajak ngobrol dong Ken.."

"Aku udah coba ajak ngobrol dia tapi responnya cuman gitu Kak.."

"Kamu sebagai suami tuh support dia dong, ini pasti berat banget buat dia. Kehilangan dua-duanya langsung mana mungkin ga sedih."

"Aku juga sedih kak, justru kalo aku liat dia aku tuh ga tahan untuk ga nangis."

"Sabar..."

"Papah sama mamah tuh mertua yang baik yang selalu ngasih saran kalo aku sama Sica berantem." Kenan menahan air matanya karena mengingat kebaikan mertuanya.

"Udah...sekarang doain aja mertua kamu." Bella mengusap punggung Kenan.

"Kakak kalo mau pulang ga papa, biar Kris aku yang urus."

"Engga kok, kakak masih disini lagian kak Lisa juga nemenin.."

"Makasih kak, aku samperin Jesica dulu."

"Bawa makan sekalian keatas, paksa dia makan."

"Iya kak.." Kenan mampir ke dapur dan menyiapkan makanan sebelum masuk ke kamar Alm. mertuanya yang sekarang menjadi tempat favorit Jesica.

"Sayang..." Kenan mulai masuk mendekati Jesica dan meletakkan makanannya.

***To be continue