Kini Rido dan Reza sudah berada di ruagan kelas mereka.
Reza kembali memperhatikan ke arah belakangnya untuk memastikan bahwa Stella tidak mengejar mereka lagi.
Rido yang bingung dengan tingkah Reza malah ikut- ikutan memeriksa ke arah pandangan Reza.
"Lo nyari apaan sih Za? Lo kayak di kejar setan tau ngak."
"Gue emang lagi di kejar setan bego."
"Anjeng setannnnn." Teriak Rido yang kini sudah bersembunyi di balik tubuh Reza.
"setan mana woi? Jangan buat gue takut anjing. Ta... tapi setannya sekarang di sebelah mana anjing?" Tanya Rido yang benar- benar ketakutan saat mendengar ucapan Reza tadi.
Reza yang melihat Rido sedang ketakutan malah berniat untuk mengerjai temannya itu, Reza menarik bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman kecil di sudut bibirnya.
"Suuttttttt, setannya sekarang lagi jalan ke arah lo. Lo jangan gerak bego."
"Astagfirullah..... tolong bilangin ke dia biar jauh- jauh dari gua dong Za. Lo kan temen gue, tolongin gue dong Za, please...."
"Setannya ngak mau tuh Do. Dia udah makin deket ke lo, mending lo ajak ngobrol aja deh." Ucap Reza yang semakin membuat Reza ketakutan.
"Setan yang cant.... ehh setannya cewek apa cowok Za? Nanti dia marah lagi kalo gua salah sebut." Ucap Reza yang semakin membuat Rido bersusah payah untuk menaha tawanya agar tidak keluar.
"Dia cewek. EHHHH EHHHH DOO!!!!!!"
Mendengar teriakan dari Reza, Rido langsung melompat ketakutan.
"Lo kenapa teriak bego? Gue jadi makin takut anjing."
"Tadi setannya udah ada di samping lo dan mau nyentuh lo, makanya gue teriak."
"Anjing..... kualat banget ya setan kayak dia."
"Jaga omongan lo bego. Lo mau di ikutin kemana mana sama tuh setan?"
"Ya enggak lah bego."
"Ya makanya jangan ngomong yang enggak- enggak. Buruan lo ngomong sama tuh setan, biar dia langsung pergi dan ngak ganggu lo lagi."
"Tapi gua takut Za."
"Lo mau ngomong sekarang atau lo bakal di ikutin terus kalau lo malah kabur kayak gini. Itu hak lo sih, gue cuman nyaranin aja."
"Anjing emang."
"Udah buruan. Atau gue tinggalin lo sendirian disini mau?"
Rido langsung menarik tangan Reza agar tidak pergi meninggalkannya.
"Iya iya gua ngomong sekarang. Trus setannya sekarang ada dimana? Gue ngak bisa liat dia."
Reza masih berusaha menahan tawanya, betapa mudahnya temannya itu dibodoh- bodohi seperti ini.
"Lo maju dua langkah, trus belok kanan. Dia ada di situ sekarang."
Dengan serius Rido malah mengikuti perintah Reza dan malah melakukan apa yang sudah di instruksikan oleh Reza kepadanya.
"Disini?" Tanya Rido setelah berada di tempat yang dimaksud oleh Reza tadi.
"Iya. Dia udah ada tepat di depan lo, dan dia lagi natap ke arah lo sekarang."
"Udah diem deh Za. Ngak usah ngomong lagi, bisa bisa gue ngompol di celana kalau masih dengar omongan lo itu."
"Ya kan gue cuman ngasih tau bray."
"Udah diem."
"Ya udah buruan ngomong. Ntar dia ngamuk gimana?"
"Iya sabar anjing. Lo jangan buat mental gue down anjir."
"Iya iya. Semangat Reza!!!" Ucap Rido sambil mengangkat kedua tangannya untuk menyemangati sahabatnya itu.
"Setan cantik. Maafin gue ya kalau gue ada salah, tapi tolong jangan ganggu gue, gue ngak akan ganggu lo kok. Gue tadi Cuma main main doang sama si Reza, tolong jangan ganggu gu...."
"BWAAHHHHHHAAHAHAAHHAHAHAHHAA. ANJING.... LO BEGO BANGET SI DO. LO KOK MAU SIH GUE BEGO BEGOIN KAYAK GITU AHAHHAHAHAHA ANJING SAKIT PERUT GUE LIAT TINGKAH BEGO LO." Ucap Reza yang tertawa puas melihat tingkah Rido.
Rido yang mengerti maksud dari Reza langsung melemparkan tumpukan buku yang ada di atas meja di hadapannya.
"ANJING YA LO ZA! GUE UDAH TAKUT SETENGAH MATI TAPI TERNYATA ITU CUMAN AKAL AKALAN LO DOANG. BENER BENER ANJING LO BANGSAT. SINI LO ANJING, MATI LO DITANGAN GUE SEKARANG." Ucap Rido lalu berlari ke arah Reza yang berjarak hanya beberapa langkah di depannya.
Dengan sigap Reza langsung lari menjauhi Rido sebelum ia di serang oleh sahabatnya itu.
"KABUR!!!! TOLONGIN GUE WOI, ADA SETAN YANG LAGI NGEJAR NGEJAR GUE." Teriak Reza yang kini sudah berada di luar ruang kelasnya.
"SINI LO ANJING. JANGAN KABUR BANGSAT."
"Kejar gue kalo lo bisa Do. Lemah ba..."
BUGHHHHHH
"Aduh....."
Langkah Reza dan Rido langsung terhenti saat melihat seorang siswi yang tersungkur di hadapan mereka.
"Aduh.... sakit banget!!!"
"Ehhh tolongin bego, kok lo malah diem." Bentak Rido pada Reza yang hanya diam saat melihat orang di hadapannya kesakitan.
"Ehhhh so.. sorry. Tadi gue ngak sengaja, lo ngak papa kan? Ada yang sakit ngak?"
"Ya pasti sakit lah bego. Tadi kan lo denger sendiri dia ngomong apaan, lo budeg ya?" Ucap Rido yang kembali memotong ucapan Reza
"Lo bisa diam ngak Do. Gue nanya dia, bukan lo."
"Gue ngak papa kok kak."
"Emmm btw lo Naura kan? Siswi baru di sekolah ini dan sekelas sama Alex kan?" Tebak Reza
"I.. iya kak."
Reza melirik ke arah tangan Naura dan melihat ibu jarinya yang terluka dan mengeluarkan darah.
"Tangan lo luka. Gue bawa ke UKS ya."
"Ehhh ngak usah kak, aku ngak papa kok. Lagian ini cuman luka kecil kok. Nanti aku bisa obatin sendiri kok, kakak ngak usah khawatir."
"Gue yang udah buat tangan lo luka jadi gue juga yang harus obatin luka lo."
"Ta...."
"Ngak ada penolakan. Sekarang lo ikut gue." Ucap Reza dan langsung meraih tangan Naura untuk membawa adik kelasnya itu menuju UKS.
"Woiii trus gue kemana?" Teriak Rido yang melihat Reza dan Naura yang pergi meninggalkan dirinya sendirian.
"Ngobrol sama setan sono." Teriak Reza tanpa melirik ke arah Rido sama sekali.
"Anjing lo ya Za. Liat aja lo entar, gue bales lo."
"Bodo amat."
"Emang anjir tuh orang, untung temen gue lo, kalau ngak udah gue sikat lo. Ehh btw kalo diliat liat, si Naura cantik juga ya hhhehhehhehe." Ucap Rido pada dirinya sendiri.