webnovel

I'm not a Princess

Victoria Angelica Klinski, gadis cantik berusia 18 tahun yang sedang mengemban pendidikan di Oxford University dengan jurusan bisnis. Victoria merupakan gadis yang pintar, kehidupannya makin sempurna karna ia lahir sebagai pewaris tunggal perusahaan raksasa di Amerika. Ia bisa mendapatkan apa pun yang ia inginkan dengan jentikan jari. Sangat dimanja oleh sang Ayah membuat banyak orang iri akan kehidupan sempurna gadis cantik itu. Namun kesempurnaan itu harus terenggut karna Victoria mengalami ‘Kecelakaan’ yang mebuat jiwanya terlempar dan memasuki tubuh seorang Putri yang hidup dimasa kerajaan kuno. Banya misteri yang harus dipecahkan Victoria agar ia bisa kembali ketubuh aslinya. Meskipun kehidupan sang Putri juga sangat sempurna, tapi bahaya selalu menyertai dirinya. “i’m not a Princess! Aku Victoria!” *** Athanasia de Arandelle, merupakan gadis yang sangat cantik. Tidak ada satu orang pun yang bisa menandingi kecantikan Athanasia. Ia merupakan calon putri mahkota dari kerajaan Arandelle, namun beberapa hari sebelum penobatannya sebagai seorang putri mahkota Athanasia mengalami ‘Kecelakaan’ yang membuat jiwanya keluar dari tubuhnya. Tidak ada yang tau dimana jiwa sang putri berada. Entah karna sayang atau ingin mempermainkan kehidupan dua gadis cantik itu, dewa membuat tubuh Putri Athanasia diisi oleh jiwa seorang gadis dari masa depan dan membuat jalan cerita gadis tersebut penuh misteri. Dimanakah jiwa Putri Athanasia yang asli berada? Apa ia menjalani kehidupan dimasa depan sebagai Victoria? Dan apakah Victoria mampu menajalani perannya sebagai calon Putri Mahkota di Arandelle? Sebenarnya ‘kecelakaan’ seperti apa yang dialami dua gadis cantik itu sehingga jiwa mereka terlepas dari tubuh mereka? Sejauh apa para dewa memainkan takdir mereka? Temukan semua jawaban dari misteri kehidupan Athanasia dan Vicoria di Novel ini

zaharafth_ · Fantasia
Classificações insuficientes
21 Chs

Aku Tetap Tidak Mengizinkan!

Percakapan Ratu Carissa dan Lady Luisa harus terhenti saat seorang gadis cantik berbalut gaun sederhana namun memancarkan auranya tersendiri itu memasuki ruang makan.

Ratu Carissa tersenyum hangat, "Tidak sayang, kau tidak terlambat. Duduklah."

Athanasia bingung harus duduk dimana, melihat itu Olivia dengan sigap berjalan kekursi yang biasa diduduki oleh Sang Putri. Athanasia tersenyum dan menggumamkan kata terimakasih yang dipahami Olivia, Ia tersenyum kecil dan mengangguk.

Lady Rasta dan Luisa cukup terkejut melihat Athanasia baik-baik saja, mereka pun segera berdiri untuk mengucapkan salam. Itu sudah merupakan kewajiban mereka untuk memberi salam saat bertemu dengan Raja, Ratu dan Putri.

"Salam kami haturkan kepada bulan kehidupan Kerajaan Arandelle, semoga Anda selalu sehat Tuan Putri." ucap ibu dan anak itu serempak.

Athanasia tersenyum dan sedikit membungkuk, lalu ia duduk dikursinya. Dia tau jika kedua wanita cantik yang berbeda usia didepannya ini adalah Lady Rasta dan Lady Luisa putrinya. Karna saat dalam perjalanan keruang makan, Olivia sudah memberi tau jika kemungkinan besar mereka juga akan ikut makan bersama seperti biasa.

Sebagai pemimpin Raja dan Ratu duduk berdampingan dikursi utama, lalu disisi kanan Raja kursi Sang pewaris Kerajaan Arandelle yang tak lain adalah kursi Athanasia. Sedangkan disisi kiri Ratu merupakan kursi Lady Rasta dan disebelahnya kursi Lady Luisa.

"Luisa, kau bisa meminta saran bagaimana berkuda yang baik dan benar pada Putri Athanasia. Mungkin kau bisa lebih mu-"

"Athanasia tidak akan berkuda!" perkataan Ratu Carissa terpotong karna suara dingin dan tegas Raja mengintrupsinya.

"Aku tidak mengatakan Athanasia harus berkuda Yang Mulia, hanya memberi beberapa saran." ucap Ratu Carissa lembut.

"Aku tetap tidak mengizinkan!" ucap Raja Clude tegas, dan tidak ingin dibantah.

Ratu Carissa menghela napas pelan, ia pun tersenyum dan mengangguk kecil. "Baiklah." Ratu tau bahwa Yang Mulia Raja takut kejadian itu terulang lagi pada putri mereka, jadi ia memaklumi sikap Raja yang melarang keras Athanasia berkuda, karna ia pun juga setuju akan hal itu.

"Terimakasih sudah mengkhawatirkan Saya Yang Mulia Ratu, tapi Saya baik-baik saja. Saya juga setuju dengan Yang Mulia Raja, memang lebih baik Tuan Putri Athanasia tidak berkuda untuk sementara waktu." Luisa mengatakan itu dengan suara lembut disertai senyuman diwajahnya.

"Kau benar, Luisa. Baiklah sekarang mari kita makan." Ujar Ratu Carissa.

Orang pertama yang menyatap makanan adalah Raja Clude lalu Ratu Carissa, barulah diikut anggota kerajaan yang lain. Sebelumnya semua makanan yang tersaji dimeja makan sudah dicicipi terlebih dahulu oleh pelayan untuk mengecek keamanan makanan tersebut.

Sedari tadi Athanasia hanya diam dan memperhatikan interakasi mereka, dan ia juga menilai bagaimana sikap Rasta dan Luisa. Untuk sekarang, Athanasia belum bisa menyimpulkan apa pun. Ia akan menilai dan memperhatikan lebih jauh lagi, tapi satu hal yang dia yakini. Perkataan dan senyuman yang Luisa berikan kepada Ratu adalah palsu.

Ia tidak tau Ratu Carissa menyadarinya atau tidak, tapi ia sangat paham dengan raut wajah itu.

"Kau tidak suka makanannya? ingin Ayah perintahkan juru masak untuk memasa sesuatu yang lain?" Tanya Clude saat melihat Athanasia tidak kunjung memakan makanannya.

Athanasia mengerjapkan matanya, ia menatap pria dewasa yang sangat tampan ini. Pria yang berstatus sebagai Ayahnya sekarang.

"Ah tidak perlu, Aku akan makan." jawab Athanasia, ia mulai mengambil sesendok sup dan memakannya. Sangat lezat. Bahkan masakan ini lebih lezat dibanding masakan chef dimansionnya.

Clude mengiris daging yang ada dipiringnya lalu menaruhnya dipiring Athanasia.

"Makan yang banyak agar cepat pulih." ucap Clude, lalu ia melanjutkan makannya.

Athanasia tersenyum kecil dan berkata, "Terimakasih Yang Mulia.'

Clude menghentikan gerakan tangannya yang ingin memasukkan irisan daging kemulutnya, menaikan sebeah alisnya ia menatap Athanasia. "Yang Mulia?" tanya Clude dengan nada dingin.

Dia tidak pernah mengizinkan Athanasia memanggilnya dengan sebutan 'Yang Mulia' jika bukan diacara formal atau saat ada tamu penting yang datang keIstana.

Paham kemana apa yang dimaksud oleh Raja, Athanasia tersenyum kikuk. Bagaimana tidak? Clude menatap intens dirinya seolah sedang menunggu Athanasia mengucapkan sesuatu.

"M-maaf Yang Mu- Eh... Ayah." Athanasia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia harus terbiasa memanggil pria lain dengan sebutan Ayah.

Clude mengangguk puas seteah mendengar apa yang ingin dia dengan dari bibir mungil putrinya itu.

Ah, dia tipe Ayah yang protektif ternyata. Batin Athanasia dalam hati, ia menghela napas pelan.

Tanpa sengaja Athanasia mendapati jika Rasta dan Luisa sedang memperhatikan interaksi antara dirinya dengan Yang Mulia Raja.

Tersenyum smirk, Athanasia sudah mengetahui seperti apa sifat kedua orang didepannya ini. Sudah dia katakan bukan? Ia sangat pandai membaca mimik wajah orang. Dan keduanya memiliki mimik wajah yang sama. Marah, iri dan kesal. Meskipun mereka berusaha untuk tidak menunjukkannya.

"Athanasia mengalami lupa ingatan jika Anda lupa, Yang Mulia" ucap Ratu lembut dengan senyum hangatnya.

"Dia bisa melupakan apa pun, tapi tidak dengan orang tuanya." suara tegas dan dingin Sang Raja menandakan bahwa apa yang ia katakan tidak dapat dibantah.

Ratu Carissa hanya mendesah pelan, ia tidak mengatakan apa pun lagi dan kembali makan.

Rasta yang terkejut mengetahui fakta bahwa Sang Putri hilang ingatan tanpa sadar bergumam pelan, "Hilang ingatan?"

"Ah, apa kau belum dengar? Putri Athanasia hilang ingatan akibat kecelakaan itu, tapi selebihnya dia baik-baik saja." ucap Ratu Carissa saat mendengar gumaman Rasta.

"Begitukah? Saya belum mendengarnya Yang Mulia." ujar Rasta sopan, lalu ia menatap Athanasia yang sedang menikmati sup dagingnya. "Pasti Anda merasa tidak nyaman karna tidak mengingat apa pun" lanjutnya.

Merasa perkataan itu untuknya, Athanasia mengangkat pandangannya dengan alis terangkat sebelah. "Tidak nyaman? kenapa aku harus merasa seperti itu dirumahku sendiri, My Lady?" Ucap Athanasia dengan suara dingin, ia bahkan tidak menunjukkan ekspresi apa pun.

Sebelumnya Athanasia sudah bertanya pada Olivia bagaimana ia harus memanggil Rasta dan putrinya, dan Olivia bilang untuk menghormati Rasta yang usianya lebih tua darinya dan juga merupakan selir Raja, ia harus memanggil Lady Rasta dengan sebutan 'My Lady'. Sedangkan untuk Lady Luisa, ia bisa langsung memanggil namanya tanpa embel-embel 'Lady'.

Rasta cukup terkejut dengan perkataan Athanasia. Bukan! Lebih tepatnya ia terkejut dengan suara dingin gadis itu, karna sebelumnya ia tidak pernah mendengar Athanasia berbicara dengan nada seperti itu. Gadis itu selalu lembut dan bersahaja, sama seperti Ratu Carissa.

"Ah tidak, saya hanya khawatir dengan anda." jawab Rasta sedikit gugup, ia juga merasa aura Putri Athanasia juga juga sedikit berbeda dari biasanya sehingga ia merasa seikit terintimidasi.

Menarik sedikit sudut bibirnya Athanasia berucap, "Terimakasih sudah mengkhawatirkan ku. Aku baik-baik saja dan akan mendapat ingatanku kembali."