Seoul, Korea Selatan, 20 Januari
Shou duduk di bangkunya dengan dosen yang mengajar. Dia tak memperhatikan dosen itu dan diam saja. "(Ahjussi..... Aku masih tidak bisa menghubunginya.. Aku sudah kirim pesan tapi tidak dibalas... Rasanya aku terlalu memaksa, jadi aku tidak bisa menghubunginya lagi.... Tapi rasa khawatir ini, kenapa muncul begitu saja... Ahjussi sudah setiap hari mencoba bertemu dengan ku, tapi kemarin, dia benar benar tidak bertemu dengan ku,)" dia memasang wajah cemas itu lagi.
Sambil menatap ke ponselnya menunggu Tuan Beom menghubungi nya ataupun mengirim pesan, tapi tak ada apa apa.
Setelah selesai. Dosen nya menatap Shou yang masih diam menatap ke mejanya. "Baiklah, untuk hari ini sampai sini saja, dan Shou....." panggil nya membuat Shou menatap padanya.
"Setelah ini, datang ke ruangan ku," tatap Dosen itu. Lalu ia berjalan pergi.
Shou membereskan bukunya dan membawa tasnya pergi. Tapi sebelumnya ada yang menghentikan nya. "Shou," seorang wanita memanggil membuat Shou menoleh padanya sebelum berjalan pergi.
"Bisa aku dapat referensi logo dari mu?" tatap nya.
"Tentu, kau ingin logo yang apa?" tanya Shou. Itu adalah orang yang kesekian kali meminta referensi dengan Shou.
Setelah selesai, Shou ke ruangan dosen tadi. "Permisi," ia membuka pintu. Tampak dosen tadi duduk di mejanya. Ia lalu berdiri dan mendekat.
"Shou, ada yang ingin aku bicarakan padamu," tatap nya.
"Apa yang ingin anda bicarakan dengan ku?"
"Shou, aku dari tadi melihatmu terus selama pelajaran, kenapa kau tidak memperhatikan, biasanya kau selalu antusias dan memperhatikan ku? Apa ada sesuatu?" tatap Dosen padanya.
Shou hanya kembali memasang senyuman kecil itu. "Tidak, tidak ada, aku hanya... Tak ada masalah sama sekali."
"Apa kau yakin? Ini bukan karena semalam aku memintamu kan? Apa itu terlalu berat, jika terlalu berat, bilang saja padaku, aku akan membatalkan nya."
"Tidak, aku tidak akan menolak nya. Aku mohon jangan membatalkan nya, aku sudah selesai membuat sketsa nya," tatap Shou dengan tatapan memohon dan itu sangatlah manis.
"Baik baik, bisa bisa aku di tangkap polisi karena mereka menganggap ku memaksamu, tak apa, aku tidak akan membatalkan nya selama tidak beresiko padamu."
". . . Terima kasih, kalau boleh tahu, setelah aku membuat susunan arsitektur nya, dimana karya ku akan diletakkan?"
"Mereka akan membuat rumah yang kau buat itu, jadi buat sketsa dan susunan nya sebaik mungkin," kata dosen nya seketika mata Shou benar benar antusias.
"Wah keren, karya ku di buat nyata, aku akan semangat melakukan nya!"
"Bagus, itu baru tidak beresiko, aku harap kau bisa menerima ini Shou," kata Dosen.
"Terima kasih, tapi sebelumnya apa aku boleh bertanya, kenapa Anda memanggilku kemari?" tatap Shou.
". . . Ah soal itu, akan ada satu mahasiswa baru yang menggantikan bangku milik Soohyun, aku ingin meminta bantuan mu, ketika dia kemari besok, kau harus menjelaskan materi kita yang sudah berlalu sebelum dia kemari, ajaklah dia mengenal kampus ini, apa kau tidak keberatan Shou?"
"Um.... Ini pertama kalinya untuk ku. (Jadi... Soohyun benar benar sudah pergi, kenapa aku sangat merasa bersalah di sini?)" Shou terdiam.
"Aku tahu itu, aku memilihmu hanya berpikir bahwa kau mahasiswi yang sudah mengerti soal materi sebelum aku jelaskan padamu, aku serahkan padamu, jangan khawatir, dia lelaki yang baik dan sopan, hanya saja agak tidak ramah dengan wajahnya," kata Dosen nya. Lalu Shou mengangguk pelan dan menyetujuinya.
Setelah itu, ia berjalan pulang sendiri dan menatap jam di tangan nya. "(Ini belum ada sore, aku masih punya waktu 4 jam untuk bekerja di supermarket,)" pikirnya, ia lalu berhenti berjalan dan menatap ke langit. "(Kenapa aku merasa, ada sesuatu yang terputus di sini?)" ia menatap ke telapak tangan nya sendiri dengan wajah yang sedih.
"(Entah kenapa hari ini, aku banyak kehilangan sesuatu yang sangat berharga meskipun aku tidak ingin mengatakan nya berharga, tapi bagi mereka yang tidak datang, pastinya mereka menganggap ini berharga, kenapa ini begitu aneh,)" Shou menatap langit yang masih cerah.
Ia terdiam sebentar sambil berpikir sesuatu yang sudah tidak bertemu dengan nya lagi.
"(Apa aku pulang saja..... Siapa tahu, Ahjussi ada di apartemen nya,)" ia lalu berlari dan ketika sampai di apartemen. Ia terengah engah di depan pintu apartemen Tuan Beom.
Menghirup napas panjang dan meluruskan niatnya, mengetuk pintu apartemen Tuan Beom.
". . . Ahjussi, ini aku, Shou... Anda tidak terlihat kemarin, aku tahu itu hanya kemarin, tapi entah kenapa aku ingin bertemu dengan anda, apa anda di sana?" kata Shou. Tapi tak ada jawaban maupun pintu terbuka, tak ada sama sekali.
Shou kembali terdiam, ia kecewa. "(Aku sangat bodoh, jika aku bertemu dengan nya, apa yang akan ku jelaskan nanti, apa aku akan bilang bahwa aku merindukan nya, itu akan di nilai buruk olehnya... Tapi mau bagaimana lagi aku sudah sangat merindukan nya, apa yang harus kulakukan, aku sudah menghubungi nya beberapa kali dan seperti hanya tak ada yang terjawab, kenapa ini sangat menyakitkan.... Sebaiknya aku pulang,)" ia lalu masuk ke pintu apartemen nya sendiri dan seketika, ia di sambut kucing kecilnya yang menunggu di depan nya. "Meong."
"Kya, kamu menungguku, sangat manis," Shou langsung membawa kucing itu dan memeluknya.
"Ternyata, merawatmu sangat mudah, hanya memberi makan dan minum, tempat untuk buang air, kau sudah patuh seperti ini, aku tak sabar menunggu mu besar nanti," tatap Shou dengan manis. Kucing itu juga bersuara sangat manis pada Shou.
Setelah Shou mandi, ia akan berjalan pergi untuk bekerja di supermarket. "(Aku jadi mandi lebih awal karena kampus juga pulang cepat, tapi pekerjaan akan tetap menunggu,)" ia menoleh ke belakang dan kucing nya terduduk menatap nya akan pergi.
"Da~h... Aku akan kembali nanti malam, pastikan kau sudah tidur," Shou melambai, lalu berjalan pergi. Kucing itu hanya terdiam di sana sambil mengeluarkan suara terakhir yang kecil. "Miu...."
Sesampainya di supermarket, Shou terus menatap ke ponselnya dengan aura gemetar. "(Tuan Beom Geunwo, tolong kirim aku pesan.... Aku sudah mencoba menghubungimu..... Kau pikir aku tadi tidak menghubungi mu dan kau tidak mengangkat nya, akhhh.... Aku akan sakit jika terus memikirkan ini,)" Shou meletakan ponselnya dan putus asa menghela napas panjang.
Tapi ada yang datang membuatnya menyapa. "Selamat datang."
Seorang lelaki dengan kacamata kotak itu membuatnya menggunakan tatapan biasa, mulut yang turun dan pupil mata yang kecil dan sayu.
"Halo, selamat datang... (Dia tampak seperti seorang lelaki yang tidak banyak bicara,)" pikir Shou dengan bingung.
Ia melewati Shou dan berjalan ke rak lain. Sembari menunggunya, Shou menatap ponselnya. Ia bahkan masih menunggu notif dari Tuan Beom.
Ketika lelaki tadi selesai, dia rupanya membeli dua minuman kaleng soda. Shou menghitung jumlahnya.
"Totalnya 15, Anda ingin tunai atau kartu?" tatap Shou.
Lelaki itu memberikan yang tunai.
"Terima kasih," tatap Shou.
Sembari mengangguk, akhirnya lelaki itu berbicara dengan bertanya. "Bisakah aku bertanya sesuatu?"
"Ah, iya silahkan. (Suaranya, nada suaranya benar benar sangat berat,)" tatap Shou dengan ramah. Tapi di dalam hatinya, dia seperti mendengar batu jatuh sangat keras ketika mendengar suara dari lelaki itu.
"Apa yang di sukai gadis seperti mu?" tanya nya. Seketika Shou terdiam kaku.
"I... Ini bukan seperti yang kau pikirkan, aku hanya sedang mencari sesuatu untuk seseorang yang akan aku temui, seseorang bilang, dia memiliki ciri ciri sama seperti mu, jadi kupikir kau bisa katakan apa yang kau suka."
"Ah, jadi yang kamu maksud ada gadis yang mirip dengan ku, dan kamu ingin tahu kesukaan nya lewat kesukaan ku?" tatap Shou.
Lalu lelaki itu mengangguk.
"Ah... Aku tahu, apa kau sedang mencoba menarik perhatian nya?" lirik Shou.
Lelaki itu hanya terdiam membuat suasana juga terdiam dan Shou menjadi canggung.
Lalu Shou langsung membalas.
"Aku suka mochi, hadiahkan saja mochi padanya, dia pasti suka. Aku bisa merekomendasikan mochi di rak sana," Shou menunjuk rak mochi. Model bentuknya sama seperti apa yang di beli Tuan Beom pertama kali.
Lalu lelaki itu berjalan ke sana dan terdiam. "Apa rasa yang kau suka?" tatap nya.
"Ah, aku lebih suka susu, tapi kau bisa memilih apapun," kata Shou.
Lelaki itu sekali lagi terdiam dan mengambil mochi putih. Dia membeli 6 biji. Lalu di berikan pada Shou.
"Ini dia, semoga dia suka," kata Shou sambil memberikan bungkus cantik nya. Lelaki itu mengangguk dan mengatakan sesuatu juga. "Bisa aku katakan sesuatu?" tatap nya.
"Ah ya, silahkan," Shou membalas dengan senyuman nya.
Tapi wajahnya menjadi bingung ketika melihat lelaki itu berbicara menggunakan bahasa isyarat tangan nya.
"Uh um.... Apa yang kamu maksud, aku tidak mengeti?" tatap Shou dengan masih bingung.
Lelaki itu lalu kecewa. "Aku mencoba mengatakan sesuatu dengan bahasa isyarat, karena suara ku terlalu berat, aku tahu kau terlihat tidak nyaman dengan suaraku."
Shou bahkan yang mendengar suara lelaki itu menjadi gemetar akan menutup telinga nya.
"(Suaranya memang beda dari yang lain, sangat berat dan sepertinya menyakiti nya untuk bicara padahal dia sama sekali tidak kesakitan...) Maafkan aku... Mungkin kamu bisa pelan pelan mengatakan bahasa isyarat itu," tatap Shou.
Lalu lelaki itu mengangguk dan memulai bahasa isyarat nya, ia menunjuk Shou.
"Aku?" Shou menerjemahkan kata pertama.
Lalu tangan lelaki itu memegang wajahnya.
"Wajah ku?"
"Sangat....."
"Manis?"
Shou berhasil menerjemahkan nya dan lelaki itu menjadi tersenyum senang.
Seketika Shou juga ikut tersenyum senang. "Kya, terima kasih...." ia memegang kedua pipinya dengan malu.
"Kalau begitu permisi," lelaki itu menundukan tubuh lalu berjalan pergi.
"Datang kembali ya," Shou melambai dengan ceria.
"(Kenapa suara nya begitu? Dan dia menganggap ku sama seperti seseorang yang di bicarakan, teori macam apa itu? Dan aku penasaran dengan gadis yang sama dengan ku, yang dia maksud itu benar apa tidak?)" pikirnya dengan bingung.