Squad V bergerak dengan bergegas melalui setiap rintangan dan longsoran bebatuan yang jatuh dari langit-langit gua.
"Hati-hati! Getarannya semakin kuat, hindari batunya sebanyak yang kalian mampu!" Himeko berseru kepada keempat anggotanya.
Elias melihat sekeliling dengan tenang, sebelum berseru– "Berhenti, Mecha Anti-Entropy sudah mengepung!"
Langkah Himeko terhenti sebelum dia menabrak sebuah robot yang muncul begitu saja di hadapannya. Tangan besar robot biru berayun ke arahnya dengan bobot yang luar biasa ketika wujudnya masih setengah muncul, namun Himeko telah melompat mundur, menghindari hentakan robot Anti-Entropy yang akan meremukkan manusia normal manapun dan bergabung dengan Squad V lainnya dalam formasi melingkar.
"Baiklah sampah-sampah sekalian! Tidak usah repot-repot mencoba. Kami sudah mengepung pulau ini." Seorang gadis tertentu muncul dari balik salah satu mecha. Gigi-giginya, yang tajam seperti hiu, terlihat dengan jelas saat dia menunjukkan seringai lebar. "Aku Sin Mal dan aku yang berkuasa disini. Berikan pedangnya seperti gadis yang baik sekarang."
Alis Kiana berkedut, melihat gadis bermata heterokromatik di depan kelompoknya. "Sampah? Bocil kematian ini bilang kita sampah?"
"Tunggu Kiana–! Jangan gegabah. Kita dikepung." Mei menarik tangan Kiana yang berniat maju menyerang.
Wanita itu memperhatikan sekelilingnya dengan waspada, dia mengangkat pedang emas di tangannya dan menyandarkannya di atas bahunya. "Sin 'kan? Kalau begitu, ini dia."
Keempatnya melihat ke arahnya dengan berbagai reaksi. Himeko mengeratkan genggamannya, maju beberapa langkah, sebelum menancapkan pedang itu di atas tanah. Kepala merah itu memandang gadis kecil berambut violet yang tomboy. "Urusan sudah selesai. Kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan dan kami bisa pergi."
Sin Mal tersenyum melihat Himeko yang tampak percaya diri dan mendekati pedang emas yang menancap di atas tanah dan meletakkan tangannya di gagangnya. "Hehe, siapa bilang aku akan melepaskan kalian kalau pedangnya sudah diserahkan?"
"—dan aku akan membunuh kalian yang memanggilku bocil kematian!" Masih dengan senyuman lebar, Sin Mal menarik pedang Xuanyuan dari atas tanah dengan kuat. Walaupun gagal.
"Eh?" Sin Mal meningkatkan kekuatannya hingga ke batasnya dan menarik pedang Xuanyuan yang tertanam dengan kokoh di tanah. Tapi sama seperti sebelumnya.
Kali ini dia memerintahkan satu mecha mendekat dan menarik pedang.
"Apa-apaan benda besi konyol ini?!" Mata heterokromatiknya memandang pedang emas dengan jengkel, sementara dia menggigiti kuku jempolnya dengan frustasi. "Apa yang kau lakukan dengan pedangnya?!" Sin Mal menatap Himeko dan kawan-kawan– yang sudah tidak berada disana.
"…"
Kosong. Dia melirik ke arah mecha yang berada disekitar– yang saat ini sudah berada di keadaan nonaktif.
"Bronya sialan!!" Sin Mal dengan seluruh kejengkelan dan frustasinya berteriak dengan kuat.
Suaranya yang menggema bahkan mencapai telinga Elias dengan jelas, membuat dia tersenyum.
Bronya melirik ke arah Elias dengan ekspresi yang rumit. Berkat panduannya, mereka bisa menonaktifkan seluruh mecha Anti-Entropy tanpa ketahuan– entah bagaimana.
"Berhenti!"
Bronya mendengar instruksi Himeko dan menghentikan langkahnya, sama seperti yang lainnya. Matanya memeriksa apa yang ada di hadapan kelompok mereka.
"Ada dua jalan, yang mana yang benar?" Mei bergumam, tapi cukup untuk membuat semua orang mendengarnya.
Tanpa keraguan Kiana menunjuk ke salah satu lorong. "Yang kanan, aku bisa merasakan insting Kaslana-ku bergetar melihat kesana!"
"Tidak– Idiotka salah besar. Karena Bronya bisa merasakan aliran angin dari yang kiri." Bronya dengan cepat melawan argumennya.
"Sudah cukup!" Elias berseru, melerai keduanya. "Jalan manapun itu, arahnya adalah keluar, jadi tidak ada jalan yang salah."
Ucapan Elias membuat semua orang memandangnya.
"Benarkah? Bagaimana kamu tahu?" Kiana menoleh mengangkat alisnya, bertanya kepada laki-laki itu, tapi dia sudah tidak ada di tempatnya dan berlari ke salah satu jalur.
"Ya ampun… aku tidak tahu kalau peringkat pertama bisa melakukan hal impulsif seperti ini!" Himeko berkata dengan frustasi.
Mau tidak mau, mereka semua mengejarnya. Bagaimanapun berpisah di saat seperti ini bukanlah ide yang bagus.
Dengan dipimpin Himeko, keempat Valkyrie itu mengejar Elias yang masih jauh memimpin di depan– menuju ke arah cahaya terang– dunia luar.
"Kita sampai!" Kiana berseru dengan gembira. Suaranya bergema di dalam gua. Himeko tersenyum, tapi itu segera digantikan oleh kerutan di saat berikutnya.
[—Aku bebas!]
Sebuah suara muncul di dalam kepala Himeko. Jantungnya langsung berdenyut keras selama sekali, dan dia muntah darah.
"Guhk—!"
"Himeko!!!"
""Mayor!!!""
Ketiga muridnya berseru dengan keras melihat hal itu. Mereka segera menambah kecepatan dan menghampirinya.
Langkah kakinya terhenti. Pupil Himeko bergetar melihat seteguk darah yang dia muntahkan ke tanah, sebagian mengenai lengan Battlesuit selam khusus yang dia gunakan.
[… Ini adalah hari kebangkitanku. Terima kasih, Guru, karena sudah memberikan inang untukku.]
Suara di dalam kepalanya semakin jelas terdengar, tetapi tidak untuk ketiga siswanya. Rasanya dia menjadi tuli, matanya buram, dan indera perasanya menjadi tumpul.
'… Tidak.' Pada akhirnya, Himeko kehilangan kesadarannya dan tenggelam dalam dunia yang tidak diketahui.
Garis-garis tron berwarna merah muda muncul disekitar mata Himeko, menjalar menuju pipinya. Matanya yang berwarna emas menyala– memberikan aura yang jelas-jelas membuat siapapun tidak nyaman.
"Himeko?" Kiana gugup melihat mentornya yang diam dan tidak menunjukkan tanda-tanda seperti Himeko yang biasanya. Mata itu membuat Kiana sesaat berpikir.
—Itu bukanlah Himeko.
Dan disaat itu, segalanya menjadi hening. Hanya beberapa langkah lagi sebelum mereka mencapai mulut gua.
"Kiana, tolong bawa Mayor."
"Serahkan kepadaku, Mei!" Kiana dengan cepat menggendong mentornya di punggungnya, dan ketiganya segera berlari untuk menyusul Elias di luar gua.
Untuk suatu alasan, Mei merasakan dadanya menjadi sesak. Dia menjadi gugup. Matanya mencari-cari dan memperhatikan sekelilingnya, tapi tidak menemukan apapun.
"… Intensitas energi Honkai meningkat."
Nafas Mei tercekat mendengar kata-kata itu, tetapi Bronya tidak berhenti disana.
"———!!!"
Getaran yang kuat terasa. Seolah-olah seperti sebuah gempa telah terjadi di bawah laut.
—Tidak, bukan sebuah gempa. Itu sebuah teriakan yang terlalu keras untuk bisa diterima oleh telinga mereka. Tidak ada suara yang diterima, hanya getaran saja…
"Elias!" Kiana berteriak saat dia berlari dengan Himeko di punggungnya. Mei dan Bronya yang dia lewati terkejut melihat respon rekan mereka, tapi tidak menunggu lama untuk mereka menyusul si putih.
***
Langit biru cerah berawan. Lantai yang seperti cermin memantulkan langit, seolah-olah tempat ini hanya ada langit.
Himeko dengan linglung duduk di tengah-tengahnya, dengan kursi yang muncul entah bagaimana.
Tidak ada apapun di sekelilingnya, hanya dirinya yang duduk disana sendirian tanpa siapapun atau apapun. Hanya ada dia dan kursi…
"Kaisar Kuning?" ucap Himeko secara refleks saat melihat seorang gadis yang pernah dia lihat ketika mengalami ujian Stigmata.
"Maafkan aku, keturunanku. Walaupun kamu berhasil mendapatkan kekuatanku, tapi kekuatan kegelapan akan selalu ada dan mencari kesempatan untuk mengendalikanmu."
Mendengar permintaan maafnya, Himeko hanya bisa memikirkan tentang kekuatan Honkai luar biasa kuat yang bergerak memasuki dirinya ketika dia menyentuh pedang Xuanyuan.
Dia menyadari ini bukanlah dunia nyata, jadi Himeko memandang gadis di hadapannya dengan ekspresi serius. "Bagaimana caranya aku bisa keluar dari sini."
"Selama ada orang yang bisa menarik keluar energi yang meluap-luap di dalam tubuhmu." Ji Xuanyuan menjawab dengan singkat dan jelas, tapi dia tidak berhenti disana. "Kekuatan jahat pedang emas memenuhi tubuhmu, selama kekuatan yang mengendalikan tubuhmu berkurang, kamu akan bisa melawan kehendak jahat yang melemah."
Himeko tidak bisa tidak khawatir, tapi dia hanya bisa mengangguk di keadaan saat ini.
—Menarik keluar energi, berarti harus ada seseorang yang menyerap keluar energi Honkai yang memenuhi tubuhnya.
Kepala merah itu bangkit dari kursi tunggal yang berada di sana dan mulai berjalan di sekitarnya. Kursi itu menghilang begitu saja sesaat setelah dia berbalik, tapi kembali muncul setelah dia tidak ingin kursi itu hilang.
"Huh, itu praktis." Himeko bergumam melihat fitur yang ada di dunia mental aneh itu. Dia melirik Ji Xuanyuan yang masih berada di sana menemaninya. "Sebenarnya, aku punya banyak pertanyaan kepada Kaisar Kuning."
"Silahkan, aku akan menjawab sebisaku. Walaupun ini adalah ingatan terakhir kali ketika aku selesai menyegel Chiyou dengan seluruh jiwa dan ragaku." Ji Xuanyuan tersenyum dengan ramah.
"Kalau begitu…" Himeko tidak akan segan untuk bertanya kepadanya.
***
Ketika Himeko memasuki dunia mental dan dunia mengalami getaran gempa yang kuat dari bawah laut di sisi Elias—
Sang Penyihir Agung menatap ke sekelilingnya, tepatnya pada mecha Anti-Entropy yang hanya terduduk dingin seolah-olah kehabisan daya dengan tenang.
"Lagi ya…" Elias bergumam saat dia melirik ke laut dari atas tebing, pada objek yang bergerak dengan kecepatan mencengangkan bagi Valkyrie manapun yang melihatnya.
Tidak lama objek itu berakselerasi dengan kecepatan tinggi ke permukaan laut, wujud raksasa yang tidak mungkin bisa bergerak dengan cepat muncul, membuka lebar-lebar mulutnya ke arah pulau tempat Elias berada, seolah-olah mencoba melahap Penyihir itu bersamaan dengan pulau itu.
Elias tersenyum melihat makhluk itu.
—Raja Iblis yang telah disegel oleh muridnya kembali bangkit.
Chiyou meraung dengan kuat ketika sebuah penghalang tidak terlihat menghentikannya untuk menghancurkan dan menenggelamkan pulau sebesar kota tempat Elias berdiri saat ini.
Walaupun diberikan pemandangan horor yang mencengangkan itu, Elias hanya berdiri tenang dengan tangan memegang dagunya, masih dengan senyuman di wajahnya.
"Menarik sekali. Mencari celah dengan melahap energi Honkai terlebih dahulu, alih-alih langsung menghancurkan semuanya. —kelihatannya kau menjadi lebih pintar setelah ribuan tahun di dalam kandang, Kura-kura."
Tidak ada konsep Mana ataupun energi sihir di dunia ini. Sementara itu, segel yang digunakan oleh Ji Xuanyuan untuk mengurung Chiyou bukanlah segel yang sepenuhnya dari sihir, melainkan campuran antara energi Sihir dan energi Honkai.
Jika Chiyou berhasil melahap segel yang ditempatkan di dalam dirinya dengan bantuan dari kekuatan korupsi yang tersimpan dalam pedang Xuanyuan, dia sudah mengalami perubahan sekarang.
—Dia menjadi lebih kuat lagi.
*HU… ANG…. LONG…!!!*
Seolah-olah melihat sebuah karya seni yang sukses, Elias sangat senang melihat Chiyou yang bermutasi dan mendapatkan sedikit kecerdasan untuk berbicara beberapa patah kata.
—Ini adalah pertama kalinya dia melihat makhluk hidup bermutasi dengan kekuatan dari dunia dunia. Elias ingin mencoba makhluk hidup dari dunia sihir untuk bermutasi dengan energi Honkai yang bisa menghancurkan makhluk hidup, tapi dia mengurungkan niatnya. Bagaimanapun, makhluk ini terlalu merepotkan jika dibiarkan untuk hidup.
"… Maafkan aku Kevin, tapi mungkin pertarungan akhir yang kau idam-idamkan tidak akan berjalan seperti yang seharusnya." Elias bergumam saat seluruh tubuh Chiyou memadat dan mulai menjadi sangat-sangat kecil, menjadi sebuah bola yang tidak lebih besar dari telapak tangan seseorang.
Bola kecil itu terbang ke arah Elias dan jatuh tepat di tangannya.
"Kau harus berterimakasih karena aku sudah membuat ini mudah dimakan, Kevin." Elias bergumam sekali lagi saat dia melihat bola padat yang merupakan mayat Chiyou di tangannya.
"Apa-apaan itu!!?" Kiana berteriak saat tidak menemukan apapun bahkan jika dia merasakan firasat buruk sebelumnya.
"Ada apa?" Elias melirik Kiana, sementara Kepala Putih itu terkejut melihat jumlah robot yang mati di sekeliling Elias.
Mei dan Bronya datang. Mereka juga terkejut melihat jumlah robot yang mencengangkan, walaupun Mei sendiri tidak terlalu terkejut.
"Bronya merasakan energi Honkai yang kuat tadi. Apakah Elias tahu itu?" Rambut bor tertentu bertanya kepadanya.
Sementara Elias menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu. Mungkin itu aku. Lagipula, sulit melawan musuh sebanyak ini tanpa menghabiskan banyak energi bukan?"
Tentu saja, sulit untuk mengetahui kebenaran dengan jawaban setengah-setengah dari Elias. Jadi Bronya berhenti bertanya.
"Apa yang terjadi kepada Himeko?" Elias menoleh ke arah Kiana, menghiraukan Mei yang memandangnya dengan emosi yang berbeda-beda.
"Tidak tahu, sebelum energi Honkai yang kuat muncul, Himeko pingsan sambil muntah darah duluan." Kiana menjawab.
"Apakah kalian sudah memanggil Theresa?"
"Sudah, Kepala Sekolah Theresa sedang dalam perjalanan." Bronya yang menjawab kali ini.
Angin melonjak kencang, hampir mengejutkan yang lain, sementara Elias langsung memandang ke atas langit saat bayangan hitam raksasa terlihat. "… Kelihatannya dia sudah sampai."
Benar-benar penerbangan yang penuh gaya. Pikir Elias.
Melihat Hyperion—pesawat paling ikonik di seluruh hidup para Kapten.