webnovel

bab 7

"aku pengen ngomong sama kamu. serius." Dipta meletakkan sumpitnya di meja.

Nesya tertawa, "yaudah ngomong.."

Dipta menggeleng.

"nanti aja kalau dah sampe Jogja. ini penting. aku dah mikirin ini mateng-mateng."

"emangnya buah mateng.." timpal Nesya sambil menjulurkan lidahnya. meledek Dipta.

Dipta memasang wajah marah, "mentang-mentang jauh ya jadi berani.. giliran ketemu aja kicep.." balas Dipta.

"dih.."

"apa dih dih?" Dipta tak takut.

Nesya tertawa pelan lalu menatap Dipta di layar handphonenya lembut.

"jadi kamu kapan pulangnya??" tanya Nesya pelan. Nesya ingin bertemu, dia tak puas hanya menatap Dipta di layar ponselnya sepanjang waktu. orang-orang yang bilang LDR suck benar adanya. Nesya benci hubungan jarak jauh. Nesya iri dengan orang-orang yang bisa bertemu Dipta setiap hari.

Dipta terlihat lesu. "mungkin akhir bulan, maaf ya.. dua bulan ini kerjaan aku bener-bener nggak bisa ditinggal.." Dipta mengatakan itu dengan nada menyesal.

Nesya mengangguk tak masalah. pekerjaan adalah prioritas Dipta saat ini. dan Nesya menghormati keputusannya. alasan Dipta tak sempat berkencan adalah waktunya habis untuk bekerja. Nesya mengerti, Dipta perlu mencari uang yang banyak di saat umurnya sedang sangat produktif seperti sekarang. walau Nesya sebenarnya tak memaksa untuk hidup mewah asalkan mereka bahagia, baginya bukan hal sulit jika hidup sederhana. mengingat hubungannya selama 3tahun dengan Billy yang bekerja sebagai pns, hidupnya dengan Billy sangat-sangat biasa. tapi terasa menyenangkan karena mereka memiliki waktu bersama lebih banyak. Billy kadang menelpon Nesya di siang bolong sambil bermain zuma di kantornya. kadang ia memiliki waktu makan siang lebih lama dan mengantarkan mie ayam favorit Nesya ke tempatnya bekerja. baginya hal-hal sederhana seperti itu membahagiakan. memiliki banyak uang tapi tak memiliki waktu cukup dengan orang yang disayangi menurut Nesya tidaklah baik.

hal itu membuat Nesya kadang merasa sedih. Dipta mengatakan bahwa meskipun tidak setiap hari pria itu menghubunginya, Nesya harus percaya bahwa dia peduli.

Nesya pernah bertanya pada Dipta apakah dia adalah salah satu prioritasnya sekarang? saat itu Dipta tak menghubunginya 3hari. tidak membalas pesannya dan ketika Nesya menelponnya, Dipta membalasnya di pagi hari dan mengatakan bahwa dia lembur dan tak sempat mengecek ponselnya.

bagaimana bisa ada orang yang tidak memegang ponsel seharian? mengirim pesan tidaklah sulit dan menyita banyak waktu. mengapa Dipta tidak meluangkan waktunya satu menit hanya untuk mengirimkan pesan padanya?

tapi Dipta memandangnya lembut dan menjawab dengan santai. dia memegang ponselnya untuk urusan pekerjaan, tidak hal lain. karena itulah dia tidak berkencan. tidak ada waktu untuknya berkencan. menanyakan how was your day atau bertanya apa yang sedang Nesya lakukan hanya akan berubah menjadi kekecewaan bagi Nesya jika Dipta tak jua membuka pesannya. jika dia mengirimkan pesan kemudian tidak membalasnya lagi bukankah itu akan terlihat seperti Dipta tak benar-benar peduli? maka dari itu Dipta merasa bahwa caranya sekarang dengan menghubungi Nesya ketika memiliki waktu yang banyak adalah cara Dipta menjadikan Nesya salah satu prioritasnya.

"samlekom..." itu terdengar seperti bisikan. tapi Nesya mendengarnya dan langsung mendongak. melihat Bela di pintu kamarnya dan memberinya kode untuk masuk.

"Bela dah disini, aku tutup dulu nanti video call lagi.." Nesya melambaikan tangannya.

"yah kok cepet banget nyampenya dia, aku kan masih pengen lihat kamu.."

"maaf deh kalau kecepetan..." Bela setengah berteriak yang dijawab tawa oleh Dipta di sebrang sana.

"have fun sama Bela ya.. aku sayang kamu.."

Nesya tersenyum. "tisu basah.."

"apaan tisu basah??"

"metoo..."

######

Nesya menutup panggilan videonya dan memandang Bela yang tiduran di kasurnya.

"arya nggak ikut?" tanya Nesya.

Bela menggeleng. "masih di kantor katanya.."

Nesya mengerti, Arya seorang pekerja keras seperti Dipta. kalau Dipta tak punya waktu memegang ponselnya, Arya kebalikannya. tapi dia tetap tak memiliki waktu untuk ngobrol dengan teman-temannya di jam kerja. dia bahkan sering tidak membalas obrolan di grup mereka, kadang lama sekali membalas pesan padahal terlihat statusnya online. tapi Nesya dan Bela memahami bahwa Arya membuka whatsappnya untuk urusan pekerjaan. sejak naik jabatan Arya memang menjadi sibuk, tidak sesibuk Dipta sih.. Arya pulang tepat waktu dan dia masih memiliki waktu untuk bersenang-senang.

nesya ingin bertanya tentang pekerjaan Dipta disana, mengapa sepertinya bosnya memberi dia banyak sekali pekerjaan sampai sering lembur. tapi Nesya memilih tidak bertanya karna menurutnya pekerjaan adalah ranah sensitif. dan hubungannya dengan Dipta juga belum jelas.

"gue bawa mobil hari ini, mau makan apa bumil?" tanya Bela.

Nesya mendengus. "bumal bumil..."

"kan emang lo lagi hamil..." Bela menggaruk kepalanya, "rencana kapan mau ngasih tau Dipta?" tanya Bela ragu.

"nunggu dia kesini.."

"dia kesini masih 3mingguan lagi Nes.. lo yakin mau nunggu selama itu?? Dipta bapaknya loh... eh bapaknya kan??" Bela bertanya dengan pandangan penasaran.

Nesya melempar bantal ke tubuh Bela, "bapaknya lah... abis sama Billy kan gue cuma sama dia. gue juga sih yang salah nggak ngitung tanggal.." Nesya menyandarkan tubuhnya.

"ya gimana keluar dalem emang enak sih..." Bela terkikik.

"Bel please gue lagi hamil jangan mancing gue buat ngomong kasar.."

Bela mengangkat jari telunjuknya dan jari tengahnya membentuk huruf v, "peace..."

########

"minggu depan kamu jadi pulang??" tanya Nesya.

Dipta masih membaca laporannya. dia meletakkan handphonenya di meja, menunjukkan pemandangan dirinya sedang bekerja.

"i dont know hun... kenapa? udah nggak sabar ketemu aku??" goda Dipta.

"iya... ada pengen ngasih tau kamu sesuatu." Nesya mendesah pelan.

Dipta tak menatap layar ponselnya sama sekali. sibuk membuka berkas-berkas di depannya. "ngasih tau apa??" tanyanya.

"kayaknya mending aku ngasih tau pas ketemu deh.."

"kasih tau sekarang aja nggak papa, aku dengerin..." alis Dipta terlihat berkerut saat membaca berkas di tangannya. "baby nanti aku telpon lagi ya ada yang perlu aku bahas sama bawahan aku sekarang. i love you bye.." Dipta mematikan panggilan videonya. meninggalkan Nesya sendiri.

Nesya menghela nafas pelan, memandang perutnya dan tangan kanannya terangkat mengelus perutnya yang mulai membuncit dengan lembut.

"sabar ya sayang, papa masih sibuk cari uang.." Nesya terisak.

#######

📩udah tidur?

ada pesan masuk, dari Dipta. bibir Nesya mengulas senyum, bahagia.

📩belum

lalu nama Dipta muncul di layar ponselnya, menelponnya.

"mataku sakit lihat layar jadi aku nggak bisa video call kamu. maaf.." kata Dipta di sebrang sana.

Nesya membenarkan letak bantalnya, "sebentar..." lalu mengambil headset di laci dan memasangnya.

"kamu baru pulang?" tanya Nesya membenamkan kepalanya di bantal.

"iya, ada banyak yang harus aku kerjain. dan aku besok pagi harus ke Cina ngewakilin kantorku buat dateng ke pernikahan klien. Dipta terdengar menguap.

Nesya memegang perutnya, memutuskan untuk tidak berkata apapun.

"kamu hari ini ngapain?" tanya Dipta dengan nada mengantuk.

aku ke dokter kandungan tadi pagi, Nesya menjawab dalam hati.

"nggak ngapa-ngapain, kayak biasa.." jawab Nesya.

"kamu udah makan malem?"

belum.. aku ngidam pengen makan yang manis-manis, aku pengen kentang goreng mcd, aku pengen makan sate usus di angkringan... jawab Nesya lagi dalam benaknya.

"udah... kamu tidur aja.. kamu kan besok flight pagi.."

"hmm... nggak papa kalau aku tidur duluan?" tanya Dipta, "aku capek banget hun.." tambahnya.

"nggak papa. good night.." setelah mengucapkan selamat malam, mereka mengakhirinya.

Nesya menatap layar ponselnya dengan pandangan kosong.

"dia nggak sayang aku.." Nesya menangis. sepertinya hamil benar-benar membuatnya jadi drama queen.

#######

"mah handphoneku mana??" tanya Dipta ketika sampai dirumah.

"kamu ini bisa-bisanya handphone ketinggalan di bar.. mabuk ya kamu semalem??" mama Dipta mengendus kemeja Dipta. walau baju Dipta sudah dilaundry dan Dipta sudah mandi, tapi mamahnya masih bisa merasakan bau alkohol dari nafas Dipta.

Dipta tersenyum tanpa merasa berdosa, "hehehe... gitu mah biasa klien sukanya ngajak ke tempat-tempat begitu. mana handphoneku mah? penting nih.."

Mamahnya menggeleng pelan, "anak ini pulang ada ibunya yang sudah mengandung melahirkan merawat sampe gede sukses kayak sekarang bukannya disalamin dicium malah nyariin handphone... itu juga mamah nyuruh pak Tatang yang ngambil kesana karna kamu malah tidur hotel bukannya pulang ke rumah.." Dipta memasang tampang memelas. mamahnya cerewet sekali.

"mah ini penting.." Dipta memohon.

"ada di kamar mamah.. ayo ambil kesana.." mamahnya berjalan ke kamarnya diikuti Dipta.

"ngomong-ngomong kamu besok pagi jadi ke Jogja jemput calon mantu mamah?" tanya mamahnya excited.

"nah makanya ini mana handphone Dipta mah semalem orangnya tu di Jakarta.."

#######

saat Dipta mendapatkan handphonenya, sang mamah terus bertanya mengapa calon menantunya yang ia sebut-sebut ada di Jakarta. l

dipta tak menjawab dan berlari ke kamarnya di lantai dua. terus mencoba menghubungi nomor Nesya tapi tidak aktif. Dipta menelpon whatsappnya tapi Nesya memblokirnya. centang satu dan tak ada foto profil, sudah pasti diblokir.

Dipta langsung mencari tiket ke Jogja hari itu juga. Dipta sampai di Jogja jam 8 malam. langsung bergegas menuju penginapan dan menemui Nesya secepatnya. Nesya mudah sekali salah paham, dan Dipta tidak ingin Nesya berpikir bahwa Dipta mengkhianatinya.

Dipta berusaha keras menyelesaikan beberapa pekerjaan di Kuala lumpur dan melakukan perjalanan bisnis lebih awal karena ia ingin bertemu Nesya secepatnya.

dia ingin mengajak Nesya bertemu orangtuanya dan melamar gadis itu. jadi mereka tidak perlu lagi melakukan hubungan jarak jauh.

dipta benar-benar tersiksa karna hanya bisa melihat Nesya lewat video call. semakin ia mengenal gadis itu, ia semakin menyukainya.

Dipta hampir tak cukup tidur karena Dipta tak sabar untuk segera pulang ke Indonesia. tapi kejutan Dipta untuk muncul tiba-tiba langsung gagal ketika melihat Nesya muncul di bar kemarin malam.

Dipta berlari ke lantai dua dan menggedor pintu kamar Nesya tak sabar. nafasnya terengah-engah tapi tak ada jawaban.

"mas? mas Duta bukan ya?"

kalau sedang mood bercanda, Dipta akan bergaya dan bilang dirinya bukan Duta tapi Dipta. dan mengatakan bahwa wajahnya lebih tampan dari vokalis sheila on 7 itu..

tapi karna kalut, Duta hanya mengepalkan tangannya di pintu. berharap Nesya akan membuka pintu itu untuknya.

"wah iya mas Duta.. nyari mbak Nesya ya? mbak Nesyanya lagi pergi sama mbak Bela.." jawaban mbok Inah yang tiba-tiba muncul di lorong seperti oase di tengah gurun bagi Dipta.