webnovel

Kecewa

Tetangga Herman, Darmo kemarin pulang dari Taiwan. Kontrak kerjanya selama dua tahun telah berakhir.

Mendengar kabar kepulangan tetangganya itu, dada Herman berdebar-debar. Entah mengapa, yang pasti setelah istrinya pergi kerja di Taiwan Herman bila mendengar nama Taiwan dia langsung teringat pada istri.

Lama Herman berdiri di depan rumah, nampak seperti sedang memikirkan sesuatu, lalu dengan perasaan sedikit ragu Herman mendatangi rumah Darmo. Dia ingin mendengar cerita seperti apa kemajuan negara Taiwan dan orang-orangnya disana, selain itu dia ingin mencari tahu kabar istrinya dari Darmo, barangkali Darmo ada jumpa dengan Halimun di Taiwan ?

Setibanya di rumah Darmo, Herman disabut oleh seorang wanita yang mengaku sebagai istri Darmo.

"Sangat disayangkan, Darmo sejak pagi sudah pergi," ujar istri Darmo. Kemudian berujar lagi ," Ada kepentingan apa,Kang ? Nanti kalau Darmo sudah pulang saya sampaikan."

Herman berpikir sesaat, dia tidak mau asal bicara. Dia mencari perkataan yang sekiranya dapat masuk akal bila disampaikan kepada Darmo. Setelah lama berpikir, namun masih ragu-ragu Herman bicara,"Tolong, nanti sampaikan kepada Darmo ada Herman suaminya Halimun datang mau pinjam uang sementara, bila Halimun sudah kirim uang dibayar," ujar Herman lalu pergi.

Istri Darmo tidak berkedip memperhatikan Herman, hatinya sempat kaget mendengar ucapan Herman ingin meminjam uang. Dia tidak setuju dengan niat Herman tadi.

"Mudah-mudahan Kang Herman bicara pinjam uang cuma bercanda," ujar istri Darmo dalam hati sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

Beberapa orang tetangga Darmo yang rumahnya berdekatan dengan rumah Darmo banyak berdatangan.

Umumnya di Desa itu tetangga berkunjung kepada seseorang yang baru pulang dari kerja di luar negeri karena berharap dapat pemberian buah tangan.

Istri Darmo tersenyum ramah kepada tetangga-tetangga yang datang.

Berkata melambung manakala ada tetangganya bertanya kemana Darmo.

Gayanya sejak kepulangan Darmo jadi berubah, senang melihat orang-orang dengan kepala mengangguk-angguk percaya kepada omongannya.

"Oleh-oleh dari Darmo ini saja," ujar Istri Darmo sambil membagi beberapa celana panjang jeans kepada beberapa orang tetangga dekat.

"Kalau minta amplop tidak ada. Suami saya masih menukar uang di Bank belum pulang," ujarnya lagi ketika seorang tetangga menyinggung amplop.

Setelah menerima pemberian celana kemudian orang-orang itu saling menunjukan celana jeans pemberian satu sama lain.

Diantara mereka ada juga yang saling tukar celana pemberian itu karena nomor celana kekecilan, dan ada yang kebesaran.

Menjelang sore Darmo pulang. Istrinya langsung menyampaikan ucapan titipan Herman dengan berharap Darmo tidak menanggapi. Akan tetapi perhitungan istri Darmo meleset. Mendengar Herman datang mencari dan hendak meminjam uang Darmo langsung pergi untuk menemui Herman.

Di sebuah warung kopi Darmo mengajak Herman ngobrol. Alasan bila ngobrol di rumah banyak tamu berdatangan dan bicara tidak khusuk.

"Kalau di warung kopi kita bicara tanpa terganggu oleh mereka, saya punya sesuatu yang ingin saya sampaikan kepada Akang Herman," kata Darmo.

Herman mengikuti ajakan Darmo, tanpa ragu dia langsung membonceng motor Darmo menuju warung kopi di tetangga desa.

Sambil menikmati kopi dengan tahugoreng isi toge, Darmo dengan wajah ceria duduk berhadapan dengan Herman, bicara bangga tentang kota Taipe, ibukota Tiwan.

"Saya tinggal di Chung-Ho,Sc.2.Nomor 509 Chung Shan Rd,Taipe Hsien. Dengan kang Maman saya suka jumpa. Wah, dia hebat banyak pacarnya di Taiwan. Setiap hari minggu dia suka jalan-jalan ke Statsiun Kereta Api Chungli dengan pacarnya," ujar Darmo, banyak bercerita tentang pekerjaannya di Taiwan.

Beberapa menit kemudian, sepertinya Herman tidak sabar untuk bertanya tentang Halimun istrinya.

"Kamu pernah jumpa dengan Halimun,Darmo ?" Tanya Herman.

Darmo tersenyum sebentar lalu bercerita tentang Halimun di Taiwan tanpa tedeng aling-aling.

Herman mendadak kalap, detak jantungnya menjadi debaran yang memacu emosi, sebentar-sebentar dia menghela nafas.

"Istri kang Herman sombong, disapa tidak mau menjawab. Dia bersama seorang lelaki ," kata Darmo memperlihatkan rasa kecewa.

"Tapi saya memaklum, mungkin dia tidak mau ketahuan hubungannya dengan lelaki itu."

"Maksud kamu ?," Herman penasaran.

"Istri kang Herman kata kawannya berselingkuh dengan lelaki asal Thailan itu. Tampangnya jelek, masih ganteng juga kang Herman," ujar Darmo.

Herman mendengus-dengus bagai Kerbau terluka.

"Cepat cerai saja istri seperti itu,Kang. Desa ini maha luas dan masih banyak perempuan baik dan setia untuk bisa diajak berkeluarga", ujar Darmo lagi.

Herman tidak bisa lagi menahan rasa sesak di dadanya, dia langsung meradang.

"Jadi perempuan keparatkah sekarang istriku di sana ?," Herman bertanya dalam hati, ke dua mata nya berkaca-kaca.

"Kali ke dua saya memergoki Halimun di Warung Pondok & Karaoke dekat Statsiun KA Chungli, bersama lelaki Thailan itu," kata Darmo sangat rinci.

Jiwa Herman merentak-rentak, hatinya terasa perih bagaikan disayat, mulut terkatup, membayangkan wajah Halimun.

Senyum Halimun terkembang membayang jelas di pelupukmata, seperti sedang mentertawakan dirinya bersama nasibnya yang jeblok.

Herman mendesah, dia rasakan dadanya sangat sesak.

"Yang membuat saya tertawa, istri kang Herman pernah bertengkar dengan TKW asal Bogor memperebutkan lelaki jelek itu," kata Darmo mengakhiri ceritanya.

Herman duduk terpaku, wajahnya mengekspresikan rasa kebencian.Detik itu juga rasa sayang dan rindu kepada Halimun berubah menjadi kebencian.

Setelah tahu Darmo tidak akan bercerita lagi, Herman berpamitan, meninggalkan Darmo di warung kopi itu.

Langkah Herman tidak bersemangat.

Di sebuah perempatan jalan, Herman berdiri.

Menatap ke arah jalan pulang ke rumah mertua nya, sebentar. Setelah itu menatap ke arah pangkalan ojeg, beberapa detik langsung mendekati.

"Mau kemana Kang?," Seorang tukang ojeg yang hafal dengan Herman menyapa.

Sementara itu beberapa orang tukang ojeg lainnya sedang asyik bermain kartu domino.

"Antar aku ke pantai Patimban," sahut Herman.

"Siap Kang ," kata tukang ojeg itu dan segerara menyelag motornya.

Herman langsung duduk di jok belakang, kemudian motor melaju menuju pantai Patimban.

***

Di sebuah warung di pantai Patimban, Herman nampak bergairah. Tiga botol bir sudah dia tenggak. Tukang ojeg nimbrung ikut minum tetapi tidak berani minum bir sampai banyak, dia minum setengah gelas ditemani oleh pelayan warung hatinya sudah merasa senang.

Perlahan-lahan Herman limbung, delapan botol bir sudah dia minum. Kabar Halimun yang dia dapat dari Darmo terus menghantui pikirannya. Kecewa di hatinya menjadi luka terasa sakit.

Herman merasa perkawinannya sudah dikhianati oleh istrinya.

Herman membuka beberapa tutup motol bir lagi dan sambil sempoyongan menuangkan bir ke dalam gelas lalu menenggaknya.

Dia minum bir banyak-banyak ingin bisa melupakan tentang Halimun.

Akan tetapi sangat sulit, semakin Herman mabuk di benaknya datang khayalan kemesraan Halimun dengan lelaki lain.

Kabar mengenai Herman sudah beredar di kampung Setengah.

Beberapa orang warga duduk di poskamling sedang menggunjingkan.

Tidak ada yang tahu dengan persis siapa yang mula-mula menghembuskan kabar Herman mabuk.

Pergunjingan orang-orang kemudian merembet kepada soal Halimun.

"Herman orang alim tidak mungkin sekonyong-konyong minum bir, apalagi sampai mabuk. Saya yakin itu ada kaitannya dengan Halimun di Taiwan," kata salaseorang yang sedang bergunjing di pos kamling itu.

"Halimun kenapa ?" Tanya yang lain.

"Ya,mungkin dia selingkuh di Taiwan, terus kedengar oleh Herman...," sahut salaseorang itu.

"Khusss ! Tidak baik bicara seperti itu, bisa jadi fitnah. Nanti berabe urusannya," orang yang lain mencegah, tidak senang membicarakan Herman terlalu dalam.

Lalu berkata lagi "Kalau ada yang bertanya, apa kamu tahu dengan persis tingkah laku buruk Halimun di Taiwan, kamu mau jawab apa ? ."

Semua orang di poskamling itu kemudian terdiam, mereka seperti sedang menyesali perkataannya.

Dari arah timur poskamling, nampak seseorang sedang mengendarai motor dengan suara kenalpot cempreng.

Salaseorang dari mereka yang ada di poskamling mengenali sipengendara motor, lalu segera dia bertepuk-tepuk tangan memanggil.

"Siapa dia ?" Tanya yang lain.

"Sana tukang ojeg," jawab orang yang bertepuk itu.

"Sebelum ada berita Herman mabuk, saya melihat Sana pergi bersama Herman. Pasti dia banyak tau penyebab Herman mabuk....kita tanya dia."

Beberapa menit kemudian pengendara motor sudah berada di samping poskamling sambil mengerang-ngerangkan suara mesin motor, kemudian mematikan.

Dia tetap duduk di atas jokmotor tidak mau duduk bersama.

Orang yang memanggil Sana tadi mendekat dan bertanya dengan suara berbisik.

"Sana, saya melihat kamu pergi dengan Herman, pasti kamu tahu mengapa Herman mabuk ? ."

Sana terdiam, tidak mau bicara. Dia berpikir kalau bicara takut salah dan bisa menjadi fitnah.

"Saya dengar gara-gara Halimun berselingkuh Herman minum-minum sampai mabuk," kata yang lain.

"Wakh kalau soal Halimun saya tidak tahu," ujar Sana. Lalu dia perhatikan wajah orang-orang itu satu persatu.

Sana melihat tanda-tanda akan ada banyak pertanyaan dari orang-orang yang ada di poskamling itu. Tidak mau repot lalu segera menghidupkan mesin motornya, sambil bicara.

"Kalau kang Herman mabuk minum bir memang betul, saya juga ikut di warung itu...Alah kenapa kalian mikirin kang Herman mabuk bir? Orang mabuk minum bir sekarang sudah biasa ! " ujar Sana.

Setelah mesin motornya hidup Sana langsung Sana tancap gas pergi.

Orang-orang di poskamling itu pada menatap kepergian Sana, wajah mereka menunjukan perasaan kecewa karena tidak mendapat info yang sesuai dengan keinginannya.

Sana terus tancap gas, mereka yang di poskamling terus berteriak mengeluarkan sumpah-serapah.

Sementara itu, suasana di sebuah rumah, tidak begitu jauh letaknya dari poskamling itu, sepasang suami istri sedang berbincang, duduk bersanding di ruang tamu.

Di branda rumah nampak dua anak gadis remaja sedang asyik membaca buku novel.

Suami istri itu adalah orangtua Halimun. Surya dan Rumi. Mertua Herman.

Istri Surya sedang bicara merencanakan keinginannya membeli kulkas dan mengganti TV nya dengan yang lebih besar.

"Uangnya pinjam dulu dari kang Haji, nanti jika Halimun kirim uang baru kita bayar," ujar Rumi dengan wajah berseri-seri, merasa yakin suaminya akan menyetujui.

Dan dalam benaknya membayangkan beberapa orang tetangganya manggut-manggut melihat ruang tamu dilengkapi kulkas.

Rumi menyusun rencana bila sudah membeli kulkas idamannya itu akan memberitahu ibu lurah, kemudian ibu-ibu wakil dusun, setelah itu memberitahu kepada ibu-ibu yang lain.

Dengan Halimun bekerja di luar negeri, istri Surya merasa dipandang oleh tetangga-tetangga.

Tetangga yang bernama kang Haji, orang kaya di kampung Setengah itu tak henti-hentinya menawarkan pinjaman uang setiap saat bertemu dengan Rumi.

"Kalau butuh uang mendadak jangan sungkan-sungkan pinjam ke saya,Rumi," ujar kang Haji dengan sikap manis.

Dia lupa prilakunya kepada Rumi dengan Surya sebelum Halimun berkerja di Taiwan.

Rumi meminjam uang Rp 100 ribu untuk keperluan berobat ke Puskesmas dengan sombongnya kang Haji bicara, "Kamu akan membayar dengan apa ? Maaf,Rum. Saya tidak bisa meminjamkan uang tanpa jaminan."

Sekarang, kang Haji sedang mengatur setrategi usaha pinjaman uang.

Setelah tahu Halimun sedang berkerja di luar negeri kang Haji langsung membidik kedua orangtua Halimun buat dijadikan nasabah, potensi pengembalian uang pinjamannya dinilai sangat bagus.

"Sementara anak kamu belum mengirim uang, tapi kamu sedang butuh buat beli perabotan rumah, misalnya kulkas, ingin ganti TV baru, jangan malu-malu pinjam kepada saya," ujar kang Haji.

"Uang satu juta sampai sepuluh juta rupiah, saya ada kalau kamu mau pinjam."

Rumi tersentak melihat kang Haji berbaik hati, langsung hatinya gembira.

Besok dia berencana ingin membeli kulkas dan mengganti TV dengan yang lebih besar dan bermerek.

"Ibu, sudah bicara dengan kang Haji kalau kita akan meminjam uang ?," tanya Surya.

Rumi tergeriap dari lamunannya.

Surya bicara lagi, "Bilang kepada kang Haji, kalau meminjamkan uang bunga nya jangan besar-besar ."

Sementara itu, dua gadis remaja yang sedang asyik membaca novel di beranda rumah sebentar tersenyum ramah kepada tiga orang pria yang datang menghampiri.

Tiga pria itu ketua RW dan RT yang mau bertemu dengan Surya.

"Okh, pak RW. Ayah ada di dalam, silahkan masuk saja Pak," kata seorang gadis remaja, sementara seorang lagi meneruskan membaca buku novelnya.

Ketua RW dengan dua orang ketua RT melangkah masuk ke dalam rumah. Menemui Surya yang sedang bicara dengan Rumi istrinya.

Kedatangan ketua RW bersama dua orang ketua RT itu disambut Surya dengan hati gembira. Ini merupakan sebuah kehormatan rumahnya dikunjungi oleh pejabat lokal.

Tetapi istri Surya kelihatan tidak begitu senang, karena lamunannya soal kulkas dan TV baru seketika buyar mendengar pembicaraan ketua RW dengan suaminya.

Beberapa menit tamu itu bicara, perlahan-lahan wajah Surya berubah, dia terhasut oleh rumor Halimun di Taiwan telah berselingkuh.

Suami Halimun, Herman terpukul oleh rumor itu sampai dia minum-minum bir hingga mabuk.

Sambil menahan rasa malu kepada tiga orang tamunya itu, Surya bicara lirih.

"Saya berharap rumor tentang Halimun sementara diredam dulu," kata Surya

Esok harinya, istri Surya pergi ke wartel yang jaraknya sampai puluhan kilometer dari kampung Setengah. Dia menelfon kepada Halimun buat mengecek kebenaran berita jelek yang diterima dari ketua RW dan ketua RT.

Wajah istri Surya perlahan-lahan kelihatan teduh, senyum senang terkembang. Dia rasakan dalam hatinya tidak bergejolak, telinganya mendengar suara Halimun bicara dari Telepon.

"Di Taiwan ini saya berkerja, untuk membantu suami dan kedua orangtua! Orang Thailan itu kawan kerja di kantin, masa saya tidak boleh bicara dengan dia...," terdengar Halimun menarik nafas kesal.

"Jangan didengar kalau ada rumor kaya gitu di kampung Setengah. Sudah dulu bicaranya, saya lagi sibuk kerja. Nanti malam saya nelfon ," ujar Halimun.

Kemudian terdengar suara sambungan telepon terputus.

Pintu ruang bicara di wartel terbuka, istri Surya keluar. Sambil berjalan, dia mengekspresikan keadaan hati setelah bicara dengan Halimun.

"Puas sudah aku. Halimun tidak buruk seperti yang digunjingkan orang...dia masih sadar punya status bersuami ."

Setibanya di rumah istri Surya bicara lagi, dia ingin agar semua orang tahu dan mempercayai Halimun tidak berselingkuh.

Semua tetangganya diminta jangan mempercayai rumor itu.

Tetangga-tetangga yang lewat depan rumah Surya melihat kepada Rumi dengan heran.

"Sekarang terserah Herman, dia mau percaya dengan berita bohong itu lalu menceraikan Halimun, ya silahkan. Saya tidak melarang. Dia akan menunggu di sini sampai Halimun pulang itu hak dia," ujar istri Surya.

Nada bicaranya terdengar ditinggi-tinggikan supaya didengar oleh banyak orang.

Setelah tetangga-tetangga Surya mendengar ocehan Rumi, lalu keesokan hari nya ada seorang tetangga mencoba cari tahu apa yang menyebabkan istri Surya bicara sengit.

Dari pangkalan ojeg pertigaan, didapat info Darmo dengan Herman mengadakan pertemuan di warung kopi.

Lima jam kemudian beredar rumor Herman mabuk berat minum bir.

Ada yang berbisik, Herman jadi bodoh karena Halimun di Taiwan berselingkuh.

Satu minggu kemudian muncul pergunjingan orang menyalahkan Darmo.

Rumor baru di kampung Setengah, Darmo menyukai Halimun. Sewaktu masih di Taiwan berulangkali mengajak Halimun jalan-jalan rekreasi, tetapi Halimun selalu menolak.

Karena niat tidak terlaksana

Darmo menaruh dendam dengan membuat berita buruk dan menyampaikan kepada Herman supaya Halimun cerai.

Rumor baru itu menyebar ke pelosok kampung Setengah.

Darmo seperti disengat Kalajengking, tidak berdaya mengurung diri di dalam rumah sampai dia merasakan kepalanya mau pecah karena tidak bisa mencari tahu sumber rumor itu.

"Rumor itu bagaikan setan, cepat berhembus dari mulut ke mulut, berkembang menjelajah kampung, tetapi tidak pernah ada orang yang menangkap siapa penghembus pertamanya," kawan Darmo memberi pencerahan karena melihat nyali Darmo jadi ciut.

Kemudian hampir setiap hari kawannya menyarankan supaya Darmo berbesar hati, pasrah dan yakin, rumor itu tidak bisa membuat Herman marah. Dan rumor di kampung Setengah itu akan berakhir dengan sendirinya.

Kecewa tetap ada

******