webnovel

Kejutan Ulang Tahun

Pulang malam harinya, Rafida berjalan di belakang Mr.Wil sambil melamun bingung memikirkan bagaimana caranya minta maaf. Mr.Wil pasti tak ingin siapapun mengetahui alasannya yang sebenarnya tidak mengizinkan ada anjing dirumah.

Tapi saking fokusnya melamun, dia sampai tidak menyadari Mr.Wil berhenti jalan dan akhirnya ia menubruk punggung Mr.Wil.

"Ah, maaf, aku tidak lihat jalan."

"Ini kan bukan pertama kalinya kau terus menabrak punggungku. Apa kau sebegitu sukanya dengan punggungku sehingga setiap kali ada kesempatan kau akan terus melakukan itu?"

"Ngomong apa sih?" gumam Rafida tidak mengerti.

"Terima kasih sudah membantu Min Seok, tapi kau kan takukalau dia adalah seorang public figure. Demi mencegah masalah yang tidak penting terulang di kemudian hari, lebih baik kalian jangan bertemu berduaan."

"Tapi aku tidak berduaan dengannya. Aku juga hanya ingin bersembunyi darinya sekarang ini. Gawat! Apa kami terpotret tadi?"

"Aku sudah menanganinya."

"Maaf, aku sudah menyusahkanmu lagi."

"Aku sudah terbiasa, istirahatlah."

Tapi Rafida masih belum selesai bicara. "Tentang anjingnya, aku minta maaf. Tidak seharusnya aku membawanya pulang tanpa seizinmu."

"Jadi, apa kau akan mengusir anjing itu?" tanya Mr.Wil.

"Sebenarnya pemilik anjing itu akan kembali beberapa hari lagi, jadi bisakah aku memeliharanya selama beberapa hari saja? Sebagai gantinya, aku mau melakukan apapun yang Mas Wildan minta. Katakan saja." Rafida pasrah asal Mr.Wil menyetujuinya.

"Tentu saja ada, dan hanya kau yang bisa melakukannya."

"Apa?"

"Para tetua mau cucu."

"Apa? Tapi, kita kan-" Rafida galau.

"Kau tidak mau?" Mr.Wil melangkah mendekat ke arah Rafida. Membuat Rafida mundur hingga menabrak pintu.

"Tidak mau apa?"

"Anak?" Mr.Wil menatap sendu. Ia bahkan sudah mengunci Rafida yang tak bisa kabur kemana pun.

"Memangnya Mas Wildan tidak akan kerepotan jika aku hamil dan melahirkan? Ku dengar mengurus bayi lebih susah dibanding mengurus anak kucing." Rafida mengalihkan pandangannya. Wajahnya sudah memerah.

"Tidak masalah, aku sangat pintar menangani hal itu." Goda Mr.Wil sambil mendekatkan wajahnya ke Rafida yang jelas saja membuat Rafida tambah gugup.

"Mas Wildan mau ngapain?" tanya Rafida gugup. Tangan besarnya mengelus pipi merah Rafida.

"Bermain denganmu. Apa kau mau bermain juga?" suara keduanya mulai berat. Napas mereka bahkan sudah tak berarturan.

"Kalau begitu apa kau setuju jika aku mau bermain denganmu?"

"Hanya kali ini, lain kali tidak boleh."

"Terima kasih, tapi kenapa kau tiba-tiba setuju?"

"Karena dibanding masalah itu, aku lebih mempedulikan hubungan kita." Mr.Wil menangkup wajah Rafida dan mulai menempelkan bibirnya pada bibir Rafida. Keduanya saling terpejam menikmati hasrat yang entah sejak kapan terpendam itu.

Bahkan kecupan itu mulai semakin memanas. Rafida pun mulai berani membalas setiap kecupan yang di berikan oleh Mr.Wil. Tangannya terangkat untuk melepaskan jas yang digunakan Mr.Wil. Lalu membuka kancing-kancing kemeja Mr.Wil.

Mr.Wil pun tak diam, ia juga melepaskan ikatan pada baju Rafida yang membuatnya langsung terlepas dalam sekali tarikan saja. Mr.Wil pun langsung menggendong Rafida ala bridal menuju kamarnya.

Keesokan harinya di kantor, Said sedang presentasi panjang lebar melaporkan perkembangan produk baru mereka. Tapi si bos malah sibuk melamun galau memikirkan kejadian tadi pagi.

Flashback.

Pagi hari, Mr.Wil terbangun dengan terkejut karena Rafida tak ada disamping dirinya. Ia pun langsung segera mandi untuk bersiap berangkat kerja. Namun, saat dirinya baru turun untuk sarapan, Mr.Wil mendapati Rafida sudah menyiapkan sarapan banyak untuk mereka berdua. Soalnya hari ini kan hari ulang tahun mereka berdua.

"Selamat ulang tahun. Apa kau ada waktu nanti malam? Ayo kita merayakan ultah kita bersama-sama." Ucap Rafida dengan senyum yang sangat lebar.

"Aku sangat sibuk."

"Ultah juga tidak ada perkecualian?"

"Cuma ada satu perkecualian dalam hidupku, yaitu menikah denganmu. Aku tidak selera makan, kau makan sendiri saja." Mr.Wil pun pergi begitu saja dengan wajah yang dingin.

Rafida sampai kecewa karena sikap Mr.Wil yang kembali dingin padahal semalam ia sangat romantis.

***

"Mr.Wil ..." Said menegur Mr.Wil yang melamun.

"Ah apa?"

"Kenapa anda terus-terusan melamun sepanjang hari ini?" tanya Said tau jika ada yang salah dengan Mr.Wil.

"Apa, kau pernah merayakan ulang tahun?" tanya Mr.Wil dengan wajah serius.

"Tidak Mister. Tapi, apa anda hendak merayakan ulang tahun bersama nyonya Rafida?"

"Ah itu, bukan begitu,"- Mr.Wil ragu- "Ya maksudku hanya perayaan kecil saja. Apa yang harus saya lakukan?"

"Beli saja kado untuk nyonya Rafida. Saya yakin saat ini nyonya Rafida sedang mempersiapkan pesta kecil-kecilan untuk kalian berdua." Saran Said dengan senyuman tersembunyi.

"Haruskah? Kado apa?"

"Itu, hanya Mr.Wil yang bisa menentukannya." Said pun undur diri dan membiarkan Mr.Wil berpikir untuk memberikan Rafida kado apa.

***

Sementara itu, Min Young juga sudah menyiapkan candlelight dinner untuk merayakan ultahnya Mr.Wil. Ia menyewa sebuah restoran bintang tujuh dan sebuah kado jam tangan keluaran baru yang hanya ada lima buah di dunia. Dia bahkan sudah menunggu dengan antusias.

Mr.Wil masih bergutat dengan laptopnya. Ia sedang browsing untuk mencari kado yang akan ia belikan untuk Rafida. Namun, Mr.Wil masih belum menemukan benda yang cocok. Hingga jam berlalu dengan cepat. Mr.Wi masih belum menemukannya.

Tok tok tok

"Mr.Wil jam sudah menunjukkan pukul lima sore lebih sepuluh menit. Apa anda akan bermalam disini?" tanya Said dan berharap ingin pulang cepat.

"Ah ya? Oh iya, apa kau ingin pulang? Tidak apa saya bisa pulang sendiri." Ucap Mr.Wil mempersilahkan Said untuk pulang terlebih dahulu.

"Apa Mr.Wil masih belum menemukan kado untuk diberikan pada nyonya Rafida?"

"Hahh, aku pikir aku menemukan kebuntuan."

"Mr.Wil, coba kau ingat-ingat saja dulu. Apa yang belum pernah Mr.Wil berikan untuk nyonya Rafida dan pastinya sangat cocok untuk nyonya Rafida terima. Saya yakin, Mr.Wil pasti bisa menemukannya. Dan itu bukan hanya berkisar pada barang mewah." Saran Said dan membuat Mr.Wil teringat akan sesuatu. Ia pun langsung berdiri dan berlari dengan semangatnya.

"Terimakasih." Ucap Mr.Wil dengan senyuman lebar dan riang. Said sampai tak bisa berkata apa-apa saing terkejutnya.

"Rupanya dia memiliki sikap lembut seperti itu juga," gumam Said tersenyum senang.

***

Mr.Wil masuk ke toko bunga. Ia dengan semangat memesan sebuah bunga.

"Apa yang bisa kami bantu?" tanya penjaga toko.

"Apa kau bisa membuatkan ku rangkaian bunga untuk ulang tahun?" tanya Mr.Wil dengan tersenyum.

"Ulang tahun untuk siapa?"

"Ah itu, untuk istri saya." Mr.Wil tersenyum malu-malu. Sang penjaga toko pun mengerti dan mencoba menawarkan buket khusus kasih sayang.

"Bagaimana dengan buket mawar merah dengan beberapa melati kecil disisinya. Buket itu melambangkan kecintaan dan kesucian yang abadi."

"Boleh."

Tak lama kemudian, Mr.Wil pun menerima buketnya dan sempat menuliskan kartu ucapan untuk Rafida. Ia pun keluar dari toko dengan sangat semangat dan tak sabaran. Namun, dering telepon membuat langkahnya terhenti.

"Halo?"

"Maaf, apa anda bisa menjemput pemilik ponsel ini. Dia pingsan karena mabuk." Mr.Wil bingung karena mendengar suara pria asing dari ponsel Min Young.

"Apa? Baik, saya segera kesana." Mr.Wil melajukan mobilnya ke arah restoran yang disebutkan sang penelpon.