webnovel

HEAVENLY

(WARNING! terdapat unsur 18+ yaitu berupa kekerasan, darah, dan sebagainya.) Park Yuju wanita cantik berdarah Korea yang harus menjalani kerasnya hidup di sebuah kota bernamakan Agnieszka. Melawan berbagai ketidak adilan, bully-an, dan hinaan yang dia dapatkan. Dan sebuah kisah cinta yang menjadi pelengkap kisah hidupnya. Kisah cinta yang membuatnya bahagia dan tersakiti. Sebuah cinta yang menyeretnya dalam kegelapan. Cinta yang membuatnya merasakan kebencian, kesedihan, dan kekecewaan. Akankah cinta itu dapat membuatnya bertahan atau membuatnya menjauh dan melupakan semuanya? Dan semua itu dimulai saat dirinya bertemu dengan seorang pria dengan mata indahnya yang berhasil mencuri perhatiannya dan saat itu jugalah berbagai macam hal aneh dan janggal mulai terjadi pada dirinya.

Blueside · Urbano
Classificações insuficientes
389 Chs

MEET

"Ini Yuju, tenangkan diri mu." ucap Bella sambil menyodorkan sebotol air mineral pada Yuju yang terlihat masih gelisah.

Yuju menerima botol itu dan meminumnya seteguk saja "Terima kasih Bella."

Wanita bernama Bella itu kemudian ikut mendudukkan dirinya di samping Yuju. Mereka kini sedang berada di ruang loker, Bella terpaksa memberi tanda closed sementara di depan pintu minimarket.

Ia khawatir pada temannya dan kejadian tadi yang juga membuatnya takut dan bertanya-tanya. Bella menggenggam tangan Yuju yang terasa dingin dan berkeringat.

"Yuju mari berfikir positif, hmm... mungkin saja pria itu hanya ingin mengembalikan sapu tangan milik mu bukan?" ucap Bella berusaha menenangkan sang teman.

"T-tapi bagaimana mana mungkin dia bisa menemukan ku dan juga dari mana dia tau tempat aku bekerja, itu tidak masuk akal Bella." sahut Yuju. Bella menghela nafas.

"Mungkin saja ia mengingat wajah mu bukan? tidak mungkin dia melupakan wajah seseorang yang telah menolongnya semalam. Dan hey! apa kau lupa kita hidup di zaman modern kini sangat mudah untuk menemukan orang yang ingin kita cari." Yuju memikirkan perkataan Bella yang terdengar masuk akal.

Dan lagi pula pria itu tidak menyakitinya, dia hanya mengembalikan sapu tangan miliknya. Yahh... meskipun masih ada bercak darah pada sapu tangan putih itu. Dan juga tingkahnya yang cukup aneh dan sedikit mengeringkan.

"Kau benar Bella, mungkin aku terlalu berlebihan." ucap Yuju.

"Tidak apa-apa wajar saja kan kau merasa takut. Apalagi pria tadi muncul dan hilang begitu saja seperti hantu saja!" omel Bella.

Yuju terkekeh mendengar ucap Bella yang ada benarnya, harusnya pria tadi pengucapan terima kasih tidak langsung menghilang seperti itu.

...

Jae berjalan masuk ke cafe perusahaannya sambil merapikan setelan jas hitam yang menggantung pada tubuh sempurnanya.

Jae melirik beberapa pegawai yang sedang terlihat berbisik-bisik dengan ekor matanya. Ia tau bahwa yang sedang mereka bicarakan pastilah dirinya tidak lain dan tidak bukan.

Bagaimana tidak, pasalnya CEO mereka jarang menginjakkan kakinya di cafe perusahaan yang terletak di lantai bawah ini bahkan sangat jarang. Sang CEO hanya menginjakkan kaki nya sekali disini dan ini untuk yang kedua kalinya. Mungkin CEO mereka sedang ingin menenangkan pikiran dari berkas-berkas setinggi gunung yang selalu menghiasi mejanya.

Dia sendiri juga tidak tau kenapa ia melangkah masuk kemari, mungkin ia hanya ingin duduk sejenak.

Dengan cuek Jae meminum ice coffee yang ia pesan, Entahlah ia sudah terbiasa dengan sikap para pegawainya yang seperti itu. Apakah mereka sebegitu tertariknya dengan kehidupan miliknya?

Yang bahkan menurut ia sendiri hidupnya sangatlah tidak menarik dan membosankan. Mata Jae kemudian beralih pada seorang pegawai wanita yang duduk di sudut sana yang terus-menerus menatapnya tanpa malu, jika boleh jujur ia tidak tau dan tidak menghapal semua wajah dan nama pegawai di perusahaannya. Dan juga ia tidak ingin tau.

Jae berdecak "Ck...dasar." kemudian ia mengalihkan pandangannya. Jae melihat jam tangan rolex pada tangannya. Pukul empat sore.

Dua jam lagi seluruh pekerja nya akan pulang. Jae lalu beranjak meninggalkan cafe itu, dan para pegawai yang ada di di cafe mengucapkan salam nya saat berjalan meninggalkan cafe.

...

Agnieszka kota yang cukup padat dari kota-kota lainnya. Kota dengan orang-orang kaya yang lebih banyak dari kota di sekitarnya. kota dimana orang kaya dapat melakukan apapun seenaknya, dan uang adalah segalanya bagi mereka. Jujur saja perkataan itu benar bukan?

seperti apa yang terjadi di kantor polisi saat ini, saling debat dan tidak mau kalah satu sama lain.

"JAGA MULUT MU TUAN! APA KAU PIKIR KAU DEWA!" teriak pria berbaju putih itu sambil menunjuk pria yang sedang duduk dengan angkuhnya.

Pria itu berdecak "Ck..hey! memang apa yang bisa dilakukan oleh pria seperti mu!"

Pria berbaju putih itu mengepalkan tangannya siap untuk mendaratkan pukulannya pada pria angkuh itu. Namun segera di tahan oleh Grey.

"Tuan aku mohon tenanglah tidak bisakah anda membicarakan ini secara baik-baik." ucap Grey.

"AKU SUDAH BERBICARA DENGAN PRIA ANGKUH ITU DENGAN BAIK-BAIK! TAPI DIA MALAH MENGHINA KU! KAU PIKIR AKU AKAN DIAM SAJA!?"

Grey memijat keningnya pusing. Sebenarnya ini hanya masalah sepele saja pria berkaos putih itu tidak sengaja menyenggol pria berkemeja biru itu sehingga kopi yang di bawa pria berbaju putih mendarat dan tumpah mengenai kemeja pria itu. Sepele bukan?

"Hey! kau dengar, kau pikir berapa harga kemeja yang ku pakai ini hah!?"

"Begini saja, tidak bisakah anda memaafkannya saja? lagi pula hal itu tidak sengaja terjadi." ucap Kyle. Berusaha mendamaikan keduanya.

Tiba-tiba pria angkuh itu berdiri dari kursinya "HAH! kalian semua sama saja harusnya kalian membela ku bukan pria itu! kalian sama dengan ku kan!? namun lihat apa yang kau lakukan!" pria itu pun meninggalkan kantor polisi itu sambil menutup pintu dengan keras.

Grey dan Kyle menggelengkan kepalanya ia tidak habis pikir kenapa orang dengan pemikiran seperti itu masih ada di dunia ini. Dan memang hal itu sudah bukan hal asing di kota ini.

"Sudahlah, dia benar di kota ini orang asing seperti ku tidak mendapatkan keadilan dan tidak bisa berbuat apapun, kami hanya di anggap parasit bagi kalian." Pria itu beranjak. "Terima kasih kalian sudah menolong ku, setidaknya kalian sudah berusaha."

Pria itu pun mengambil tas punggungnya dan melangkah keluar dari kantor polisi itu. Grey dan Kyle kembali ke tempat duduk mereka masing-masing, Grey mengetuk-ngetuk pulpen yang ia pegang pada meja.

Perkataan pria tadi terngiang-ngiang di benak dan kepalanya "Kyle, kapan hal ini berakhir di kota ini? aku tidak sanggup melihat penindasan seperti ini terhadap mereka." ucap Grey.

"Aku pun! namun apa yang bisa kita lakukan kita bahkan hanya polisi biasa. Kita hanya polisi yang di tugaskan untuk melayani masyarakat saja." pasrah Kyle.

"Kau tau Kyle, sometimes i felt so embarrassed with my own country."

...

Yuju menyeret kantong sampah yang cukup berat dengan tangan kanannya. Kali ini giliran nya untuk membuang sampah kardus yang sudah cukup menumpuk.

Yuju memijat pinggangnya yang terasa pegal, Yuju mendongak melihat langit malam yang di hiasi oleh bintang-bintang yang gemerlapan.

Jika boleh jujur ia cukup kelelahan tenaga nya sudah berkurang dan juga kaki nya terasa pegal dikarenakan ia yang harus terus berdiri dan membuka kan pintu untuk setiap pelanggan yang ingin masuk.

Dan juga ia sebenarnya sangat ingin berkerja kantoran. Ia ingin merasakan kerja di tempat yang nyaman, mendapatkan gaji yang cukup banyak, dan dapat membanggakan sang ibu. Maksud ku adalah anak mana yang tidak ingin menjadi orang sukses dan membanggakan orang tua nya bukan?

Yuju berjalan kembali ke minimarket, ia menendang kaleng soda yang menghalangi langkahnya dengan cukup keras.

"Aww!"

Yuju langsung menoleh kearah tempat duduk dan meja plastik yang di sediakan di depan minimarket. Dan Yuju seketika langsung ternganga.

"Ahhh...t-tuan maafkan saya, aku tidak sengaja. Apa anda baik-baik saja?" panik Yuju.

Kaleng soda yang ia tendang tidak sengaja mengenai kaki seorang pria dengan jas hitam yang sedang duduk di salah satu kursi itu yang sedang meminum sekaleng bir.

Pria itu tersenyum tipis "Oh, tidak apa-apa. Aku baik-baik saja."

TAMPAN. satu kata yang cukup mendeskripsikan pria itu. Yuju sampai bengong melihat wajah rupawan pria itu, jika ia di tanya apakah ia pernah melihat dewa Hermes. Maka ia akan langsung menjawabnya kalau dirinya sudah melihatnya dengan kedua matanya, bahkan dewa itu sedang ada di hadapannya.

Saat dirinya sibuk memandangi dan mengagumi wajah tampan pria itu tanpa di sengaja kedua mata Yuju bertemu dengan mata biru itu. Dan hal itu pula yang membuat Yuju tertegun lidahnya mendadak keluh "K-kau..."