webnovel

Hate you! My husband

Urbano
Contínuo · 25.2K Modos de exibição
  • 13 Chs
    Conteúdo
  • 5.0
    27 Avaliações
  • N/A
    APOIO
Sinopse

Lima tahun sudah Mirna Hapsari mengarungi biduk rumah tangga dengan Anwar Sanjaya dan sudah dikaruniai tiga orang anak. Namun akhir-akhir ini ia merasakan pernikahannya tak pernah membawa kebahagiaan pada dirinya, terlebih ia semakin membenci sifat dan kebiasaan buruk suaminya yang tidak pernah mau dirubah. Saat ia sedang dilema, tanpa sengaja Mirna bertemu kembali dengan Reza Mahendra mantan kekasih terindah Mirna yang sampai saat ini belum bisa ia lupakan walau sudah berstatus sebagai istri dan juga ibu. Dengan status sebagai suami orang, Reza pun tak gentar mendekati Mirna. Mereka kian akrab dan seolah lupa pada status masing-masing namun ada maksud tertentu dari Reza dalam mendekati Mirna. Apa itu? Mirna pun kini terjebak pada pilihan melepaskan atau mempertahankan? Ia ingin lepas dari segala belenggu hidupnya selama ini sebagai istri yang tak pernah dihargai namun ia juga berusaha mempertahankan rumah tangganya demi anak-anak mereka. Keputusan apa yang akan diambil oleh Mirna? Di sini kita akan lihat dua sisi yang berbeda dari Mirna, sebagai istri yang teraniaya juga istri yang bermain api dengan pria lain. Silahkan pembaca akan memilih mengasihani Mirna atau menghujatnya. Selamat membaca!

Chapter 1Nafkah semaunya

"Nih, uang belanja hari ini!" bang Anwar melempar uang dua puluh lima ribu ke atas kasur, tepat saat aku sedang mengganti popok Ayla anak ke tiga kami.

"Masa segini sih, Bang? Belum beli pampers Ayla, jajan si kembar terus..." belum lagi aku menuntaskan keluhanku, bang Anwar mendekatiku.

"Terus gue harus apa? Gue cuma punya uang segitu?!" bentaknya dengan mata membulat sempurna, aku tahu dia sedang marah besar kalau sudah bilang 'lo, gue'.

Aku memilih diam tak menjawabnya, bukan karena aku takut tapi aku melihat Ayla yang kini menjerit seperti ketakutan saat mendengar suara ayahnya yang meninggi. Aku mengalah demi anakku ini sedangkan bang Anwar seolah tak peduli dengan tangisan anaknya, dengan cueknya ia pergi begitu saja.

Selama berumah tangga, bang Anwar memang menafkahiku semaunya. Bukan aku tak terima tapi sepertinya ia tidak punya keinginan untuk berusaha mendapatkan penghasilan yang lebih demi keluarga. Pekerjaannya sebagai supir angkot memang tak menentu tapi seharusnya ia bisa lebih giat sedikit, toh angkot pun milik pribadi, pemberian dari abahku. Aku pun sengaja mau hamil kembali setelah melahirkan si kembar Raka dan Rai yang kini sudah berusia empat tahun demi melihat kesungguhan bang Anwar mencari nafkah. Aku pikir mungkin bila punya anak lagi, suamiku itu akan semakin giat bekerjanya namun ternyata aku salah, ia tetap saja malas. Justru semakin semaunya karena merasa angkot punya sendiri. Bangun siang, hanya jalan berapa jam lalu pulang minta makan. Selepas makan, biasanya ia ketiduran sampai malam. Setelah bangun biasanya ia malah nongkrong dengan teman-temannya atau kalaupun di rumah malah asik dengan hapenya, sulit sekali memintanya bermain dengan anak-anak atau sekedar membantu pekerjaan rumahku.

Itu salah satu keluhanku pada sifat dan kebiasaan suamiku yang bila kurincikan masih panjang sekali daftarnya. Lima tahun aku berusaha memahami semua prilakunya, berharap suatu hari dia bisa berubah namun nyatanya tak ada perubahan sedikit pun yang nampak dan tidak ada keinginan darinya untuk berubah padahal sering kali aku menyindir bahkan berkata langsung padanya tapi sepertinya ia termasuk orang yang bebal tak pernah mengindahkan semua ucapanku.

Terkadang di saat aku berada di titik terlelah dan jenuh dengan kondisi rumah tanggaku ini, ingin sekali aku mengakhiri semuanya. Pergi meninggalkan bang Anwar namun kembali kutatap wajah anak-anakku yang masih membutuhkan sosok ayah walaupun ayahnya seringkali cuek dan acuh pada mereka.

***

"Bu, aku mau jajan!" rengek Rai usai pulang bermain.

"Abang juga mau, Bu!" susul Raka ikut merajuk.

"Kalian makan dulu, ya?! Baru boleh jajan." ucapku untuk melupakan keinginan mereka untuk jajan.

Bukannya apa, uang dari bang Anwar tadi hanya cukup untuk membeli beras yang kebetulan hari ini habis juga pampers Ayla yang masih berumur enam bulan. Terkadang bila uang dari suamiku tak cukup, aku terpaksa tak memakaikannya pampers, aku yang harus bolak-balik mengepel dan mengganti baju putriku itu. Untung saja ia minum ASI sehingga kami tidak keteteran untuk membeli susu formula. Hanya kini Ayla sudah mulai makan, harus ada tambahan untuk membeli bahan makanan atau cemilan untuknya. Sedang aku pikirkan cara untuk menjelaskannya pada bang Anwar tentang kebutuhan kami yang otomatis akan bertambah.

"Ibu, katanya mau makan. Ayo!" Raka menyadarkanku.

Raka menarik daster yang sudah lama tak pernah kuganti, sudah banyak sobekan di sana sini tapi selama masih layak, tetap aku pakai karena memang belum ada uang untuk menggantinya dengan daster baru.

"Oh iya, sebentar ya?!" gegas aku berlari ke dapur.

Ternyata tidak ada makanan di sana, bahan makanan pun kosong karena aku belum belanja. Kubuka lemari makan, hanya ada 1 bungkus mie instan tersisa. Segera aku buatkan untuk anakku.

"Itu mie buat siapa, Bu?" tanya Rai yang menghampiriku ke dapur.

"Buat Abang," jawabku sambil membuka bumbu mie instan itu.

"Aku mana? Kan aku juga laper!" seru Rai memegangi perutnya.

Aku menarik napas panjang, Raka dan Rai memang belum makan. Selesai mandi tadi mereka langsung main, sudah jam sepuluh sekarang tentu saja mereka lapar.

"Makan berdua aja, ya?!" bujukku pada Rai.

"Enggak mau! Itu punya aku." tiba-tiba Raka datang.

"Aku juga mau makan." Rai semakin merengek.

"Ya udah, udah. Nanti pakai nasi ya? Biar kenyang, biar bisa dibagi dua mienya." aku terus membujuk si kembar.

Keduanya kompak menggeleng, wajah mereka cemberut. Mie yang kumasak sudah matang, langsung kubagi dua dan aku sajikan dua piring nasi di depan mereka.

"Ayo, makan! Kalau gak mau buat Ibu aja." gertakku pada mereka.

Dengan berat hati, si kembar pun makan mie bagian mereka masing-masing. Mencampurkannya dengan nasi supaya kenyang seperti perintahku.

Selesai makan, si kembar ternyata masih ingat dengan keinginan jajannya. Mereka menagihku dan tak berhenti menangis sampai ayahnya datang, sepertinya ia habis pulang mencuci mobil angkotnya.

"Kenapa sih, ribut aja!" sentaknya begitu masuk ke rumah yang gaduh dengan suara tangisan si kembar.

"Mau jajan, Yah!" ucap Rai sambil tersedu.

"Mintalah sama Ibu kamu." jawab bang Anwar enteng.

"Uangnya habis untuk beli beras, pampers sama telur buat makan." sahutku dengan nada kesal.

Bang Anwar sempat menatapku tajam lalu membawa keluar Raka dan Rai "Ya udah, ayo jajan!"

Si kembar pulang dengan wajah senang, dibukanya satu plastik berisi jajanan. Bang Anwar memberikan sebungkus kopi padaku.

"Bikinin kopi!" titahnya dengan asap rokok yang mengepul saat aku sedang menggendong Ayla.

"Asap kamu tuh!" aku terbatuk sambil mengibas-ngibaskan asap rokok agar tak terkena Ayla.

Sudah berapa kali aku memperingatkannya untuk merokok di luar agar tak terhirup asapnya oleh anak-anak yang masih kecil ini namun lagi-lagi suamiku itu bebal dan masa bodo.

"Nih!" kuletakkan secangkir kopi di sampingnya yang sedang duduk di teras.

"Sepertinya ini waktu yang tepat untuk membicarakan soal kebutuhan makan Ayla," batinku berucap.

"Bang..." sengaja kulembutkan suaraku.

Bang Anwar hanya melirikku sekilas lalu kembali sibuk dengan hapenya. Ia tak menjawab panggilanku.

"Bang, Ayla kan sudah mulai makan. Aku mau minta uang lebih untuk beli makanan dia," ucapku pelan-pelan agar tak memancing emosinya.

"Memangnya mau makan apa? Bukannya sama aja?!" walau tanpa suara tinggi tapi aku tahu bang Anwar tidak suka mendengarkan permintaanku ini.

"Bedalah, Bang. Kan harus bikin bubur dengan isian empat sehat lima sempurna," tuturku mencoba menjelaskan.

"Halah! Jangan kebanyakan gaya kamu. Kamu tuh gak usah ngikutin gaya hidup artis-artis yang sering kamu tonton tuh di TV, di hape." sengitnya kasar.

Kapan aku memang nonton TV? Setiap hari TV dikuasai anak-anak, main hape? Sungguh aku tak punya waktu untuk itu, paling hanya buka sekilas kalau sedang mengASIhi Ayla.

"Bukan lihat artis, Bang! Itu kata bidan." aku berani menjawabnya, kesal sudah. Untuk keperluan anaknya sendiri disepelekan.

"Beli aja di tukang bubur. Paling tiga ribu, buat bayi ini." bang Anwar masih tak mau kalah.

"Memang Ayla makan bubur aja, Bang?! Dia juga perlu cemilan biskuit, buah." sekalian ku utarakan semua.

"Kan, mulai dah! Kerjaan lo tuh nuntut aja, lo pikir gue gak pusing mikirin semua kebutuhan lo pada?!" teriak bang Anwar membuat beberapa orang yang lewat memperhatikan ke arah kami.

Bila sedang marah, ia memang tak peduli dengan apapun. Di depan umum pun dia bisa dengan bebasnya membentakku, itu yang membuatku semakin membencinya. Harga diriku terasa diinjak-injak oleh orang yang seharusnya menjaga seluruh kehormatanku sebagai istri.

Aku muak! Berlari masuk ke kamar, hanya menangis yang bisa kulakukan saat sedang merasa sakit hati seperti sekarang.

"Apakah suami yang lain ada yang sama seperti suamiku? Tak peduli pada kebutuhan anaknya sendiri?"

****

Você também pode gostar

Sisa Hidupku Adalah Untukmu

Yu Yuehan adalah seorang presiden direktur yang kaya, sempurna, dan tidak mudah didekati seperti orang kaya pada umumnya - pria terkaya di Kota H; tapi suatu hari, seorang bocah perempuan tiba-tiba muncul dalam hidupnya sebagai putrinya! Walaupun pria itu cukup yakin dirinya tidak pernah menyentuh wanita sebelumnya, hasil tes DNA memastikan bahwa bocah itu adalah anaknya! Segera ia menjadi seorang 'papi' yang baik bagi bocah mungil itu, Xiao Liuliu. Dua tahun kemudian, untuk beberapa alasan yang tidak dapat dijelaskan, Xiao Liuliu menjadi sangat menyukai seorang perawat yang sedang dalam masa percobaan, Nian Xiaomu, yang dipekerjakan untuk merawat Xiao Liuliu. Nian Xiaomu memiliki kepribadian yang kuat dan tidak membiarkan siapa pun merundungnya. Terus-menerus khawatir jika ada yang akan mencelakai putrinya, Yu Yuehan selalu mengawasi Nian Xiaomu. Namun, putrinya yang terlihat baik dan manis di luar, diam-diam mempunyai rencana untuk ayahnya .... Waktu berlalu, Nian Xiaomu menunjukkan sisi yang memikat sedikit demi sedikit; dan untuk pertama kali dalam hidupnya, Yu Yuehan tertarik pada wanita misterius ini .... Kata Kunci: Putri yang Misterius, Putri yang Manis, Tidak Mudah Didekati, Wanita Kuat Adegan yang manis: “Papi, Papi sangat tampan!” pipi Xiao Liuliu memerah. “Papi, aku mau digendong!” Xiao Liuliu merengek. “Papi, aku mau adik perempuan! Ayo cepat buat bersama Mami.” “Papi ....” Yu Yuehan berkata dengan ekspresi datar, "Aku tidak pernah tidur dengan wanita mana pun! Bagaimana mungkin aku mempunyai seorang anak perempuan!?" “Apa Mami tidur dengan Papi tanpa Papi sadari?” Yu Yuehan: "…"

Stupa Demon · Urbano
4.8
1546 Chs

Reinkarnasi Agen Khusus: Dewi Yang Maha Kuasa dari Transmigrasi Cepat

Dia adalah Aktris Terbaik yang baru dinobatkan di Lingkaran Hiburan sekaligus putri kedua yang lama hilang dari Keluarga Ye di Kota Kekaisaran, sebuah fakta yang diketahui semua orang. Putri tertua dari Keluarga Ye adalah Ketua Grup Fenghai; putra ketiga dari Keluarga Ye, seorang figur penting di Kota Kekaisaran; tetapi putri kedua yang ditemukan hanyalah sekadar hiasan dalam Lingkaran Hiburan. Ayahnya tidak mencintainya, ibunya tidak menghargainya. Namun, tidak ada yang tahu, di balik kedok seorang hiasan, dia adalah seorang Agen yang luar biasa yang menjadi masalah bagi kekuatan internasional! Tak terduga, dia membuat kesalahan, tertipu, dan secara tidak sengaja mengikat dirinya dengan sistem untuk menyelesaikan tugas dan menyerap energi. Sejak itu, dia mendominasi di semua alam semesta paralel, menulis ulang kehidupan tragis orang lain. Di mana pun dia berada, dia berkembang dengan mudah. Yang tidak dia duga, bagaimanapun, adalah bertemu dengan seorang figur penting dari kekuatan misterius… Ketika dia akhirnya memulihkan kekuatannya untuk kembali ke bentuk puncaknya, dia bisa melepaskan identitasnya sebagai putri kedua Keluarga Ye; dia bisa menolak warisan keluarganya. Namun, jika dia tidak memberikan perhitungan yang baik kepada mereka yang berkomplot melawannya, bagaimana dia akan memberi keadilan pada gelar Agen Utama yang dengan susah payah dia dapatkan? Saat identitasnya sepenuhnya terungkap, saat itulah dia akan bersinar! *** Satu seorang pemuda misterius yang luar biasa, yang lainnya adalah Agen Utama yang terkenal di dunia, inilah pertarungan antara dua tokoh yang tangguh. *** Judul alternatif dari novel ini termasuk "Pahlawan Wanita Sungguh Menakjubkan" dan "Pahlawan Sungguh Tampan". —【Menyegarkan】【Transmigrasi Cepat】【1v1】

Road of Flowers · Urbano
Classificações insuficientes
624 Chs

Serangan Balasan Ibu Tiri: Membesarkan Anak di Era yang Telah Berlalu

[Isteri Lembut VS Pria Tangguh, Memanjakan Istri + Kedua Berbudi + Kehidupan Sehari-hari Mengasuh Anak] Pembawa acara livestream makanan Shen Mingzhu tertransmigrasi menjadi ibu tiri jahat dari novel masa lampau, menjadi tokoh yang kontras dengan Shen Baolan dari desa tersebut. Shen Baolan baik dan berbudi, memperlakukan anak tirinya seperti anak kandungnya sendiri, sementara tokoh asli itu kejam dan bengis, selalu memukuli atau memarahi anak tirinya. Shen Baolan menikmati masa tuanya yang indah berkat anak tirinya yang menjanjikan, sementara tokoh aslinya terbakar hidup-hidup oleh anak tirinya yang terpilu dan jahat. Untuk mengubah hasil tragis tersebut, Shen Mingzhu menggulung lengan bajunya, siap untuk mengurutkan semuanya dengan benar. —— Shen Baolan memiliki mimpi. Pria yang akan dia nikahi akan meninggal setengah tahun kemudian, meninggalkannya menjadi janda tanpa apa-apa, terikat untuk menjalani hidup penuh kesengsaraan. Sementara itu, Shen Mingzhu, karena menikah dengan pria yang tepat, menjadi wanita kaya yang diidamkan. Keduanya dari desa yang sama, keduanya menjadi ibu tiri bagi seseorang, mengapa Shen Mingzhu harus hidup lebih baik darinya? Dia akan menikah dengan pria yang Shen Mingzhu nikahi, dan menjalani kehidupan baik Shen Mingzhu! —— Lima tahun berlalu. Shen Mingzhu telah menjadi mahasiswa, suami Shen Mingzhu tidak meninggal tapi malah menjadi bos besar, dan anak tirinya Shen Mingzhu menjadi anak ajaib. Shen Baolan, yang mendambakan kesuksesan suaminya, masih menunggu dengan pahit hari di mana suaminya akan meningkat menjadi hebat.

Seven Queens · Urbano
Classificações insuficientes
615 Chs

Avaliações

  • Taxa Geral
  • Qualidade de Escrita
  • Atualizando a estabilidade
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo
Opiniões
Gostava
Mais recente

APOIO