webnovel

Haruskah Kembali?

Kau bilang ingin kembali? Apakah kau lupa tentang pengkhianatan yang kau beri? Kau bilang maaf? Aku sudah memaafkanmu, namun luka ini terlanjur menancap di hati. Kau bilang beri kesempatan sekali lagi? Aku sendiri tidak tahu, apakah hati ini masih untukmu. Aku begitu mencintaimu, hingga aku letakan sumber kebahagiaanku padamu. Aku yakin kamupun begitu mencintaiku. Bagiku, kamu sungguh suami luar biasa. Namun, kejadian dua tahun silam, membuatku tidak lagi percaya denganmu. Cinta dan kesetiaanmu telah kau bagi dengan yang lain. Meski kamu mengatakan maaf dan itu sebuah kesalahan, namun kepercayaan tak bisa lagi aku pertahankan. Aku putuskan pergi dari hidupmu dengan membawa hati yang pilu.

DYAR · Adolescente
Classificações insuficientes
12 Chs

Kembali Bertemu

Pagi-pagi hp Fitri sudah berdering. Fitri mengabaikannya karena dia sedang sibuk mempersiapkan metode pembelajaran untuk kelas XII. Deringan kedua, masih diabaikan. Pada deringan ketiga akhirnya Fitri mengambil hp-nya. Dia terkejut melihat nama yang terpampang pada layar Hp. Lalu segera mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum... Fit kemana aja sih kamu dari tadi aku telponin ga diangkat terus?" Gerutu Irwan.

"Maaf deh, Aku tadi lagi mempersiapkan metode pembelajaran buat di kelas nanti, jadi panggilannya aku abaikan dulu. Aku juga lupa kalau hari ini aku harus memberikan jawaban atas tawaran kamu". Sesal Fitri.

"Dasar kamu, gimana coba kalau itu penting? Biasakan liat dulu nama yang terpampang di layar hp kamu, jadi ketahuan mana yang harus diangkat segera, mana yang bisa diabaikan untuk sementara waktu". Nasihat Irwan.

"Yaelah pagi-pagi gini udah maen ceramah aja. Tadi aku beneran lagi nanggung. Aku fikir kalau penting pasti nelpon lagi. Ini buktinya dipanggilan ketiga aku angkat kan?" Fitri menimpali.

"Dari dulu ngomong sama kamu selalu aja ga bisa sekali kelar, pasti nimpalin mulu". Kesal Irwan.

"Hahaha... Kayaknya aku berkesan banget ya buat kamu, dari kemarin ngomongnya yang dulu-dulu mulu". Fitri malah menggoda Irwan.

"Tau ah ngomong sama kamu tuh ga pernah mau ngalah ya." Irwan mengabaikan candaan Fitri.

"Hehehe gitu amat sih. Oh ya kamu nelpon aku mau nanyain masalah asdos itu kan?"

"Itu kamu udah tau. Brarti oke ya?" Irwan kembali dengan nada optimis.

"Tapi jam ngajarnya gimana? Bakal cocok ga ya sama waktu luang aku? Soalnya jam ngajar aku disini lumayan padet".

"Ya kamu kan hanya mengganti jam beliau aja, cuma dua hari kok. Pokoknya kamu datang dulu aja ke sini, biar ngobrolnya lebih enak. Siang ini bisa kan ke kampus?"

"Bisa tapi habis dzuhur ya, soalnya aku hari ini punya jam ngajar sampe dzuhur."

Irwan :"Oke, aku tunggu yaaa. Assalamu'alaikum". Tutup Irwan.

"Wa'alaikumsalam." Lalu Fitri mematikan sambungan telponnya.

***

Di SMK Mutiara Bangsa, Hasbi sedang bersiap-siap untuk berangkat menuju lokasi kegiatan KMD diselenggarakan. Selesai shalat dzuhur, tepat pukul 12.15 Hasbi mulai memacu kendaraannya. Motor tua yang selalu setia menemaninya kemanapun dia pergi.

Empat puluh lima menit perjalanan telah berlalu. Ketika dia tengah memacu motornya dengan kecepatan sedang, tiba-tiba dari arah belakang ada sebuah motor yang menyalipnya dengan kecepatan tinggi hampir menyenggol motornya. Refleks Hasbi membelokkan motor ke arah tepi jalan, lalu segera di rem karena mau menabrak seorang wanita yang sedang berjalan tergesa-gesa. Wanita tersebut menjerit karena kaget. Lalu wanita tersebut menatap tajam ke arahnya. Yang di tatap malah balik menatap. Hingga mereka beradu pandang beberapa detik. Menyadari kesalahannya, Hasbi segera meminta maaf.

"Maaf Dek nggak sengaja, barusan ada motor yang menyalip saya tiba-tiba dengan kecepatan tinggi hingga membuat saya kaget". Hasbi memberi penjelasan.

"Oh iya Pak tidak apa-apa, saya cuma kaget aja. Dikira mau ketabrak." Jawab Fitri dengan tangan kanan yang masih mengusap dada.

"Saya mengerti Dek. Tapi beneran ade nggak kenapa-napa?" Ucap Hasbi ingin memastikan.

"Alhamdulillah saya baik-baik aja Pak. Permisi saya sedang buru-buru." Fitri segera mengakhiri pembicaraan karena dia tidak mau telat sampai kampus yang akan menjadi tempat dia mengajar. Sebelum meninggalkan Hasbi, Fitri kembali membalikkan badan memberikan suatu penekanan, entah itu sebagai nasihat atau bentuk perhatian terhadap sesama manusia.

"Bapak harus tetap hati-hati dan konsentrasi penuh saat mengendarai motor. Jadi ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan bisa segera menguasai diri dan keadaan, agar terhindar dari segala hal yang tidak diinginkan. Permisi saya tinggal". Fitri membungkukkan badannya sambil sedikit tersenyum sebagai tanda hormat. Kemudian berlalu meninggalkan Hasbi yang masih setia menatapnya.

Hasbi belum melepaskan pandangannya dari Fitri. Matanya terus mengikuti kemana arah Fitri pergi. Dia melihat Fitri memasuki gerbang sebuah kampus besar, yang tidak jauh dari tempatnya berdiri mematung. Ketika sosok Fitri sudah tidak terlihat lagi, Hasbi kembali mengalihkan lagi pandangannya ke arah depan. Bukan tanpa alasan, matanya begitu setia mengekori kepergian Fitri. Dia merasa sosok wanita tersebut bukan orang asing. Lalu bergumam sambil mengingat-ngingat.

"Kok perasaan aku pernah melihatnya. Hmmm siapa ya?" Dia mencoba memutar ingatannya. Namun hasilnya nihil.

"Senyumanmu itu sungguh manis Dek." Hasbi kembali bergumam sambil senyum-senyum sendiri seperti berhasil terhipnotis oleh senyum yang telah Fitri berikan.

"Ah apaan sih aku ini". Hasbi segera mengembalikan kesadarannya sambil menepuk jidat. Lalu mulai kembali menghidupkan mesin motornya.

Sepanjang perjalanan menuju lokasi, senyum Fitri berhasil memecah konsentrasi Hasbi. "Senyuman yang indah." Hasbi kembali bergumam. "Aku bener-bener pernah melihatnya deh. Tapi dimana ya?" Hasbi kembali memutar ingatannya dengan keras. Tiba-tiba mimpi beberapa hari yang lalu kembali muncul di ingatannya. Seorang wanita yang sedang menangis pilu.

"Ya Allah, wanita itu kan yang ada dalam mimpiku. Ah yang bener aja. Dia sendiri dulu waktu nyebrang jalan nggak pake hati-hati, malah begitu asik melamun, hingga tidak menyadari keberadaan mobil yang hampir mau menabraknya". Sambil menggeleng-gelengkan kepala, lagi-lagi diikuti senyum kecil yang tersungging dibibirnya. Entah apa arti dari ekspresinya itu, mungkinkah ekspresi geli atau apalah, hanya Hasbi yang tau.

"Sudah tiga kali kita ketemu, kamu masih tidak menyadarinya Dek. Eh gimana mau menyadari, yang kedua kali dia hanya hadir di mimpiku. Sedangkan yang ketiga kalinya, barusan helm aku kan nggak dilepas. Ah jika saja kamu melihat wajahku, mungkin kamu akan sedikit mengingatku dan kita bisa berkenalan, hehehe..." Sambil cengengesan sendiri.

"Astaghfirullah apa-apaan sih aku ini." Dia segera menepis fikirannya. Lalu kembali fokus dengan motornya. Selama perjalanan menuju lokasi, wajah Fitri terus menghiasi fikirannya. Terutama senyum dan ekspresi menyedihkan saat Fitri menangis dalam mimpinya. Berulang kali dia mengalihkan bayang-bayang Fitri, tapi entah mengapa begitu sulit untuk diusir. Sampai akhirnya dia tiba di lokasi kegiatan.

Pukul satu lewat tiga belas menit Hasbi sampai. Acara pembukaan sudah dimulai. Dia segera bergabung dengan para peserta lainnya, dengan menyimpan terlebih dahulu tas ransel miliknya, dipojok ruangan. Rupanya ada beberapa peserta yang terlambat juga seperti dirinya, hingga dia bisa mengurangi sedikit perasaan malu. Awalnya, dia fikir acaranya akan sedikit ngaret. Tapi ternyata on time, hingga dia menjadi sedikit telat.

Setelah acara pembukaan selesai, masing-masing peserta saling berkenalan satu sama lain, lalu menuju ruangan yang sudah disediakan untuk meletakkan segala perlengkapan yang mereka bawa. Mereka menata ruangan tersebut untuk dijadikan tempat tidur bersama. Tiap ruangan ditempati rata-rata oleh enam belas sampai dua puluh peserta. Ada sekitar delapan ruangan yang disediakan disana. Empat ruangan untuk peserta perempuan, empat ruangan untuk peserta laki-laki. Sebuah sekolah swasta yang berhasil disulap menjadi tempat kegiatan KMD berlangsung.

Dalam hitungan beberapa menit, mereka sudah bisa berbaur dan mengakrabkan diri satu sama lain. Sudah tidak ada lagi kecanggungan diantara mereka, seolah mereka sudah kenal lama. Canda tawa mulai mewarnai kegiatan melelahkan yang akan segera mereka mulai untuk empat hari kedepan.

Hasbi yang berada di ruang tiga, tengah asik bercanda dengan teman-teman barunya. Selera humornya yang kadang agak berlebihan, mampu membuat suasana ruangan menjadi lebih hidup. Mereka tidak lagi seperti orang asing yang baru bertemu. Benar-benar suasana yang begitu hangat dan menyenangkan.