"Apa yang kau gerutukan itu, Bardhom?"
Satu suara menyapa pria tinggi besar, ternyata Aka Manah dan Zahal pun telah hadir di ruangan yang ada di sayap kiri dari lantai dua istana kecil milik Alex Hendrawan tersebut.
"Tidak," ucap Bardhom menjawab pertanyaan dari Aka Manah. "Sepertinya aku tahu di mana Ardha Candra dan Clara Dimitrova bersembunyi selama ini."
"Benarkah?" ucap Aka Manah. "Atau mungkin kau hanya mengada-ada, sebab, bagiku, lebih masuk akal bila mereka tinggal untuk sementara waktu di Markas Divisi Investigasi itu bukan?"
"Ya, kurasa kau benar," sahut Bardhom. "Hanya saja, aku masih penasaran. Kau tahu, detektif wanita itu pernah mengatakan pada detektif yang tubuhnya aku gunakan ini bahwa dia memiliki satu rumah peninggalan orang tuanya di kawasan Jakarta Utara."
"Begitu, ya?" Aka Manah mengangguk-angguk. "Dan kau bermaksud untuk memeriksa rumah itu?"
"Begitulah," kata Bardhom. "Tapi, tentu dengan izin darimu."
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com