webnovel

Bunga Melati Putih

"tidak. aku tidak menyukainya." seru Yuki. dia tidak bisa mengatakannya, alasan di balik kebenciannya.

Ichiro tidak mengatakan apapun, mengambil alat penyiram tanaman dan mulai menyirami bunganya.

"tidak apa-apa. bunga ada untuk dicintai dan dibenci oleh orang-orang." seru Ichiro. bola mata hitamnya yang hanya sebelah, terlihat sedikit kelam.

meksipun tidak ada yang bisa melihatnya, Ichiro juga tidak ingin ada yang mengetahui dirinya.

"aku terkadang menyukai bunga, dan terkadang membencinya. sepertinya kita sama, Usagi." seru Ichiro dengan dewasa. suasana yang sepi, aroma sejuk diantara banyak be-bunggaan yang bermekaran. warna-warni seolah berada dalam taman pelangi.

Yuki melepaskan sedikit maskot di kepalanya. menyesap teh hijau yang dibuat oleh Ichiro. rambut hitam pendeknya sedikit terlihat, meskipun tidak terlihat sepenuhnya.

rasanya enak. sangat sempurna saat di nikmati di toko penuh bunga ini.

sayangnya, Yuki tidak terlalu menyukainya. entahlah, padahal Yuki bisa saja melupakannya.

hanya saja kejadian itu terlalu menyedihkan, dan berbekas jauh di dalam hatinya. Yuki tidak akan bisa lepas dari semuanya. hatinya terlalu sakit, dan terlalu menyedihkan jika Yuki memilih untuk membuangnya.

kenangan berharga miliknya. meksipun itu hanya akan selalu menyakitinya.

Yuki berbalik menatap Ichiro yang merawat bunga dengan baik, seolah bunga itu adalah bagian dari dirinya.

hati Yuki melembut, merasa bersalah karena telah mengatakan hal yang menyakitkan itu. namun Yuki tidak bisa membohongi perasaannya sendiri.

surai hitam pendek, khas anak laki-laki. rasanya Yuki pernah melihatnya.

namun kapan?

kapan mereka pernah bertemu?

bukankah mereka baru bertemu sekarang, disini?

apakah Yuki mengenalnya?

Ichiro menyelesaikan perawatannya, menunduk dihadapan ikatan bunga Lily berwarna putih dihadapannya.

"ini memiliki arti yang indah, kesucian dan persahabatan." gumam Ichiro, ada perasaan lembut mengalir pada dirinya saat berbicara tentang bunga.

setiap helaian dari bunga menyimpan perasaan dari seseorang, entah sebuah kesedihan maupun kebahagiaan.

perasaan yang disampaikan padamu, sebuah bunga hanya sebagai sebuah perantara dan sebagai bukti dari perasaanmu. bunga tidak dapat berbicara namun kita dapat merasakan arti dan makna dibalik sebuah bunga.

dari pemberian seseorang ataupun dari hati kita yang menentukannya.

"orang-orang sering memberikan mawar merah untuk menyatakan perasaan." seru Yuki. mengingat masa kuliahnya, dimana banyak yang menembak orang yang disukainya menggunakan mawar. tangkai mawar dan pernyataan cinta.

menggelikan memang. rasanya hanya ingin mengambil suatu perhatian dan dianggap sebagai hal yang romantis.

mungkin itu hal yang sudah terlalu biasa, entahlah. menurut Yuki, bukan hanya mawar yang menyampaikan perasaan namun dari hati seseorang.

bagaimana cara dia menyampaikannya dalam bentuk sebuah bunga dan kebanyakan orang lupa akan hal itu, dan tidak mendapatkan perasaan yang sesungguhnya. hanya sebuah mawar tanpa makna. yang akan layu seiring berjalannya waktu. bagaimanakah sebuah perasaan akan tetap bertahan, seperti makna dalam sebuah bunga?

"mawar memiliki makna cinta, namun kebanyakan mungkin lupa bahwa perasaan bukan hanya dari pemberian sebuah bunga. banyak arti lain yang menandakan tentang perasaan." seru Ichiro sembari merapikan kelopak bunga mawar merah. perlahan jemari tangannya sedikit berdarah karenanya.

bunga bukan berasal dari seseorang, melainkan dari hatinya.

terkadang banyak yang melupakan dan hanya berjanji sesaat. tanpa bisa sekalipun menepatinya, hanya sebuah perkataan tanpa arti sama sekali.

Ichiro mengenalinya, seseorang berharga yang selalu memberikannya harapan dan berakhir meninggalkan dan malah menyakitinya tanpa perasaan.

"Ichiro?" tanya Yuki merasa heran dengan Ichiro yang hanya diam saja, sembari memegangi mawar.

"Eh, kenapa bisa terluka begini. biar aku obati." seru Yuki, kaget melihat luka di tangan Ichiro. Yuki mendekatinya, dan mulai menempelkannya plester lucu yang memang selalu dibawakannya.

dia sedikit kekanak-kanakan.

kadang-kadang, Yuki bisa ceroboh. bisa terjatuh dan melukai dirinya sendiri.

"aku sering sekali ceroboh, tapi tidak apa. selama aku bisa melihat senyum dan kebahagiaan dari seseorang." seru Yuki dengan nada suara ramahnya.

meksipun tidak terlihat, Yuki tersenyum dibalik maskot kelincinya.

"Yosh sudah sembuh!" seru Yuki, Ichiro menatapnya dalam diam. perlahan dia memegangi kedua sisi kepala kelinci yang menutupi Yuki. Yuki hanya terdiam. menatap wajah Ichiro yang tertutupi dengan topi dan hanya sedikit rambut hitamnya yang terlihat.

Ichiro hanya tersenyum tipis. sebuah senyuman di wajah tersembunyinya.

"terimakasih Usagi." seru Ichiro dengan tulus. Yuki hanya mengangguk dengan ceria, membuat orang bahagia memang adalah bagian dari pekerjaannya.

"ini pekerjaan ku." seru Yuki. Ichiro mendekati sebuah bunga putih lain yang ditanamnya dalam sebuah pot.

matahari saat itu terasa begitu hangat, meksipun Yuki tidak bisa merasakannya secara langsung. namun Yuki tau.

Ichiro meletakkan bunga melati putih di balik telinga maskotnya, Perasaan yang tersampaikan dengan begitu lembut.

begitu hangat, tanpa paksaan.

"Bunga Lily putih, cinta yang manis. semoga kau mendapatkan seseorang yang menyadari kecantikanmu." seru Ichiro dengan hangat. sebuah doa melalui sebuah bunga, perasaan yang mengalir layaknya sinar mentari yang menenangkan. menghangatkan semua orang yang dapat merasakannya.

Yuki membentuk sebuah doa di tangannya, mengenggam sebuah bunga melati putih yang diberikan.

"Kau juga Ichiro. semoga kau mendapatkan kebahagiaanmu." gumam Yuki sembari tersenyum tipis.

bola mata putihnya yang sedikit berbinar, menandakan pengharapan akan kebahagiaan dari seseorang.

sebuah kata tulus. melalui sebuah keindahan bunga, perasaan yang saling tersampaikan melalui helaian bunga.

disaat itulah bunga menjadi hal yang berharga bagi orang yang menerimanya.

.

.