webnovel

Golden Chapter

Setiap orang memiliki bab emas dalam hidupnya, di mana pancapaian terbaik didapatkan. Tentu setelah melalui serangkaian proses yang mendatangkan hal baik maupun hal buruk. Untuk mencapai titik itu, He Xihuan harus menaklukkan banyak kelompok mafia dan merebut kepemimpinan. Dalam prosesnya, dia menemukan seorang anak laki-laki yang kecantikannya tersembunyi di balik kulit hitam palsu. Han Yiyue memiliki pesona alami untuk memikat orang-orang di sekitarnya dan menggiring mereka ke dalam dunia fantasi tidak bermoral. Hal itu menimbulkan keinginan He Xihuan menjadikannya homme fatale untuk dikirim kepada musuh sebagai senjata terselubung dengan tugas tertentu. Tidak pernah disangka-sangka, selama masa bergaul dengan Han Yiyue, He Xihuan malah terjerumus ke dalam rencananya sendiri. Dia jatuh cinta kepada laki-laki itu dan menginginkannya seperti orang gila.

evilesther3 · LGBT+
Classificações insuficientes
246 Chs

He Xi Huan Get Weird

Tidak lama setelah makan malam selesai, dua kelompok itu memutuskan kembali bersama dan berpisah di area parkir. Sepanjang perjalanan mereka tidak begitu canggung, juga tidak sedekat layaknya dua sahabat, tetapi beberapa pengunjung ataupun penjaga toko  yang tahu status mereka, memberikan wajah yang baik. Beberapa bahkan diam-diam berbisik secara acak.

 

Ignazio dan  Othello lebih dulu memasuki mobil dan pergi di bawah perhatian He Xi Huan dan kelompoknya, dilakukan untuk menunjukkan persahabatan.

 

Di dalam mobil, Othello yang sejak awal tidak banyak bicara mulai membuka suara. Hal pertama yang ditanyakan adalah, "Tuan Macini, apa Anda benar-benar yakin akan mendukung Tuan Axton?"

 

Meskipun Othello tidak menunjukkan ketidaksukaan ataupun sesuatu yang aneh mengenai dukungan terhadap Axton, jauh di sudut hatinya ia agak takut. Beberapa pekan lalu, ketika He Xi Huan mengutus Jamie ke Italia untuk berbicara dengan mereka, Othello sudah mencari tahu beberapa hal tentang He Xi Huan dan juga Maxiverio serta hubungan mereka. Jelas mendapat informasi jika He Xi Huan merupakan anak tidak sah dari pemimpin Maxiverio saat ini.

 

Ada kesamaan besar antara Ignazio dan He Xi Huan. Anak tidak sah dari pemimpin suatu kelompok atau perusahaan, tidak diakui, dan berambisi besar untuk mendapatkan keadilan juga bagiannya. Hanya saja, Ignazio mengalami kegagalan besar yang membuatnya terpuruk sampai jatuh ke dunia gelap ini. Untuk He Xi Huan, hasilnya belum diketahui.

 

Kesamaan itu membuat Othello khawatir jika Ignazio akan terangsang dan kembali ke keadaan kacau seperti biasa ketika dia mengingat dendam lamanya.

 

Ignazio mengetahui kekhawatiran Othello dan menghargai kepedulian  tersebut. Nada suaranya cukup tenang ketika memberi jawaban, "Aku tidak memiliki keraguan. Jika dia gagal, Panthera akan memberi bantuan."

 

Meski begitu, ketika ia melihat ke luar kaca mobil dan merenung, tidak dipungkiri ada sedikit harapan di matanya. Meyakinkan diri sendiri bahwa bantuan yang diberikan kepada He Xi Huan nantinya akan dianggap sebagai penebus kegagalan di masa lalu dan menjadi alasan untuk lepas penuh dari kenangan buruk tersebut. Bisa dikatakan bahwa Ignazio menaruh dirinya di dalam ambisi He Xi Huan.

 

 

…..

 

 

Sesampainya di rumah, He Xi Huan segera memasuki kamar. Meski tidak jelas, tetapi suasana di antara dia dan Han Yiyue terasa agak canggung. Hal itu terlihat dari betapa hening suasana di dalam mobil dan hal itu tidak berubahhingga mereka tiba di rumah. He Xi Huan bergegas menuju kamarnya tanpa mengatakan apa pun.

 

Jamie terbiasa diabaikan, tetapi tidak dengan Han Yiyue, biasanya He Xi Huan akan mengatakan satu atau dua perintah untuk laki-laki itu.

 

"Apa kamu membuat Xi Huan marah?" Jamie bertanya ketika dia memasuki rumah bersama dengan Han Yiyue.

 

Pihak lain menggelengkan kepala. "Tidak."

 

Jami percaya dengan mudah. Lagi pula jika dipikir-pikir, Han Yiyue tidak melakukan tindakan menyimpang sepanjang hari ini. Meski begitu, ia tetap memberi beberapa kalimat lagi, katanya, "Sepertinya suasana hati Xi Huan sedang buruk, kamu lebih baik tidak mengganggunya."

 

Han Yiyue mengangguk paham dan bergegas menuju ke kamarnya. Terkejut ketika melihat seorang anak laki-laki berjongkok di depan pintu.

 

"Hei! Apa yang kamu lakukan di sini?"

 

Anak itu terkejut sesaat lalu mendongakkan kepala melihak Han Yiyue. Segera saja menampilkan senyum paling lebar juag tulus. Meski masih tampak agak menyedihkan dalam posisi berjongkok, tetapi penampilannya jauh lebih baik daripada sebelumnya. Ia sudah bersih dan mengenakan pakaian yang bagus.

 

Segera berdiri dan berseru antusias, "Tuan, kamu kembali! Aku sudah menunggumu sejak lama."

 

Han Yiyue, yang mendadak menjadi tuan, memasang wajah terkejut dan sedikit benci. Mengebaikan anak itu, ia lebih memilih membuka pintu kamar dan masuk. Namun, tanpa disangka malah diikuti. Agak tidak sabar ia bertanya sambil mencoba mengeluarkannya, "Apa yang kamu lakukan?"

 

"Mengikutimu … aku pengikutmu." Suaranya agak bergetar seperti menahan tangis.

 

Hal itu berhasil membuat Han Yiyue sedikit lunak, tetapi masih berusaha mengeluarkannya. "Aku mau mandi."

 

"Kalau begitu aku bisa membantu menyiapkan pakaianmu."

 

"Tidak diperlukan!" Han Yiyue berbicara dengan tegas dan membuat perjuangan pihak lain melemah. Lagi pula, tugas seperti itu tampak seperti seorang istri kecil, dia tidak membutuhkan seorang istri.

 

"Aku hanya akan duduk dengan tenang. Kumohon, biarkan aku bersamamu."

 

Mendengar suara rendah itu dengan tambahan kesedihan, membuat Han Yiyue  menyerah. Berakhir dengan membiarkannya masuk. Menunjuk ke sofa, ia memerintah, "Duduk di sana dengan tenang!"

 

Bocah itu patuh.  Duduk di sudut sofa dan diam-diam memperhatikan Han Yiyue yang sibuk menyiapkan pakaian sebelum mandi. Setiap gerakan, perpindahan posisi, dan hal-hal berkaitan dengan Han Yiyue tidak lepas dari pandangannya. Bagaimanapun, sosok Han Yiyue dapat dikatakansebagi penyelamat. Di sel itu dingin dan membosankan. Lebih dari itu, sulit untuk mengisi perut hingga kenyang, ia hanya diberi makan sehari sekali, itupun bukan makanan yang enak bahkan layak. Pakaian yang dikenakan hanya akan diganti ketika seorang pembeli datang berkunjung, barulah dapat membersihkan diri. Tidak jarang mendapatkan pelecehan dari orang-orang di sana, terlebih Pedro yang jelas seorang penyuka anak.

 

Karena melamun, ia tidak menyadari waktu berlalu cukup lama. Han Yiyue sudah selesai mandi dan sedang berjalan ke arahnya.

 

Tanpa memakai baju, hanya dibungkus jubah mandi dengan dada terekspos. Duduk di sisi lain sofa dan dalam ketenangan juga kedewasaan yang langka bertanya, "Jadi, siapa namamu?"

 

Pihak lain terkejut mendengar suara yang tiba-tiba terdengar. Menenangkan detak jantung sebelum menggelengkan kepala. Meski begitu ia tidak terlihat bingung.

 

"Kamu tidak punya nama?" Han Yiyue tidak kalah terkejut.

 

Kali ini, anak itu tidak memberi jawaban langsung. Terlihat sedikit bimbang. Tentu saja dia punya, hanya saja itu merupakan nama yang paling dibenci karena akan mengingatkannya pada kejadian di masa lalu.

 

Ibu dan ayahnya meninggal dalam kecelakaan ketika ia berusia 7 tahun. Sosok paman yang selalu terlihat baik menawarkan diri untuk merawatnya dan berjanji memberikan semua yang terbaik. Sayangnya, perlakuan baik itu memiliki batas waktu dan alasan tertentu. Ketika ia berusia 10 tahun paman itu menjualnya ke pasar gelap dan berpindah dari tangan satu ke tangan lain selama bertahun-tahun, hingga berakhir di tangan Pedro. Selama itu juga kehidupan yang dijalani benar-benar buruk.

 

Selain itu, dia sepertinya sudah melupakan namanya sendiri.

 

Han Yiyue sedikit memahami kondisinya. Bagaimanapun kehidupan yang dijalani tidak baik. Han Yiyue merasa jauh lebih beruntung karena bertemu dan memilih mengikuti He Xi Huan.

 

"Apa kamu ingat di mana kamu tinggal sebelum terjebak di pasar itu?"

 

Meski tidak mengingat banyak hal karena alam bawah sadarnya secara paksa menghapus ingatan-ingatan buruk di masa lalu sebagai pertahanan diri, tetapi ada satu kenangan yang tidak pernah dilupakan. Itu seperti tertanam di pikirannya dan menjadi penghibur tersendiri.

 

"Aku ingat sebelum ayah dan ibu pergi selamanya mereka pernah membawaku ke tempat buddha tidur."

 

Sedikit mengerutkan kening, memikirkan beberapa tempat yang identik. Han Yiyue kurang yakin, tetapi tetap bertanya, "Apa itu patung buddha tidur yang sangat besar?"

 

Pihak lain menganggukkan kepala kuat-kuat.

 

Pada titik ini, Han Yiyue memiliki pemahaman sendiri sehingga mulai memikirkan nama yang tepat bagi anak itu sambil mengganti pakaian dan sesekali membuka ponselnya untuk mencari referensi.

 

Setelah menemukan satu yang dirasa bagus dan cocok dengan temperamen anak itu, ia pun memberinya nama. "Fluke. Mulai sekarang kamu akan dipanggil Fluke."