Shana mulai emosi. Ia berteriak marah, "Tunggu saja, sebentar lagi kekasihmu akan sadar. Betapa bodohnya dirimu, dan segera meninggalkanmu!"
Bihan mendorong tubuh Shana hingga terjatuh, dan pergi meninggalkannya.
Bihan butuh seseorang untuk menenangkan diri, ia terlalu malu untuk bertemu dengan Malphas.
Malam ini, Bihan berjalan pulang, tetapi kakinya melangkah berputar-putar terus, ia terlalu malu untuk bertemu dengan Malphas, ada rasa capek karena seharian mengurusi pembelian tanah, bahkan ia tanpa sadar tidak datang untuk bekerja seperti biasanya. Bekerja mengunakan otak memang lebih terasa berat bagi seorang bekas wanita bayaran berotak tolol seperti dirinya.
Akhirnya Bihan duduk di depan rumah, ia malu untuk masuk ke dalam bertemu dengan Malphas. Ia tidak siap jika Malphas meninggalkannya karena ketololannya.
Dan karena capek, akhirnya Bihan tertidur di kursi.
***
Sebenarnya, Malphas tidak ingin melakukan hal ini, tetapi harus ia lakukan supaya kekasih tololnya menjadi lebih pintar dan tahu bahwa orang di sekelilingnya bukan orang baik, Malphas ingin menyadarkan Bihan.
Untuk keluarga Demon, tanah murah milik Agares dan sekitarnya, bukanlah hal yang berarti. Uang milik Demon sangatlah banyak tersimpan di banyak bank di negara-negara Eropa juga di Amerika.
Malphas sengaja membeli tanah di sekitar Agares. Ia berpikir, walaupun lokasinya jelek, suatu saat pasti akan berubah sesuai perkembangan kota.
Malphas membeli semua tanah di sekitar itu dengan harga murah lewat tangan salah seorang anak buahnya. Kemudian dibeli lagi dengan harga tinggi dengan mengunakan nama Demon.
Sengaja Malphas sebarkan, kalau ia akan membangun pusat hiburan malam yang mewah dan berkelas di wilayah itu, mungkin hal ini akan ia lakukan, tetapi tidak sekarang. Mungkin sepuluh tahun lagi.
Haha ....
Malphas membuat Agares menunjukan wajah aslinya, dia seorang yang serakah. Langsung dia naikkan harga miliknya berlipat kali, akan Malphas buat dia menjual kepada Malphas dengan harga yang sangat murah atau di bawah harga semestinya.
Arioch yang Malphas beri tugas mengetahui kepemilikan tanah yang ia inginkan memang atas nama Volkov. Malphas membayar orang pemerintah untuk menyebarkan gosip, bahwa wilayah itu akan digunakan untuk tempat pembuangan sampah atau limbah. Pihak pemerintah akan mengambil tanah itu dengan kompensasi ganti rugi yang kecil, tentu saja bukan sekedar gosip tetapi disertai surat pengesahan tata letak kota yang tentu bisa Malphas buat dan ia batalkan dengan mengunakan UANG.
Malphas membuat berita-berita palsu untuk membuat mereka kalap. Beruntung, Bihan tidak mengetahui berita itu, ia sengaja membuat otaknya sibuk dan tidak bisa berpikir dalam waktu yang sempit. Malphas sengaja menghindari Bihan.
Malphas sudah mengetahui teman Bihan seorang yang licik, Shana menginginkan dirinya, lebih tepatnya menginginkan uangnya. Akan Malphas buka, topeng Shana di depan kekasihnya.
Semua berjalan sesuai rencana Malphas. Darahnya adalah darah Demon, meskipun nama belakangnya tertulis Devil. Jika ia mau, semua pasti bisa Malphas manipulasikan.
Malphas sedih melihat Bihan tertekan, dan saat ini tertidur di kusi depan rumah. Malphas tahu, Bihan mungkin malu bertemu dengannya.
Bihan seorang ... tidak! Bihan malaikat yang baik, dia tidak mungkin berani datang menghampiri Malphas dalam keadaannya sekarang. Bihan tidak sadar, sekarang justru apa yang dilakukan, membantu Malphad memiliki tanah yang diinginkannya.
Malphas melihat wajah jelita Bihan yang tertidur di kursi depan rumah, sekali lagi terlihat sangat mirip kakaknya Hanbi. Bahkan dia sendiri tidak sadar semua yang Malphas lakukan demi Hanbi.
Sebodoh apa pun Bihan, Malphas tetap akan menerimanya, nyawa Hanbi yang rela mati deminya tidak mungkin dibayar dengan apa pun.
Malphas ikut duduk di samping Bihan, diletakkan kepala Bihan di dadanya yang bidang dan ikut tertidur.
***
Bihan terbangun saat mendapati kepalanya ditumpu pada benda keras dan bergoyang-goyang, juga sedikit suara yang berulang-ulang. Langit masih gelap, Bihan merasakan kepalanya berada dalam dada Malphas, dielusnya rahang Malphas yang tegas itu.
Hatinya bertanya, "Apakah aku mencintainya? Jika iya, mengapa aku tidak bergairah jika berhubungan dengannya. Tetapi, kenapa aku takut Shana berkata bahwa dia akan merebutnya dariku?"
Bihan bukan seorang yang serakah akan materi, apa penyebab ia takut di tinggal olehnya jika bukan cinta, atau kebersamaan selama ini menjadi kebiasaannya. Bihan sendiri tidak jelas sebenarnya. Baginya cinta seperti sebuah misteri yang susah sekali untuk dipecahkan.
Malphas pasti memaafkan Bihan, ia yakin dan Bihan pun melanjutkan tidurnya di kursi itu.
Malphas merasakan udara pagi yang dingin.
"Dingin sekali di sini, ayo kita pindah kenkamar dan lanjutkan tidur kita," bisik Malphas ke telinga Bihan.
"Hmm ...," jawab Bihan masih mengantuk. Malphas berdiri menggandeng Bihan. Dan mereka berjalan menuju ke kamar mereka.
***
Saat Pagi setelah mandi bersama. Di ruang makan ....
"Hari ini kau bayarkan semua sisa kekurangannya ke orang Rusia itu di notaris, aku minta lakukan secepatnya sebelum mereka sadar," kata Malphas ke Bihan. "Pastikan semua beres hari ini!"
Wajah Bihan tampak bingung. Mungkin dia belum tahu semuanya dalam rencana Malphas, Malphas hanya tersenyum.
"Apakah sudah kau bereskan sisa toko yang belum kau beli?" tanya Malphas kepada Gremory.
"Semua sudah beres, hari ini perjanjian notarisnya akan di selesaikan," jawab Gremory.
"Mungkin hari ini kau akan bertemu dengan Bihan di notaris, tolong jaga dia dari Volkov, perintahkan beberapa orang untuk mengawalnya selama membuat perjanjian dengan Volkov, aku ingin memastikan keamanannya!" perintah Malphas ke Gremory.
"Biar Nelchael seorang saja bersama Bihan, biar tidak banyak kecurigaan dari mereka," jawab Gremory.
Malphas mengangguk setuju. "Baiklah."
Nelchael juga setuju dengan mengangguk.
"Kau sudah tahu yang terjadi, dan kau masih tetap membeli tempat itu?" tanya Bihan bingung.
"Aku justru senang akhirnya kau memilih memutuskan tempat yang kuinginkan, bagaimana kau bisa berubah pikiran akhirnya?" Malphas pura-pura bertanya.
"Eh Rubah ... jangan membuatnya bingung lagi, kau mencintainya atau tidak, kau selalu mempermainkannya. Jangan kau anggap dia gadis kecil," Gremory membela Bihan.
Wajah Bihan semakin bingung.
"Sudah ... jangan kau pikirkan yang terjadi, nanti kau bisa gila. Semua yang kau lakukan kemarin sudah di bawah pengawasannya, kau cuman dipakai untuk alatnya saja. Kekasih lmu itu seorang iblis. SADARLAH AKAN HAL ITU," kata Gremory.
"Jadi kau sengaja membuatku membeli tanah yang salah?" tanya Bihan masih bingung.
Malphas hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Kau buang banyak uang hanya untuk membeli tanah yang akan menjadi tempat pembuangan sampah?" tanya Bihan lagi.
"Siapa yang bilang tempat itu tempat sampah?" tanya Malphas balik.
"Shana dan penjualnya," jawab Bihan.
"Jika mereka tidak berpikir seperti itu, mana mungkin kau dapat membeli dengan harga murah seperti kemarin," jawab Malphas.
"Jadi kau merencanakan semua, supaya mereka menjualnya?" tanya Bihan.
"Sebentar lagi akan ada berita duka, kau akan kehilangan temanmu yang baik itu, yang berjasa membuatmu bisa membeli tanah milik Volkov," kata Malphas.
"A—Apa yang kau maksud Shana," duga Bihan, lalu mendengus kesal. "DIA BUKAN TEMANKU LAGI, DIA KEKASIH GELAPMU!" kata Bihan marah.
"Sejak kapan dia menjadi kekasih gelapku?" Malphas membalas ucapannya.
"Bukankah kau tidur dengannya sebelum mengenalku, bahkan kau menggeram puas saat bercinta dengannya," sindir Bihan dengan cemburu.
"Aku sudah biasa menggeram saat memasuki lobang. Bukankah kau sudah tahu, bahkan saat milikmu kumasuki pun aku juga menggeram puas. Tetapi satu hal yang harus kau ketahui, Mereka. Bukan. Kekasihku," ejek Malphas.
"Benar kata sepupumu—Apollyon—, KAU BENAR-BENAR SUNDAL!" teriak Bihan.