webnovel

Chapter 27: Kedua orang dengan masalah yang berbeda

"Maafkan saya karena telah memakai cara yang kasar seperti ini, Riku-sama. Tapi, saya harus melakukan ini demi permintaan seseorang," ujar Tia yang masih dalam senyuman lembutnya.

Mendengar itu, aku mengerutkan alisku dan dengan buru-buru mengambil ramuan yang dapat menghilangkan status buruk apapun— [Vacinne], di dalam [Inventory]ku.

Tapi—

"Saya tidak akan membiarkanmu, Riku-sama. Kumohon, tidurlah dengan tenang," cetus Tia.

Saat itu juga, sebuah akar pohon muncul dari pegangan kursiku dan layaknya mahkluk hidup yang bergerak, akar itu mengikatku.

"Khh!"

Sial, aku tidak bisa bergerak.

Tubuhku juga telah mencapai batasnya, jika sepertinya ini terus, aku benar-benar akan tertidur.

"Uuh..."

Menyadari bahwa semuanya sudah percuma untuk melawan, aku perlahan-lahan mulai memejamkan mataku, sambil terus melototi Tia yang ada di depanku dengan tajam.

Efek dari minuman itu sudah tidak bisa lagi kutahan.

"Ke.. napa?" tanyaku dengan suara yang lirih.

"Tolong jangan beranggapan buruk, Riku-sama. Saya melakukan ini untuk anda," jawab Tia, tapi aku sudah tidak dapat mendengarnya lagi, karena efek dari teh itu telah membuatku tertidur.

"...."

Melihatku yang akhirnya tertidur, Tia menghela nafas laga dan dia segera berjalan mendekatiku, mencoba untuk mengangkat tubuhku.

Pada saat itu juga—

"Aku akan membantumu."

"Alicia-sama?"

Alicia yang sama sekali tidak tertidur meskipun meminum teh yang sama, langsung berdiri dan menawarkan bantuan untuk membantu Tia.

Sama sekali tidak ada ketegangan di dalam dirinya, yang mana membuat alis Tia terangkat.

"Seperti yang diduga dari seorang dewi, bahkan obat bius sekuat ini masih belum bisa membuat anda tertidur, saya kagum," ujarnya.

"Yah, lagipula aku seorang dewi, efek buruk apapun tidak akan berpengaruh padaku," balas Alicia yang menjawab kebingungan Tia.

Mendengar itu, Tia semakin kagum kepada Alicia.

Kemudian, sembari menundukkan wajahnya penuh rasa hormat, dia berkata dengan sopan.

Bagaimanapun, jika membahas soal umur. Kemungkinan besar Alicia jauh lebih tua dibandingkan kepala desa Elf itu yang sudah hidup ratusan tahun atau bahkan ribuan tahun, jadi wajar saja jika dialah yang harus menunjukkan sopan santun.

"Terima kasih atas penawaran anda, Alicia-sama. Tapi, apa anda tidak bertanya tentang apa yang ingin saya lakukan?"

"Tidak," jawab Alicia spontan, membuat Tia sekali lagi terkejut. Sebelum dia sempat menanyakan alasannya, Alicia berjalan mendekati Riku yang tertidur dan membelai rambutnya.

Dia tersenyum tipis. "Aku paham bagaimana perasaanmu. Anak ini terkadang keras kepala, jika tidak seperti ini, dia tidak akan pernah mau beristirahat."

"Ya ampun, saya benar-benar tidak bisa mengalahkan anda," ucap Tia dengan tulus.

Setelah mengatakan itu, mereka berdua mulai membawa tubuhku ke tempat tidur, dan membaringkanku dengan lembut di atas kasur yang nyaman, tapi—

"Uuh..."

"A-Apa anda baik-baik saja, Alicia-sama?"

"Maaf, sepertinya itu masih terlalu awal untukku bisa membawa beban seberat ini," ucap Alicia yang bahkan baru satu detik dia merangkulku di bahunya.

"Be-Begitu, kah? Tolong jangan paksakan dirimu, Alicia-sama. Saya yang akan melakukan tugas ini, anda bisa membantu saya untuk menyiapkan kasurnya saja."

Alicia hanya bisa mengangguk ketika dia dikasihani oleh gadis kecil itu dan dengan lesu berjalan untuk menyiapkan tempat tidurku.

Dia benar-benar tidak bisa diandalkan jika soal urusan tenaga, bagaimana bisa dia menawarkan bantuan dengan penuh percaya diri ketika dia saja tidak bisa melakukan apa pun?

Pada akhirnya, Tia lah yang membawa tubuhku dan membaringkanku di atas kasur yang empuk.

Setelah itu, di sana, duduk di sebelahku, dia menatapku dengan mata yang hangat, membelai rambutku dan tersenyum manis.

"Anda benar-benar anak yang ceroboh. Tolong jangan membuat orang tua ini terlalu mengkhawatirkanmu, Tuan Pahlawan," ujarnya.

Kemudian, gadis itu berdiri kembali dan mulai berjalan pergi dari ruangan tersebut.

"Baiklah, saya masih memiliki pekerjaan lain yang harus saya kerjakan. Maaf, tapi apa saya bisa menyerahkan sisanya kepada anda, Alicia-sama?"

"Yah, serahkan padaku. Aku akan menjaganya," jawab Alicia dengan penuh percaya diri.

Tia menundukkan kepalanya sejenak dan setelah itu pergi meninggalkan tempat tersebut.

"...."

Sekarang, hanya tinggal tersisa aku dan Alicia yang menjagaku di tempat itu.

Saat dia memastikan bahwa sudah tidak ada lagi di tempat itu selain kami. Dia melihat wajahku yang tertidur pulas, menusukkan jarinya di pipiku dan tersenyum usil seolah sedang menggodaku.

"Dasar, seharusnya kau tidak membuat seorang dewi sekhawatir ini. Aku pasti akan membuatmu membayar semuanya setelah kau bangun nanti."

"...." Aku tidak menjawab.

Kemudian, masih menatapku yang tertidur, Alicia mulai membaringkan kepalanya di kasurku dan tertidur di sebelahku sembari menggenggam tanganku dengan sangat erat.

Itu terasa sangat hangat.

"Kau harus membayar mahal untuk ini kau tau? Awas saja nanti," gumam Alicia tersenyum tipis.

Setelah itu, dia juga tertidur di sana menemaniku.

****************

Di sisi lain, ketika aku sedang tertidur, saat ini Elvy bersama dengan Mila berada di dalam kamarnya, yang mana di sana juga hanya ada mereka berdua.

"Ya ampun, kau menjadi tambah semakin imut semenjak penampilanmu berubah, tolong menikahlah dengan Onee-chan dan terus bersama Onee-chan untuk selamanya!"

"Mi-Mila-san tolong hentikan itu, bukankah ada sesuatu yang ingin Mila-san katakan makanya memanggilku ke sini selarut ini? Kenapa malah jadi begini?" keluh Elvy ketika dia mulai dipeluk dan dielus-elus seperti seekor kucing peliharaan oleh Mila.

"Ara ara, kau tidak perlu sedingin itu, El-chan. Tolong izinkan Onee-chan untuk melakukan ini sebentar lagi! Saat Onee-chan melihatmu yang terpotong, Onee-chan benar-benar sangat takut kau tau? Dan juga, panggil 'Onee-chan', oke?"

"Ugh, Mila-san, itu curang. Jika seperti itu, aku tidak bisa menolaknya." Elvy menggerutu.

Dia memiliki sifat yang lemah ketika ada seseorang yang meminta tolong kepadanya. Mila tau akan hal itu dan memanfaatkan sifatnya itu untuk bisa bermanja-manja dengan Elvy sampai dirinya benar-benar puas, sekalipun Elvy terlihat enggan, dia tetap tidak akan bisa menolak permintaan Mila.

"Ya ampun, kau benar-benar sangat imut! Tolong biarkan Onee-chan menikahimu!" ujar Mila terus menerus sambil memeluk Elvy.

Mendengar itu, Elvy tertawa datar dan hanya bisa pasrah membiarkannya melakukan apapun yang dia inginkan sampai dia puas.

Ngomong-ngomong, sekarang dia tidak lagi memiliki tanduk, cakar, dan sayap yang dia miliki sebelumnya ketika sedang bertarung dengan Rodan. Elvy telah menghilangnya, dia dapat mengubah dirinya dalam bentuk naga dan normal secara bebas, jadi Mila tidak memiliki masalah ketika dia terus memeluk Elvy dengan erat.

Kemudian, beberapa menit telah berlalu semenjak Mila terus bermain-main dengan Elvy. Akhirnya, wanita itu sedikit mengambil jarak dari Elvy dan mendengus puas.

"Biaklah, Onee-chan sudah puas! Mari kita masuk ke pembicaraan pentingnya!" ujar Mila dengan senyuman yang benar-benar segar.

"Hah, hah, hah… Syukurlah…."

Sedangkan Elvy saat ini mengatur nafasnya yang terengah-engah karena lelah terus dipermainkan oleh Mila. Wajah pucatnya terlihat sangat lega ketika Mila akhirnya berhenti memeluknya.

Dia juga mengambil jarak dari Mila, di mana saat ini mereka berdua duduk bersebelahan di stas kasur, tapi Mila malah semakin mendekatinya lagi ketika dia berniat untuk sedikit menjauh.

Elvy menatap Mila dengan wajah lelah.

"Umm, Mila-san?" tanyanya.

"Ada apa?" jawab Mila bertanya balik, dengan senyuman lebar yang sedikit menakutkan, mulut Elvy mengeluh, tapi pada akhirnya dia menghela nafas pasrah dan mengabaikan hal itu.

Elvy memutuskan untuk masuk ke dalam pembicaraan, karena dia tidak ingin memperpanjang masalahnya lagi.

"Jadi, apa yang ingin Mila-san bicarakan kepadaku?" tanya Elvy yang masih belum diberitahu maksud dan tujuan Mila memanggilnya ke sini semenjak dia tiba di sini, karena saat itu Mila segera menerkamnya seperti binatang buas.

Dia hanya diberitahu kalau itu adalah sesuatu yang penting, jadi dia terpaksa datang ke sini meskipun dia tau bahwa nantinya dia juga akan dipermainkan.

"Yah, memang benar. Ini pembicaraan yang sangat penting, dan ini juga berkaitan dengan El-chan," jawab Mila dengan wajah senangnya saat dia duduk di sebelah Elvy dengan tubuh yang saling bersentuhan.

"Aku?" seru Elvy memiringkan kepalanya kebingungan dengan imut dan serius, dia sangat manis sampai hampir membuat syahwat Mila hilang kendali lagi.

Tapi, dia berusaha untuk menahannya dan menatap lurus ke arah Elvy dengan wajah serius yang sangat jarang-jarangnya dia tunjukkan.

Ini pertama kalinya Elvy melihat Mila seserius ini, dia cukup terkejut dan itu juga membuatnya merasa gugup karena tiba-tiba suasananya berubah menjadi tegang.

Itu reflek membuatnya menahan nafas.

"Dengar, Elvy. Aku sebenarnya juga masih ragu dengan ini, tapi…" Sebelum Mila melanjutkan perkataannya, dia memejamkan matanya sejenak, dan lanjut berkata dengan suara yang jelas. "… Ada kemungkinan, kakakmu— Elvin masih hidup."

....

"… Huh?"

....

Mendengar itu, ekspresi Elvy langsung membeku, matanya terbuka lebar dengan tidak percaya.

"Nii-san…, masih hidup?" ucapnya yang masih belum bisa menerima informasi tersebut di dalam otaknya, dan membuat dia bertanya-tanya apakah itu memang benar atau tidak.

Dalam menanggapinya, Mila mengangguk. "Elvy, apa kau masih ingat anak panah yang tertancap di mata naga itu sebelumnya?" tanyanya, yang tanpa Elvy sadari dia sudah tidak memanggilnya dengan nama panggilannya lagi, membuktikan bahwa sekarang dia benar-benar serius.

Elvy tersentak. "Te-Tentu saja, itu benar-benar tembakan yang sangat akurat, dan berkat itu juga, aku bisa menang," jawabnya yang teringat kembali ketika dia melawan naga Rodan.

Saat itu, ketika Rodan berniat untuk menyemburkan nafas apinya, anak panah itu membuat konsentrasinya menghilang dan nafas apinya terhenti. Berkat itu, Elvy dapat selamat dan memenangkan petarungan tersebut.

Tapi, dia pikir—

"Aku pikir itu adalah bantuan dari Riku-san yang menyuruh Regim-san untuk menembakkan anak panahnya ke arah mata naga itu," ucapnya yang masih terlihat tidak percaya.

Mila menggelengkan kepalanya dan menyangkal pendapat tersebut.

"Memang benar, dengan senjata sihir [True Bow] milik pria itu, dia bisa menembak tanpa perlu mempertimbangkan dulu ke arah mana dia akan menembak untuk mencapai target, karena senjata sihirnya dapat berbelok ke tempat yang dia inginkan. Tapi, bahkan dengan senjata sihirnya, dia masih belum sanggup untuk mencapai naga itu.".

"Eh, jadi siapa yang menembaknya?" tanya Mila yang menjadi semakin kebingungan.

Saat itu, Mila mengangkat bahunya dengan santai dan menjawabnya tanpa ragu.

"Siapa lagi jika bukan orang itu yang mendapatkan julukan sebagai pemanah terkuat di desa ini, [Tangan Kanan Dewa Pemburu], Elgia Elvin Cromwell, kakak laki-lakimu sendiri."

"…."

Mendengar itu, Elvy terdiam untuk sesaat. Matanya terbelalak kaget dengan tidak percaya.

Tapi, setelah itu, dia menundukkan wajahnya, bahunya gemetar, dan kemudian, air matanya mulai menetes membanjiri wajahnya.

"Begitu… Jadi, Nii-san masih hidup," tuturnya dengan senyuman tipis yang bahagia.

Setelah itu, dia mulai menangis terisak-isak sembari memeluk Mila dengan sangat erat.