webnovel

Chapter 25: Apa semua itu salah kami?!

"Sial, aku meremehkanmu karena kau terlihat lemah," ucap Estella sambil terus melototiku.

"Baiklah, pertama-tama, bisa kau beritahu kami tujuanmu datang ke desa ini?"

Mengabaikan Estella yang menggerutu penuh penyesalan, aku menanyakan hal itu kepadanya.

Dia sudah kubebaskan dari Alicia, jadi sekarang dia duduk di lantai menyilangkan kedua kakinya, sedangkan Alicia berada di sampingku.

Tidak ada alasan lagi untuk kami mengunci pergerakannya menggunakan tubuh suci Alicia, seharusnya dia sendiri juga paham resikonya jika dia mencoba untuk memberontak.

Selain itu, dia yang sekarang juga sudah tidak bisa menggunakan sihirnya lagi. Kekuatannya telah disegel oleh Alicia, jadi sekarang dia hanya seorang gadis kecil biasa tanpa kekuatan apapun.

"Kau cukup mengerikan untuk seorang manusia, bagaimana bisa kau memikirkan sesuatu sampai sejauh ini hanya untuk menahanku, bukankah kau terlalu berlebihan?"

"Terima kasih untuk rekanmu, karena dia aku belajar bahwa aku tidak boleh lengah dengan siapapun musuh yang kuhadapi. Bahkan dengan ini saja aku masih khawatir dengan kekuatanmu. Jika bisa aku ingin mengurungmu di penjara bawah tanah dan mengikatmu dengan rantai yang dapat menyegel kekuatan sihir," jawabku yang masih terus berwaspada kepada Estella.

Estella sedikit merinding terhadap perkataanku tentang ingin mengurungnya dan mengikatnya.

Tapi, aku tidak bercanda.

Aku berharap dia tidak memiliki kekuatan tersembunyi untuk bisa lepas setelah semua ini.

"Yah terserahlah, aku akan menjawab semua pertanyaanmu selama itu bukan sesuatu yang berkaitan dengan tuanku dan kutukanku. Kau bilang kau ingin tau alasan kami datang ke sini, kan?" Estella menghela nafasnya dan memastikan hal itu dengan wajah yang lelah.

Aku mengangguk. "Yah, tolong," ucapku.

Setelah itu, dia mulai menjawabnya.

"Alasan kenapa aku bisa berada di sini karena aku sedang dalam misi penyelidikan," jawabnya, yang mana membuat alis mataku terangkat.

"Penyelidikan?" seruku yang bertanya-tanya pada kosa kata tidak terduga tersebut. "Bukankah kalian ke sini untuk menyerap sihir dari Pohon Suci?" tanyaku, mengingat kembali perkataan yang sebelumnya pernah dikatakan oleh kepala desa.

Tapi, Estella menggelengkan kepalanya. "Aku memang tertarik untuk menyerap sihir dari Pohon Suci, karena itu memiliki kandungan sihir yang sangat murni dan lezat. Tapi, tujuan kami ke sini bukan untuk itu," jawabnya, menolak pemikiranku.

Aku mengerutkan alisku curiga. "Jadi untuk apa?" tanyaku lagi, yang hanya semakin penasaran.

Saat menjawab, Estella melirik ke arah Alicia yang sedang menguap bosan di sampingku. "Tuanku mengatakan bahwa dia merasakan adanya kekuatan suci yang sangat amat luar biasa turun di sekitar tempat ini, jadi kami disuruh datang untuk menyelidiki sumber dari kekuatan suci itu."

"...."

....

....

....

....

....

—Eh?

Mendengar apa yang Estella katakan, tubuhku seketika membeku dan mulai gemeteran.

Pikiranku kosong, butuh waktu lama untukku dapat mencerna apa yang dia katakan.

Alicia yang mendengarkan cerita itu juga hanya bisa terdiam, tubuhnya mematung di sampingku.

"Yah, alasan kami ke sini adalah untuk itu, apa sekarang kau sudah puas?"

"Te-Terus, untuk apa kalian menyerang desa ini?!" Mencoba untuk terlihat tidak terguncang, aku terus menanyakan apa yang ingin aku tanyakan.

"Kenapa suaramu gemetaran? Yah, jika itu soal penyerangan desa Elf, itu adalah rencana dari kadal itu, bukan aku. Dia terus memaksa untuk membakar seluruh desa Elf ini karena katanya dia sudah lama tidak mengamuk. Tentu saja, aku sudah mencoba untuk menghentikannya, lagian ini adalah desa Elf yang memiliki penghalang untuk tidak membiarkan siapapun yang memiliki niat jahat seperti kami bisa memasuki desa mereka."

"Eh, penghalang?" Alis mataku terangkat, dan aku langsung menyesal karena sudah bertanya.

Saat aku mendengarkan cerita Estella tersebut, aku menjadi teringat sesuatu yang sebelumnya pernah kami lakukan di tempat ini, yaitu di sebuah goa yang ada di dalam hutan ini.

Tidak, itu tidak mungkin... kan?

—Jangan bilang?!

Alicia tampaknya juga menyadari hal itu. Wajah kami berdua langsung berubah menjadi pucat.

"Aku juga sebenarnya kurang tau tentang penghalang itu sendiri, aku hanya tau bahwa itu adalah sesuatu yang diciptakan oleh leluhur mereka dan memiliki efek untuk menghalau setiap monster yang mendekat. Aku pikir itu sejenis Crysta, meskipun itu sangat langka untuk bisa melihat benda seperti itu di zaman sekarang," jawab Estella dengan ekspresi yang datar.

"…." Aku mengerutkan bibirku.

"Tapi, jika itu memang benda yang sekuat itu, sudah pasti itu akan disembunyikan di tempat yang sangat tertutup, dan kudengar itu juga dilindungi oleh roh tingkat tinggi yang sangat kuat, jadi seharusnya mustahil untuk menjarah desa ini jika kami bahkan belum bisa menemukan di mana penghalang tersebut di tempatkan."

Tidak, sudah cukup.

Kumohon jangan katakan apapun lagi.

"Namun, entah kenapa, keesokan harinya semenjak kami tiba di sini, penghalang itu sudah tidak ada lagi dan jadinya kami bisa—"

"Tu-Tunggu sebentar! Aku sudah mengerti, jadi kau tidak perlu bicara lagi! Aku sudah mengerti apa yang ingin kau katakan secara garis besarnya!" jeritku dengan putus asa. Aku dengan cepat-cepat langsung menutup mulut gadis kecil itu agar dia tidak melanjutkan kembali perkataannya.

Estella sedikit kaget, tapi aku mengabaikannya.

Soalnya jika kami terus mendengarkan apa yang dia katakan lagi, aku mungkin akan mati karena rasa bersalah yang sangat amat besar.

Lagipula, alasan kenapa desa ini di serang...

—Bukannya itu jelas-jelas salah kami!