"Terkadang air mata ini lebih mengerti dengan apa yang kita rasakan sekarang, telinga yang mendengarkan cerita yang kita ucapkan."
_Auberta Vernanda Pramana
Selamat Membaca
*****
Matahari bersinar cerah dan angin bertiup semilir ketika Rava mematikan rokok. Gio menatapnya kesal. Tangannya mengorek ransel sampai menemukan sebuah kaleng dan menyemprotkan isinya ke sekujur tubuh Rava. Rava sampai terbatuk-batuk.
"Lo harus berhenti nyemprot gue pakai itu," katanya sambil terbatuk-batuk. "Emang gue habis nyemplung ke got, apa?"
Gio hanya menatap Rava polos, lalu mengangkat bahu. Gavino yang sedang mengawasi mereka berdua terkekeh pelan.
"Sial. Udah jam delapan, nih," kata Gavino yang sedang duduk di bangku yang ada di depan ruang piket sekolah. Satu alisnya menatap kedua sahabatnya yang tampak tak bereaksi apa-apa. "Yang datang baru kita dan Melvio, yang lain pada kemana sih. Guru juga, janji jam delapan, ini jarum jam udah mau bergerak lagi!"
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com