Perempuan itu meringis ngeri, merasa salah datang ke tempat itu sendirian tanpa membawa orang lain. Kanaya harap masih dapat selamat dan pergi dari kediaman kandang macan tersebut.
"Maksud kamu apa Kanaya kamu ingin mempermainkan saya?" Suara itu terdengar menggelegar di dalam ruang tamu rumah Pak Handoko.
Jantung perempuan itu mendadak berdetak tak biasa, rasanya nyawanya akan habis siang ini juga di tempat itu. Entah, apakah ia masih bisa selamat dari mereka, Kanaya rasa hal itu cukup sulit kecuali jika ia menyetujui pernikahannya dengan Febian. Dengan bibir sedikit gemetar ia berusaha untuk tetap menjawab.
"Kan kemarin Pak Handoko menagih, dan saya sedang memberitahu kalau uangnya sudah siap." Menatap saja ia tidak berani, kedua matanya hanya menunduk mengamati lantai bening yang memperlihatkan wajah masamnya.
Terlihat amarah di wajah pria yang di juluki rentenir tersebut, tatapanya masih terlihat menajam dan tidak terima dengan ungkapan Kanaya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com