webnovel

Prolog

Saat semua terhubung dalam satu garis takdir, saat semua syarat terpenuhi, reaksi ajaib memunculkan sebuah fenomena tak masuk di akal. Dari celah-celah batang pohon mati, menyelinap pendar biru kehijauan yang memesona. Membungkus habis batang cokelat kering yang mengubahnya nyaris seperti selimut cahaya kebiruan.

Pendar itu menguar ke udara. Menciptakan silau yang menusuk mata. Gemuruh angin mengiringi embusan napas yang terdengar berat mencekat. Sesosok manusia berdiri dengan tangguh di depan pendar yang mulai melesat mendekat. Menyentuh kulit halus nan lembut, mengelilingi tubuh yang kini melayang ke angkasa.

Tiap aliran cahayanya terasa dingin. Namun menghangatkan. Menusuk ulu hati, tapi terasa menenangkan.

Seiring dengan pepohonan yang mulai menari, burung-buru terbang, berlari menjauh. Dedaunan gugur tertiup angin. Seolah pergi bersama semua kebisingan yang ada. Menyisakan raga melayang penuh cahaya.

Seperti terdiam dalam ruang kekosongan, keheningan melanda, membawa sunyi-senyap yang membuat bulu kuduk tegak berdiri. Dari sudut mata yang memicing, seorang lelaki dapat melihat sebuah kejaiban yang bahkan tak pernah dibayangkan sebelumnya.

Kedua matanya membulat sempurna. Masih mencoba mencerna semua hal yang sedang terjadi. Darah mengalir dengan cepat, jantung berdetak dengan kencang, seolah mencoba melompat dari tempat yang seharusnya. Melihat orang yang dia pedulikan tengah kesakitan, rasanya dia tak mampu hanya diam berdiri.

Namun, saat semua tindakkannya baru saja akan berlangsung, pendar biru kehijauan itu meledakkan dirinya. Mengirim gelombang kejut memukau, menghempaskan semua hal yang ada di sekitarnya. Termasuk mendorong jauh tubuh lelaki yang kini terkapar di tanah.

Bersamaan dengan kesadarannya yang mulai hilang, lelaki itu dapat melihat sosok yang tadi melayang kini berdiri di depannya. Mengulurkan tangan penuh bunga, dan tersenyum sambil berkata, "Terima kasih. Kemarilah."