webnovel

Gadis pendiam

Meski pun waktu sangat sebentar, aku bahagia telah mengenal dan jatuh cinta padamu. Hal yang tidak akan pernah aku lupa saat akhir hayatku ini, dan betapa sangat beruntungnya aku bisa memiliki dirimu sebelum aku menghembuskan nafas terakhir ini. ~Gadis Pendiam

Rumusbumi · Urbano
Classificações insuficientes
6 Chs

Terima Kasih

Kring kring~~

suara alarm sangat nyaring itu membuat Dokter muda tersebut terbangun dari tidurnya.

"Kamu sudah bangun?" sapa ibu yang sedang menyiapkan sarapan.

Dokter muda itu mengangguk pelan dan berjalan menuju meja makan untuk sarapan.

"Ibu, apakah boleh aku memetik sedikit bunga Mawar di halaman?" izinnya.

"Tentunya saja boleh"

"tapi, untuk siapa bunga Mawar itu?" sambung ibu merasa penasaran.

Dokter muda itu terdiam sejenak.

"tidak ada, aku hanya ingin memetiknya untuk di simpan di ruang kerja" bohong Dokter muda itu.

Ibu hanya tersenyum kecil.

Sesampainya di Rumah sakit, Dokter muda itu bergegas menuju ruang kerjanya.

"Kemaren melamun, dan hari ini sebuket bunga Mawar?" ujar Dokter manis itu mengoda.

"eh?...I-ibu ku yang memetiknya, untuk di ruangan ku" tukas Dokter muda itu salah tingkah.

Dokter manis itu menatap curiga dan membuat Dokter muda tersebut merasa sangat gugup.

"Sudahlah, aku mau shift" ucapnya pergi dari ruangan.

Dokter manis itu hanya tersenyum melihat punggung Dokter muda itu mulai menjauh.

Semoga saja gadis itu suka, batinnya sambil melihat buket bunga yang ia pegang.

Ruangan Melati

"Selamat pagi Dokter" sapa suster.

"Mari, kita mulai shiftnya"

Crek!~

Suster membuka pintu kamar.

"Selamat pagi" ujar Suster sambil membuka pintu kamar gadis pendiam itu.

Gadis itu hanya diam dan malah memalingkan wajahnya pada suster.

"Ini untukmu" ucap Dokter muda itu meletakkan sebuket bunga Mawar di meja gadis tersebut.

Gadis itu hanya menatap heran.

"Bukankah kemaren saya sudah bilang, bahwa di halaman rumah saya sangat banyak bunga Mawar" jelas Dokter muda itu sambil memeriksa gadis tersebut.

Gadis itu mengangguk pelan, setelah selesai memeriksa, Dokter muda itu pun keluar dari kamar gadis pendiam tersebut.

"Terima kasih" ujar gadis itu pelan, dan membuat langkah Dokter muda itu terhenti.

Dokter muda itu menoleh kebelakang dan tersenyum manis.

"Apa Dokter suka pada gadis itu?" tanya suster tersebut merasa penasaran.

"uhm?!, ma-maksud su-suster?" jawabnya kaget.

"yah….Dokter membawa bunga untuk seorang gadis pendiam, itu berarti Dokter tertarik kan padanya?"

Dokter muda itu terdiam sejenak.

"tidak!, han-hanya saja bunga di rumah saya lumayan banyak dan kebetulan gadis itu menyukai bunga, jadi apa salahnya saya bagi?" jelas Dokter muda itu gugup.

Suster pun mengangguk pelan.

Di kamar, gadis pendiam itu menatap bunga yang diberi oleh Dokter muda tersebut.

"Sepertinya kamu sedang senang hari ini," tegur ibu dari depan pintu.

Gadis itu hanya diam, lalu menyimpan bunga itu ke meja.

"Dari siapa bunga ini?" tanya ibu.

"Dari Dokter" jawabnya dingin.

Ibu tersenyum sambil mengelus kepala anak tersayangnya.

Ruangan Dokter

"Apa kau mendapatkan kupon belanja?" kaget Dokter manis itu.

"astaga Vitra?!"

Dokter manis itu duduk di samping Dokter muda itu.

"bagaimana?, dia suka tidak bunga yang kamu bawa?" goda Dokter manis itu.

Mendengar pertanyaan itu membuat Dokter muda itu sangat kaget.

"kamu?" tukasnya.

Dokter manis itu tersenyum menggoda.

"aku hanya memberinya karna dia suka bunga" jawab Dokter muda itu sedikit gugup.

"benarkah?..."

Dokter muda itu beranjak dari meja kerjanya.

"sudahlah, aku mau makan" ucapnya lalu pergi dari ruangan.

Pasti gadis itu sangat cantik?, batin Dokter manis itu.

"hey!..tunggu!" teriak Dokter manis itu mengejar temannya.

Kantin Rumah Sakit

"Dokter Rizky bukan?" sapa ibu gadis pendiam itu.

Dokter muda itu menoleh dan mengangguk sambil tersenyum.

"Terimakasih, karna kamu Putri saya tersenyum lagi" ujar ibu gadis itu.

"sepertinya jalan mu sudah di restui" bisik Dokter manis itu.

Dokter muda itu hanya menatap kesal temannya itu.

"iya bu, sama-sama" jawabnya sambil tersenyum.

Ibu gadis itu pun pergi dari hadapan mereka.

"aku jadi penasaran, siapa sih gadis itu?" tukas Dokter manis itu merasa sangat penasaran.

"eh…"

"pasti sangat cantik bukan?!" heboh Dokter manis itu.

Gadis aneh seperti itu cantik?, batin Dokter muda itu.

Hari sudah sangat malam, gadis pendiam itu belum juga tidur dan malah beranjak dari ranjang tidurnya untuk pergi kearah jendela.

"kamu belum tidur?" tanya ibu melihat putrinya juga belum tidur.

Gadis itu menoleh dan menggeleng pelan, ibu pun menghampiri putrinya tersebut.

"ada apa?, ada yang ingin kamu sampaikan?" ujar ibu dengan lembut.

Gadis itu terdiam sejenak, lalu menggeleng pelan.

"hanya perasaan yang tidak penting" jawabnya dingin.

Ibu yang tau dengan arti putrinya itu tidak kuasa menahan tangis dan mengelus rambut gadis pendiam itu dengan pelan.

"ibu tau, kamu pasti sangat bosan terkurung di sini" jeda ibu menangis.

"maafin ibu dan ayah yah nak" sambung ibu merasa sangat bersalah.

Wanita tua itu memeluk putrinya sambil menangis, gadis pendiam itu hanya diam sambil melihat kearah luar.

Di tempat lain, Dokter muda tersebut baru selesai mandi dan duduk di meja kerjanya untuk mengecek beberapa perkerjaan.

"masa iya, aku suka pada gadis pendiam itu?" gumamnya.

"siapa gadis itu?" tanya ibu yang tiba-tiba muncul.

"ibu?, ti-tidak ada"

Ibu pun meletakkan secangkir susu panas di meja kerja Dokter muda itu.

"jadi mau rahasia sama ibu?" tukas ibu.

"tidak ada rahasia ibu, itu hanya pasien Rizky saja" jelasnya.

Ibu tersenyum manis.

"baiklah, ibu akan tunggu statusnya berubah" goda ibu, lalu pergi dari kamar putranya.

Dokter muda itu menghela nafas.

"tidak mungkin aku suka pada gadis pendiam seperti mayat hidup itu?!"

Kenapa semua orang berpikir aku menyukainya?