"Hanya foto ini yang kamu gunakan untuk menjudge buruk client saya? Jika hanya itu yang kamu miliki saya sarankan untuk kamu mundur saja kali ini." Satu hal yang pasti kalau Malik tidak akan main-main dengan semua yang telah dia katakan. Malik tidak semua itu untuk diintervensi. Dan apa yang dilakukan oleh Firman hanya akan membuat dia seperti orang yang semakin kehilangan harganya di dunia.
"Satu hal yang tidak pernah berubah dari kamu, Kak. Kamu masih saja memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi," kata Firman sambil menyunggingkan senyum durjana yang miliki.
"Dan kamu juga tidak pernah berubah, Firman. Kamu masih saja buta. Iya, kamu buta!" Malik memang adalah orang yang tidak pernah pikir dua kali dalam melontarkan apa yang ingin dia katakan.
"Aku tidak buta aku hanya berusaha untuk—"
"Untuk apa? Untuk lari dari tanggung jawab? Begitu?" pangkas Malik dengan sangat cepatnya, sepertinya saat ini situasi yang ada di antara mereka sedang tidak kondusif lagi.
Baik Malik bahkan Firman berada di satu titik yang sama, yakni mereka tidak bisa untuk mengendalikan apa yang mereka anggap benar.
Kalau sudah seperti ini rasa-rasanya Ghea tidak punya pilihan lain selain ikut campur dalam masalah ini.
"Udah dong!" teriak Ghea dengan nada tinggi yang dia miliki. Untuk saat ini Malik dan Ghea memiliki hal yang tidak bisa bisa untuk mereka kendalikan dan hal tersebut adalah sesuatu yang disebut dengan emosi.
"Umur boleh gede, tapi sayang pikiran masih bocah. Kalau kalian punya masalah pribadi itu disangkut pautkan dengan urusan pekerjaan. Punya rasa profesional kerja 'kan?" Untuk saat ini kondisi sepertinya sedang diambil alih secara khusus oleh Ghea. Bahkan Malik saja yang terus saja diselimuti jiwa yang penuh dengan arogansi sontak saja diam seribu bahasa pun sama dengan Firman.
"Kita mau menyelesaikan masalah Ibu Gita dan juga Pak Pram bukannya terlibat dalam masalah seperti ini."
"Sekarang aku keluar dulu, aku kasih kalian waktu 15 menit untuk menyelesaikan apa yang ingin kalian ingin selesaikan." Final, untuk kali ini Ghea tak ingin mendengar lagi apa yang dikatakan oleh Malik apalagi Firman ke depannya.
"Nggak usah keluar, Ghe. Kamu di sini aja," kata Firman mencegah Ghea.
"Kamu keluar, Ghe!" Malik dan Firman untuk saat ini memang sangat sulit untuk mencapai apa yang dimaksud dengan mufakat. Sangat sulit mereka mendapatkan itu sekarang.
"Dia tetap di sini. Ingat ini bukan Bagaskara, ini Mahendra." Malik menarik sebelah ujung bibirnya saat mendengar apa yang dikatakan oleh Firman barusan. Untuk kali ini Malik akan membuat lelaki itu salah memilih.
"Iya, kamu memang benar kalau ini adalah Agasa, bukan Bagaskara. Aku tidak mau menampik hal tersebut. Tapi satu hal yang harus kamu pahami di sini. Kalau Ghea Laurensia adalah pengacara di Bagaskara, dia mendedikasikan dirinya untuk Bagaskara, jadi harus tunduk atas apa yang aku katakan. Bukan apa yang kamu katakan."
"Lagi pula kalau dia tetap di sini apa kamu tega kalau apa yang terjadi sama Suci beberapa tahun yang lalu terbongkar juga?" Kali ini Malik berhasil untuk menghambat laju pergerakan dari Firman.
"Suci?!" gumam Ghea dengan nada yang sangat pelan, tapi sayang itu masih bisa didengar dengan sangat baik oleh kedua indra pendengaran milik Malik. Sayangnya Malik berusaha untuk tidak menaruh peduli akan hal itu.
"Kamu bisa keluar dulu, Ghe?!" tanya Malik pada Ghea dan dengan masih diselimuti rasa penasaran yang cukup besar pada akhirnya Ghea membawa dirinya keluar dari tempat ini.
Saat ini yang tersisa di sini hanyalah Malik dan juga Firman dengan tatap yang sangat sengit satu sama lain sepertinya antara mereka berdua saat ini tidak ada yang ingin menurunkan ego masing-masing.
"Jadi kamu mau memulai ini dari mana, Man?" tanya Malik pada Firman dengan tatapan yang sangat tajam.
"Aku tahu kamu dan Suci telah bertemu. Singkatnya bagaimana first impression saat melihat wanita yang pernah dengan kesadaran penuh yang kamu tinggalkan saat dia telah memberikan semua yang ada pada dirinya?"
Mendengar apa yang dikatakan oleh Malik, rahang bawah kepemilikan Firman tak mengeras.
"Tapi aku tidak meminta itu semua, Kak. Suci yang memberikannya padaku." Tak banyak yang bisa Malik lakukan saat mendengar apa yang dikatakan oleh Firman. Satu hal yang masih dia syukuri sampai saat ini, yaitu dia masih bisa untuk mengontrol dirinya sehingga tidak menghajar pria yang paling tidak tahu diuntung itu.
"Kamu tidak minta? Lalu kenapa kau menerimanya? Kenapa kamu menikmatinya?"
JLEB!
Apa yang dikatakan oleh Malik barusan tak ubahnya seperti serangan yang sangat spontan dan sangat sulit untuk bisa Firman elakkan. Dia tak bisa berkutik dengan semua yang dikatakan Malik barusan.
"Kenapa diam?" tanya Malik dengan jumawanya dia seakan-akan tidak peduli lagi dengan apa yang dikatakan oleh Firman untuk membela dirinya. Yang terpenting untuk saat ini adalah dia berhasil untuk membuat Firman berpikir keras untuk menimpali apa yang tadi dikatakan oleh seorang Malik Bagaskara.