webnovel

FRENIA -EMPAT- Khawatir

Aku berterima kasih kamu telah khawatir sama aku

Frenia

(***)

Tak terasa ini sudah hari ketiga mereka semua melaksanakan acara masa oriesntasi siswa baru. Di hari terakhir ini diadakan sampai malam hari dikarenakan ada pentes seni dan juga api unggun setelah itu baru mereka pulang ke rumah masing-masing dan juga ada beberapa persembahan dari kakak kelas.

"hai freaaaa~ selamat pagi"sapa Indira yang tiba-tiba muncul dan duduk disamping frea yang tengah duduk di kursi dekat lapangan.

"hai indi, pagi juga"balik sapanya.

"ada yang lupa nggak bawaanya?"tanya Indira

"enggak kok, kayaknya"jawabnya

DORRR

Suara itu mengagetkan Indira dan juga frea yang tengah berbincang-bincang "untung nggak jangtungan. Lo ngapain sih kesini?"ucapnya memarahi orang di depannya itu.

Mengedikan bahu "nanti gue sama temen-temen gue tampil loh"ucapnya

"terus?"tanya menyerit

"nanti vidioin ya"

"ogah"sambil memutar bola matanya malas "kana da panitia, minta aja sama panitia"

Sedangkan frea sendiri juga kaget dengan itu dan setelah melihat mereka berempat membuat frea menjadi keringat dingin, tidak terbiasa dalam kondiri seperti ini apalagi tatapan mereka ada yang datar, bin dingin, biasa aja atau mungkin jijik pikirnya.

Memelih memainakan kakinya dengan mengayunkan kakinya untuk mengurangi rasa gugup mau pergi juga rasanya kakinya lemes banget melihat tatapan mereka yang seperti itu.

"dir sini dah gue foto"Aries menarik tangan Indira dan menyuruhnya gaya ini gaya itu.

Kembali ke frea yang ditinggal sendirinya membuatnya tambah gugup "hai, namanya siapa?"tanya vano namun di hiraukan oleh frea.

"lo teman barunya dira ya?"tanyanya lagi namun masih dihiraukan. "kenalin gue vano"ucapnya menguruhkan tangan ke frea yang bergeming sama sekali.

Cewek aneh, bisu kali ya

Lucu-batin seseorang

"eh eh jangan ganguin sahabat gue"serobot dira sambil menarik vano agar minggir

"Cuma mau kenalan kali"

Indira menepuk frea membuatnya mengankat wajahnya dan juga terperanjak karena kaget "ada apa?"tanyanya

"ini teman gue mau kenalan"

Lah melamun ternyata pantes nggak denger-batin vano

"gue vano"

Plakkk

"mau ngapain, nggak usah modus"Indira mengeplak tangan vano yang mau salaman.

"cemburu ya?"godanya

Memutar bola matanya malas "gue? Ya kalik"

"eh ada cewek ternyata, kenalin gue Aries, panggil sayang juga nggak apa-apa"

"nggak usah mulai deh Ar"kesal

"haha. Kan siapa tahu dia mau jadi cewek gue"

"nggak nggak, gue nggak setuju, mantan lo udah selusin gue kasihan sama frea jadi korban buaya lo"

"gue zyan" ucapnya lembut

"dika"ucapnya dingin dan datar.

"nggak apa-apa mereka baik kok frea tenang aja, kalau ada apa-apa biar nanti gue tendang mereka semua"ucapnya sambil menengan frea yang gugup. Ia tahu frea gugup karena sejak awal ia mengajak kenalan memang seperti itu orang nya apalagi ketemu orang baru.

"ak-aku f-frenia"ucapnya lirih dan gugup.

"namanya frenia bisa dipanggil frea atau nia"imbuh Indira

***

"lo disini aja duduk, biar gue yang lari"printah Indira ke frea karena hukuman yang kemarin dijalankan harinya.

"nggak usah aku sendiri aja"tolaknya

"nggak usah bantah, dua hari ini asma lo kambuh dan untuk hari kegiatanya masih sampai nanti malam fre lo nurut ya nanti gue yang bilang ke panitia jangan khawatir"ucapnya meyakinkan.

"aku nggak apa-apa beneran"

Indira menghela napas panjang "ayo gue anterin, nggak usah ikut penutupan" frea mengeleng tidak mau "nggak mau"

Hufftt

"kalau nggak mau gue anterin pulang nurut sama gue, lo duduk hukuman lo biar gue yang nyelesain"

Ucapnya karena tidak mau mendengar ocehan penolakan frea segera berlari keliling lapangan dua puluh kali puteran karena berdua sama hukuman frea. Berlari kecil yang penting kan hitunganya pas tidak lebih dan tidak kurang, santai yang penting terlaksana.

Sesekali mengusap peluh yang dikeningnya bukan hanya dirinya yang lari ada beberapa murid saja namaun mereka tinggal beberapa kali puteran lagi karena memang lapangan begitu luas. Kalau tidak sering lari atau olah raga mungkin perutnya rasanya sudah seperti ditusuk-tusuk *dalam bahasa jawa namanya sunduk'en.

Dari kejauah Indira bisa melihat frea sedang dimari salah satu panitia kedisiplinan, hal itu membuat Indira geram apa ketuanya osis atau panitia keseahtan tidak memberikan daftar riwayat penyakit peserta sampai hal-hal seperti ini bisa terjadi.

"ngapai kamu duduk disini, bukanya menjalankan hukuman dengan benar"bentak panitia itu membuat frea menunduk takut dengan bentakan tersebut walapaun sudah siring dibentak ketika dibully namun ini sangat beda aura berbeda terkesan dingin dan menusuk.

"jawab jangan diam saja, bisu kamu"sinisnya

"ma-ma-ma-maaf kak"ucapnya terbata-bata.

"cepat lakukan hukumanmu saya tambah jadi dua puluh kali puteran"ucanya mengemana membuat murid baru yang masih berlari di sekitran situ merinding.

"FREA KEMBALI DUDUK"teriak Indira berlari kencang menuju tempat frea dan panitia itu berada. "frea duduk"ucapnya dengan napas tersengal akibat lari kencang barusan.

"kamu apa-apaan jangan sok pahlawan"sentak penitia tersebut

Indira menatap sinis panitia tersebut "kakak yang apa-apan, jangan karena kakak itu panitia dan senior disini jadi seenaknya sama junior. Mau balas dendam? Bukan kayak gini caranya"ucapnya dengan emosi.

"kalau mau menghukum orang itu lihat-lihat orang yang mau dihukum, kalau terjadi apa-apa sama frea kakak mau tanggung jawab? Tanya sama ketos sama panitia kesehatan atau lihat"ucapnya sambil menujuk pita warna merah di lengan baju frea.

"lihat buka matanya, pakai pita merah tentu kakak tahu apa artinya kalau tidak tanya sama panitia kesehatan, bukan asal nyeplak main hukum orang seenak jidat"

"kamu berani hah sama senior"bentaknya karena merasa dipermalukan oleh junior.

Terkekeh sinis "memang situ siapa harus ditakutin sama-sama makan nasi, hidung madep ke bawah"

"lo itu hanya juniar yang cari ribut sejak awal, nggk usah jadi sok pahlawan dan"ucapnya mau menampar Indira membuat Indira memejamkan matanya dalam hatinya juga was-was sih dengan panitia ini cowok lagi.

"jangan gunain tangan kotor lo untuk menyakiti kesayangan gue. Dan jangan asal main tangan perempuan, lihat cewek yang mau lo hukum udah pucet gitu masih mau lo hukum. Mikir cel"Aries menghempaskan tangan excel kemudan memeluk Indira menanangkan agar emosinya turun.

"sutttt, udah udah jangan emosi. Emosi doang nggak guna"

"dia seenaknya mau hukum sahabat gue Ar, gue nggak terima"aduhnya

"iya gue paham, mending sekarang ke uks frea udah dibawa kesana"ucapnya kemudian mengendong ala koala sebelumnya menatap excel tajam "lo berusuran sama gue cel"

Ia sebarnya melihat dari awal dimana beberapa murid di hukum, dari pelanggaran awal masuk sampai detik ini, dari dimana Indira berdebat dengan frea, Indira yang mulai lari, berdebat dengan excel tadi.

Sebenarnya sudah mau nyamperin sejak awal lari namun ia tahan lebih tepatnya dika menahan dan mengawasi dari jauh baru kalau terjadi apa-apa baru mendekat.

Sesampainya di uks, frea sudah ditangani dokter dan sudah dipasangani selang oksigen untuk membatu pernapasan tadi sempat pingsan karena panas, bentakan dari panitia dan juga faktor kecapeaan juga.

Indira di duduknya di kursi yang ada disana oleh Aries dan memberikan minum "minum dulu dir, tenang in diri lo, frea pasti baik-baik aja jangan khawatir"

"jelasin"dika membuka suara setelah beberapa saat dan juga Indira mulai tenang dari emosinya.

"lupa nggak bawa tanaman, dan frea lupa nggak bawa beras"ucapnya

"memangnya dia punya asma?"tanya zyan

Indira mengangguk "iya asma akut, kalau kacapean pasti kayak gini. Gue takut kenapa-napa"memandang sendu frea

Mereka juga jadi merasa bersalah berpikir yang aneh-aneh mengenai frea dan juga mereka baru kali ini melihat Indira se khawatir itu sama orang yang baru dikenal walapaun kalau mereka terluka juga khawatir tapi ini khawatirnya berbeda.