webnovel

EP. 066 - Pintu

"Jadi ini sarinnya? Ternyata Pen benar", ucap Dhafi.

"Belum tentu yang di dalam sana adalah sarin. Kita harus memastikannya terlebih dahulu. Untuk itu, salah satu dari kita harus masuk ke sana!", ucap Jenderal Calvin.

"Tapi bagaimana caranya? Pintu jeruji besi masih tertutup rapat", ucap Ezra.

"Yang badannya paling kecil, masuk! Kita masih punya tongkat, kan? Gunakan itu untuk merenggangkan jeruji", kata Jenderal Calvin.

"Dan yang paling kecil di sini adalah, Pen", kata Hoshi.

Ezra menatap Pen. Dia tidak terlalu suka jika Pen masuk. Pen hanyalah orang luar. Dia bukan tim Araukaria. Dia juga bukan warga Tirtanu. Tapi, Pen selalu jujur dengan ucapan dan perilakunya dari tadi. Pen menjadi orang yang pertama menolong Ren. Ren pun juga mempercayai Pen walau sekarang dia tidak di sana.

"Ada yang kau pikirkan, Ezra?" tanya Jenderal Calvin.

"Tidak", jawab Ezra singkat.

"Baiklah. Kita lakukan sekarang!" kata Jenderal Calvin.

Jiru dan Ghazi mengambil tongkat kayu. Mereka berusaha merenggangkan jeruji besi. Hasilnya, sudah pasti tidak kuat. Lalu beberapa anggota Araukaria lain juga mengambil tongkat kayu yang masih ada untuk membantu mereka. Pen juga ikut membantu merenggangkan besi. Kini ada 3 tongkat yang dipegang 2 orang.

Jenderal Calvin segera memberikan alat uji keberadaan sarin pada Pen. Jiru membantu memasangkan kain masker pada Pen. Kemudian, Pen segera memasuki jeruji besi. Pen harus melipat tubuh kecil dan kurusnya untuk memasuki jeruji besi. Walaupun sulit, Pen akhirnya berhasil.

Setelah Pen berhasil memasuki jeruji besi, dia segera membuka lebar pintu kayu. Terlihat banyak gentong tanah liat di dalam gua itu. Semua orang yang ada di luar pintu bisa melihatnya. Pen segera memasuki pintu kayu. Dia berjalan cepat dan segera membuka sebuah gentong yang ada di sana. Ada sebuah cairan bening di sana. Tidak ada bau aneh yang tercium. Satu-satunya bau yang tercium adalah bau tanah.

Pen segera mencelupkan kertas yang diberikan Jenderal Calvin ke dalam sarin sebentar. Pen berbalik badan. Dia menunjukkan hasilnya pada semua orang di luar pintu. Tentu saja, mereka tidak bisa melihat karena kertas terlalu kecil. Pen segera menutup gentong. Dia berjalan kembali ke arah pintu jeruji. Dia menunjukkan hasil kertasnya pada Jenderal Calvin.

"Ya, benar. Ini cairan sarin. Ada berapa gentong di dalam?", tanya Jenderal Calvin.

"Saya belum menghitungnya", jawab Pen.

"Baiklah. Ghazi, ambil pembungkusnya!", perintah Jenderal Calvin.

Ghazi mengambil sebuah buku. Namun saat dibuka, itu bukan buku biasa. Itu adalah buku khusus yang berlubang. Buku itu digunakan untuk menyimpan kertas tes sarin. Ghazi menyodorkan buku tersebut pada Pen. Pen segera meletakkan kertas hasil tesnya pada buku tersebut. Ghazi segera menutup buku itu dan menyimpannya.

Pen segera kembali ke dalam ruangan berisi gentong sarin. Dia menghitung semua gentong yang ada di dalam sana. Hasilnya, ada 100 gentong di dalam sana. Pen segera kembali untuk melapor pada Jenderal Calvin.

"Totalnya ada 100 gentong dengan berisi kira-kira 100 kg", lapor Pen.

"Ada 10 ton sarin di sini. Ratu Alatariel benar. Tolong tulis itu, Ghazi! Tulis juga lokasinya!" perintah Jenderal Calvin.

"Baik, Jenderal!" jawab Ghazi.

"Baiklah, Pen. Semua gentong sudah tertutup rapat?" tanya Jenderal Calvin.

"Sudah, Jenderal", jawab Pen.

"Baiklah. Sekarang kita semua pergi dari sini. Kita kembali ke pos 4. Tempat Ren dan Darsh berada. Kita istirahat dulu di sana", perintah Jenderal Calvin.

Rombongan Araukaria segera membereskan barang-barangnya. Setelah selesai, mereka mulai berjalan kembali ke pos 4 dengan bahagia. Tapi mereka hanya bisa tersenyum, mereka tak bisa bersorak karena mereka tak boleh berisik. Rasanya sangat puas, puas dan lega saat misi berhasil dijalankan dengan sempurna dan mulus.

"Mereka sudah kembali?" tanya Ren.

"Ya, mereka berhasil", jawab Darsh.

Ren segera berdiri untuk menyambut teman-temannya yang kembali. Darsh juga ikut berdiri menyambut mereka. Mereka saling berpelukan untuk memberi ucapan selamat walau hanya dengan isyarat.

"Bagaimana hasilnya?" tanya Darsh.

"Yang ada di dalam benar-benar sarin. 100 gentong sarin tersimpan di sana", jawab Jiru.

Jiru segera meletakkan semua bawaannya ke lantai kapur. Dia menghempaskan badannya ke bebatuan di pinggir jalan. Jiru membaringkan badannya dan menghempaskan napas panjang.

"Akhirnya selesai juga!" teriak Jiru.

Istana Gaharunu, Tahun 1345

Helena berjalan cepat di halaman istana. Dia menggunakan topi caping yang tertutup kain hitam. Helena masih menggunakan atasan putih dan rok biru. Dia bergegas masuk ke dalam istana tapi bukan di aula utama. Dia terus berjalan ke belakang lalu memasuki sebuah gerbang.

"Hai, Carl! Kau yakin sudah menjaga perbatasan dengan benar?" teriak Helena marah.

Ternyata Helena memasuki sebuah area kolam pemandian. Di sana, sudah ada seorang pria berambut panjang berendam membelakangi Helena. Pria itu berdiri dan dia tak memakai atasan. Hanya ada kulit bersih bersinar terang dan badan yang sangat kejar jika dilihat dari belakang. Dia berbalik badan, ternyata itu dia adalah Carl.

"Lantas?" tanya Carl.

"Kau tahu. Ada pasukan Tirtanu yang menyusup masuk ke wilayah kita. Apa kau akan diam saja?", tanya Helena.

"Mereka tak akan bisa berbuat banyak di sini. Santai saja!" jawab Carl.

"Kau biarkan mereka masuk dan mengacaukan bisnis kita?" bentak.

"Kalau begitu gunakan saja sihirmu untuk membereskan itu. Itu lebih berfaedah daripada kau mengomel seperti ini. Kenapa? Kau merasa tidak bisa? Tidak mampu?" sindir Carl.

"TTTTARRRR!" Helena menampar Carl dengan keras.

"Jaga ucapanmu, Hai, bocah. Kau bisa apa tanpaku?" balas Helena marah.

"Bukankah kau penyihir terhebat di Gaharunu?" sindir Carl.

"Dengar! Orang-orang Tirtanu itu sudah sampai ke tempat persembunyian kita. Aku sudah menutup akses pintu masuk gua. Mereka tidak akan bisa keluar dalam waktu singkat. Memang ada jalan bawah tanah lain tapi butuh waktu untuk menemukannya. Ini adalah kesempatanmu untuk mencegat mereka", ucap Helena.

"Jadi mereka ingin mengambil sarin kita?", tanya Carl.

"Lebih buruk lagi. Sebenarnya, kita dilarang menyimpan sarin. Jika kerajaan yang lain tahu, entah apa yang terjadi", kata Helena.

"Kau yakin? Mereka benar-benar orang Tirtanu?" tanya Carl.

"Aku sudah memeriksanya. Aku mengikuti mereka beberapa hari. Aku bisa pulang cepat karena menggunakan portal ruang dan waktu", jawab Helena.

Carl segera keluar dari kolam. Dia menggunakan kembali jubahnya. Kemudian, dia keluar dari pintu gerbang. Di depan, sudah ada pria berbaju hitam ala ninja menunggunya.

"Ada 3 pintu masuk ke gua kita. Kirim 30 orang pasukan terhebat kita untuk menutup akses ke 3 pintu masuk itu. Begitu mereka keluar, habisi mereka", perintah Carl.

"Oh ya… Mereka punya seorang informan. Informan itu bekerja di istana kita. Kita juga harus lakukan sesuatu padanya. Namanya Pen", lapor Helena.

"Pen. Tak akan ku biarkan dia menginjakkan kaki di sini. Eh, bukan. Takkan ku biarkan kakinya menginjak tanah. Tenang saja!" kata Carl.