webnovel

Forgive: Got You Back

Tujuh tahun lamanya Emily memutuskan pergi dari mansion mewah milik keluarga Sky, meninggalkan semua kenangan manis maupun pahit disana. Emily meninggalkan semuanya bersama dengan patahan hatinya, hanya luka yang ia bawa pergi. tapi laki-laki itu masih sama, berkuasa dan masih begitu mengagumkan. "Aku datang untuk membawamu kembali!" hanya senyuman sinis yang emily berikan untuknya saat itu.

cha_kyla · Urbano
Classificações insuficientes
119 Chs

Davied and Daniel

Davied mengantar emily dan daniel sampai kerumah. Jangan salah, davied diizinkan untuk tetap tinggal mengingat kejadian yang terjadi tadi malam. Tidak mau mengambil resiko dan juga di selingi keinginan pribadi davied, akhirnya davied berhasil membujuk emily untuk mengizinkannya tinggal dengan cukup mudah. Ya, setidaknya kata ya dengan nada dingin emily lebih baik dari pada tidak.

Emily sedang berada di dapur saat melihat davied dan daniel yang sedang dalam keadaan canggung. Sungguh, saat ini emily tidak tau apa yang harus ia lakukan disaat seharusnya dia menjadi penengah diantara kecanggungan davied dan daniel. Daniel dan davied adalah jenis orang yang sama, mereka adalah orang yang sangat sulit untuk memulai pembicaraan.

Selama beberapa tahun hidup dengan mengejar cinta davied, emily tentu saja sangat mengetahui sifat davied, apa yang ia suka dan juga tidak suka. Daniel adalah anaknya, sebagai seorang ibu emily pasti sangat mengenal anakanya. Daniel, anak itu terlalu mirip dengan ayahnya. Emily merasa ini adalah hal yang keterlaluan, emily yang melahirkan dan memebsarkannya dan emily malah tidak kebagian apa-apa.

Emily datang dengan segelas kopi dan segelas susu di atas nampan untuk ia berikan kepada dua orang yang saat ini menonton televisi dalam diam. Ya, sebut saja mereka mantan suami dan putranya yang tercinta.

"daniel, minum susumu!" emily meletakkan segelas susu diatas meja untuk daniel, setelahnya emily meletakkan kopi yang sudah ia buat diatas meja tepat di depan davied "dua sendok kopi dan satu setengah sendok gula!"

Setelahnya emily memutuskan untuk duduk di sofa yang lain. Emily berfikir keras, ayolah seharusnya ini adalah urusan davied bagaimana meluluhkan hati anaknya. Tapi yang jadi masalah adalah davied itu adalah orang yang sangat kaku, benar-benar kaku sampai ia tidak tau harus melakukan apa di hadapan anak kecil yang juga adalah anaknya.

Emily berdehem "davied, apa ada sesuatu yang ingin kau katakan, kau terlihat memendam sesuatu!" emily menatap davied menunggu jawaban, tapi sepersekian detik berlalu, davied hanya menatap emily dan daniel yang melihatnya secara bergantian.

Oh ayolah, davied sedang frustasi dengan ekadaan yang terjadi sekarang, emily tau itu. Tapi kalau davied tidak juga kunjung berbicara, emily malah jadi bingung apa yang harus ia lakukan "kau bisa mengatakan apapun yang kau mau, jangan membuat dirimu sendiri menjadi orang aneh, aku cukup mengenalmu dan tingkah anehmu kalau kau mau tau!"

Kedua sudut bibir davied tertarik sedikit, dia tersenyum canggung yang masih terlihat menawan "entahlah, aku hanya senang saja!"

Jawaban yang terbilang singkat dari davied membuat emily menaikkan kedua alisnya, merasa tidak percaya pada apa yang dikatakan oleh davied "jangan membual Mr. Sky!" emily berfikir sejenak, mungkin davied tidak tau bagaimana emily sangat mengenal dirinya.

"tidak bisakah kita bicarakan yang lain saja, seperti penampilan daniel tadi contohnya, itu sangat hebat!" davied berusaha membicarakan apa yang sejak siang tadi ingin ia katakan, tapi entah kenapa suasananya menjadi semakin canggung seperti ini.

Emily menghela nafas pasrah, davied benar-benar tidak tertolong lagi "sudahlah, aku hanya terlalu berharap kau membicarakan hal yang normal bahkan kepada anakmu, kau hanya perlu memujinya kalau kau mau melakukannya, untuk apa kau melakukan hal yang tidak perlu dan malah menimbulkan kecanggungan ini!" setelahnya emily mengalihkan pandangannya pada si kecil yang sanagt mirip dengan ayahnya itu "dan kau daniel, kau bisa membicarakan apapun yang kau mau kepada ayahmu!"

Ketiganya kembali jatuh dalam keheningan setelah emily berbicara panjang lebar "aku benar-benar tidak habis fikir, bagaimana bisa kalian sangat mirip dalam hal seperti ini!" sungguh, emily menjadi frustasi sekarang "sudahlah, kalian diam saja disini, membuatku kesal saja!" emily berdiri dari duduknya dan berniat pergi.

"em!"

"ibu!"

Mendengar panggilan berbeda dari dua orang yang berbedda membuat emily kembali duduk di tempat semula "kalian bisa berbicara padaku tapi tidak bisakah kalain berdua berbicara pada satu sama lain? Kalian yang diam ini membuatku bingung!" emily menunduk dengan sedih, ia bingung mau melakukan apa.

"ibu, jangan marah!" daniel mendekat pada emily dan berusaha memeluknya.

Emily tersenyum sambil mengusap kedua pipi putranya "tidak sayang, ibu tidak marah. Anak ibu sangat tampan dan baik seperti ini, bagaimana bisa ibu memarahimu, salahkan saja ayahmu!" emily mengecup kedua pipi putranya.

Davied tersenyum, entah karena apa ia merasa menang "tentu saja ia tampan em, lihat dulu siapa ayahnya, dia tidak akan tampan begitu kalau tidak memiliki ayah sepertiku!"

Daniel yang mendengar ucapan davied langsung memicingkan matanya "aku tampan karena ibuku cantik, tidak ada hubungannya denganmu, jangan berfikir sembarangan!" daniel paling tidak suka dibandingkan, apalagi ada yang menyebutnya meniru seseorang. Memang tidak bisa di bantah kalau wajah tampannya itu sangat mirip dengan ayahnya, tapi mulai sekarang daniel tidak suka disamakan dengan ayahnya.

Davied tertawa kecil mendengar perkataan anaknya "terima saja kenyataannya. Lihat dirimu, kau sangat mirip denganku!"

Daniel baru saja akan membalas ucapan ayahnya kalau saja emily tidak berbicara dengan nada dingin "aku akan meninggalkan kalian disini, lanjutkan saja!"

Keduanya kembali terdiam dalam keheningan. Emily benar-benar bingung menghadapi anak dan juga mantan suaminya, dia tidak tau harus berbuat apa kalau sudah seperti ini. Untungnya daniel masih kecil, emily tidak bisa membayangkannya kalau saja daniel sudah besar.

"sayang kemarilah!"

Mengikuti permintaan sang ibu, daniel dengan suka rela langsung naik ke atas sofa yang di duduki ibunya. Dengan gerakan cepat daniel langsung memeluk ibunya, memberikan senyuman penuh kemenangan pada sang ayah yang menatapnya dengan tatapan kesal. Kalau begini ceritanya, kapan davied bisa memenangkan kembali emily.

Davied harus mendapatkan maaf dari emily. Walaupun emily berkata sudah memaaafkannya, tapi itu belum sama sekali, davied tau itu. Kata maaf itu hanya di ucap dari bibir emily, tapi tidak datang dari hatinya. Tentu saja davied akan berusaha, dia tidak akan membiarkan emily pergi lagi dari pelukannya.

"kalian mau makan apa untuk makan malam?" emily sekali lagi memecah keheningan.

"Chicken black paper!" jawab daniel dan davied bersamaan.

Emily mengangkat kedua alisnya sementara ayah dan anak itu saling bertatapan penuh permusuhan. Ayolah, tidak bisakah mereka menjadi normal saja "baiklah, jadi tidak perlu repot membuat dua masakan sekaligus!" emily tersenyum senang, setidaknya tingkah daniel yang sedang kesal sangat menggemaskan.

Sambil menonton televisi davied duduk dengan tenang sambil memperhatikan layar televisi dan sesekali melirik ke arah emily dan daniel. Sementara sang istri dan anaknya sedang tidur di sofa panjang dengan emily yang memeluk daniel dari belakang. Ah seandainya saja davied bisa bergabung dalam kehangatan itu.

Mendapatkan maaf dari emily itu sangat sulit. Lebih baik emily membencinya dna sangat marah padanya sehingga davied bisa berjuang untuk mendapatkan maafnya. Tapi emily memperlakukannya dengan baik, berperilaku seakan tidak ada yang terjadi. Davied tidak perlu memohon untuk menemuinya, emily tidak pernah melarangnya. Davied bingung, apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan maaf dari hati emily, agar sang pujaan membuka hatinya sekali lagi untuk dirinya.