webnovel

Forbidden LOVE.

Adult Romance Sejak Suri menghilang senyum dan tawa seolah lenyap dari rumah keluarga Clarke. Christian yang merasa bertanggung jawab atas menghilangnya sang adik berubah menjadi sosok yang mengerikan, segala cara dan upaya Christian lakukan untuk menemukan sang adik. Dalam pencariannya, secara tidak sengaja Christian bertemu dengan seorang gadis yang berhasil mengembalikan tawa kepadanya. Saat perasaannya semakin dalam pada gadis itu, Christian harus dihadapkan dengan kenyataan menyakitkan yang membuatnya harus memilih melanjutkan kisahnya atau menyudahinya. Elena Wilson, gadis biasa yang punya mimpi sederhana tenyata memiliki banyak rahasia. Rahasia apakah itu? Apakah dia adalah orang yang menyimpan akses untuk menemukan Suri ?

nafadila · Urbano
Classificações insuficientes
432 Chs

Pesta dansa para bangsawan

Akhirnya pesta dansa yang memuakkan bagi Suri dimulai, para gadis yang sudah menghias dirinya bak bangsawan itu terlihat sempurna. Tidak ada sedikitpun kekurangan dari mereka, from head to toe sempurna. Tidak seperti para gadis cantik yang ada di ruangan itu, Suri menjadi satu-satunya orang yang sudah sangat tidak sabar menunggu semuanya selesai. Tawa palsu, keramahan palsu dan senyum palsu dari orang-orang itu membuat Suri muak.

"Mira..."

Suri yang sedang bersandar pada tiang mengabaikan panggilan yang ditunjukkan kepadanya, pertama karena dia merasa nama itu bukan namanya, kedua karena dia sudah lelah berdebat dengan sang empunya suara yang sangat dihafalnya luar dalam itu.

"Mira." Areez mengulang kembali panggilannya untuk Suri penuh kesabaran.

Suri menengadahkan wajahnya ke langit-langit dengan mata terpejam berusaha membuang gumpalan emosi yang sudah berkumpul di tenggorokan sebelum akhirnya membalik tubuhnya ke belakang, ke arah Areez.

"Apa?"

Areez tersenyum, senyum yang membuatnya terlihat semakin tampan. "Malam ini adalah giliran kita berdansa di hadapan semua orang, sebagai tuan rumah kita harus..."

"Kita? Tidak salah? Kau-lah tuan rumahnya sedang aku hanya tawanan, jadi jangan salah ucap." Kasar dan ketus, itulah cara Suri menyela perkataan lembut nan bermartabat yang sebelumnya diucapkan Areez.

Seperti biasanya, Areez hanya tersenyum kecil saat mendapatkan jawaban yang tidak sesuai keinginannya dari Suri. "Aku harap kau tidak lupa dengan gerakan yang sudah aku ajarkan satu bulan yang lalu."

Suri memalingkan wajahnya ke arah lain, menunjukkan betapa dia tidak suka dengan ucapan yang baru saja diucapkan Areez.

"Aku tahu kau tidak akan mengecewakan aku, Mira."

"Suri!!!"

Areez menipiskan bibirnya, tanpa berbicara lagi dia berjalan pelan melewati Suri menuju aula tempat dimana sekitar enam puluh orang sudah menunggunya. Kedua bodyguard setia Areez menunduk pelan pada Suri saat berjalan melewatinya, bukan hanya para pelayan saja yang memperlakukan Suri penuh hormat. Para pria dengan kemampuan bela diri dan keahlian lainnya juga menaruh hormat yang sama pada Suri.

Suara gelas yang dipukul sendok terdengar, pertanda acara dansa itu akan dimulai. Suri, yang meskipun sangat membenci acara dansa itu tak urung akhirnya melangkahkan kakinya menuju aula menyusul Areez. Suri kembali mengikuti acara dansa yang sangat dibencinya itu bukan karena Areez, dia melakukannya karena tidak mau membuat orang-orang itu berpikir yang tidak-tidak tentangnya. Padahal sebenarnya hal semacam itu pasti tidak akan terjadi, siapa orang yang memiliki nyali sebesar itu menjelekkan wanita Areez? Tentu tidak ada. Tapi Suri yang tidak tahu akan penilaian orang-orang tentang dirinya disisi Areez berusaha menjaga nama baiknya sendiri, dibesarkan oleh keluarga bermartabat membuat Suri memiliki keanggunan yang tidak dimiliki gadis lain.

"Malam ini akan menjadi malam terakhir pesta dansa tahunan kita, aku harap kalian semua menikmati acara malam ini dan semoga di tahun-tahun yang akan datang member kita semakin banyak." Suara Areez terdengar membahana di dalam aula yang sudah diubah menjadi lantai dansa itu, meskipun tidak melihat secara langsung wajah para gadis di ruangan itu namun Suri bisa tahu kalau mereka pasti memberikan tatapan penuh kekaguman pada Areez.

"Dengan ini maka acara resmi dimulai, silahkan mencari pasangan masing-masing untuk menikmati musik," ucap Areez kembali seraya mengangkat gelas kristalnya ke udara yang akhirnya diikuti semua orang yang ada di tempat itu, tentu saja terkecuali Suri. Daya tahan Suri terhadap alkohol sangat buruk dan Christian adalah dalang dibalik ini semua, sejak Suri beranjak remaja Christian selalu berpesan pada semua orang untuk tidak membiarkan Suri menikmati alkohol apapun alasannya.

Setelah semua orang mulai larut dalam alunan musik romantis yang dimainkan seorang pianis yang sedang naik daun di Selandia Baru, Areez melangkahkan kakinya mendekati tempat Suri berdiri.

"May I?"

Suri yang sudah malas dengan semua kegilaan Areez langsung mengulurkan tangan kirinya pada Areez yang sedang mengajaknya berdansa, begitu berhasil memegang jemari lentik Suri dengan cepat Areez membawa Suri ke lantai dansa. Kedatangan sang tuan rumah dan pasangannya di tengah-tengah lantai dansa berhasil membuat semua tamu undangan menghentikan dansanya, mereka memberikan waktu pada sang tuan rumah untuk menikmati dansa pertama selama lima menit sebelum akhirnya kembali berdansa.

"Ternyata kau masih ingat dengan baik gerakannya," ucap Areez pelan memuji Suri tulus.

Suri memutar bola matanya. "Jangan bicara denganku!"

Areez menipiskan bibir. "Aku sedang berdansa denganmu, kalau aku tidak bicara denganmu maka aku harus bicara dengan siapa?"

"Siapa saja kecuali aku."

"Oh Mira..."

"Suri, sekali lagi kau memanggilku dengan nama yang bukan menjadi namaku itu maka jangan salahkan aku jika kau akan membuatmu menderita," ancam Suri sungguh-sungguh.

"Membuatku menderita? Wow... baru kali ini aku mendengar kalimat semacam itu, ok karena aku sudah sangat penasaran maka aku menginginkanmu membuatku menderita," ucap Areez pelan memberikan izin pada Suri untuk menyakitinya.

Suri tidak melakukan apapun, dia masih diam dengan tidak melepaskan tatapan penuh kebenciannya dari Areez yang sudah melingkarkan kedua tangan di tubuhnya dan Suri sangat bermimpi bisa mematahkan kedua tangan itu dengan segera meskipun hal itu tidak akan mungkin terjadi mengingat para penjaga yang berada disekeliling Areez hampir setiap saat.

"Jadi bagaimana? Kenapa kau belum melakukan apa yang tadi kau ucapkan, Mi..."

"Yo Areez!"

Panggilan dari Aldrich, sang putra bungsu perdana menteri Australia yang menjadi sahabat baik Areez berhasil menghentikan perkataan Areez.

Suri yang bersiap melancarkan aksinya terpaksa menahan diri.

"Hi Mira," sapa Aldrich sopan pada Suri, selain kepada para pelayan dan orang-orang di Akademi Areez juga mengenalkan pada satu-satunya sahabat yang dimilikinya itu dengan nama Mira.

Suri menganggukkan kepalanya perlahan merespon sapaan sopan dari Aldrich.

"Boleh aku pinjam Areez sebentar?" tanya Aldrich kembali pada Suri.

"Tentu," jawab Suri cepat, secepat gerakan tangannya mendorong Areez menjauh darinya.

Areez yang tidak siap, nyaris terjatuh saat Suri mendorongnya. Meski kekuatan Suri tidaklah besar, namun hal itu cukup mengejutkan Areez sehingga membuatnya nyaris menyentuh lantai granit yang keras dan dingin kalau saja Aldrich tidak langsung menahan punggungnya.

"Wow...sepertinya aku sudah memancing amarah Felis Nigripes limited editionmu ini, Areez," goda Aldrich pelan, namun masih bisa Suri dengar dengan jelas. "Apa kalian sedang bertengkar?"

Areez merapikan pakaiannya dengan senyum yang beberapa saat lalu sempat hilang dari wajahnya. "Mana mungkin kami bertengkar, kami baik-baik saja."

Aldrich memicingkan satu matanya. "Aku bukan anak kecil yang mudah kau tipu, sialan."

"Kalau kau tidak percaya padaku coba tanyakan sendiri pada Mira," ucap Areez lembut.

Kedua tangan Suri langsung mengepal kuat saat Areez kembali memanggilnya dengan nama Mira, kalau tidak ada Aldrich diantara mereka mungkin saja Suri sudah melancarkan pukulannya pada Areez saat ini juga.

Seperti murid yang patuh, Aldrich langsung mengalihkan pandangannya pada Suri yang wajahnya sudah memerah.

"Apa yang dikatakan Areez benar, Mira?"

Bersambung