webnovel

16. First Date

Sudah hampir dua minggu sejak Reina berpacaran dengan Reno. Dia tak bisa sering bertemu dengannya karena beberapa waktu ini Reina sedang banyak tugas kampus yang harus dia selesaikan. Reno pun memakluminya karena dia juga merupakan mahasiswa baru seperti Reina yang juga memiliki banyak tugas kampusnya.

Reina sebenarnya merasa tak enak karena mereka baru jadian, namun mereka juga tak bisa sering bertemu karena banyak hal. Apalagi mereka juga berada di kampus yang berbeda. Saat dulu dia dan Reno hanyalah sebagai teman, dia tak pernah memikirkan bagaimana perasaan Reno jika mereka tak bertemu untuk waktu yang lama. Namun sekarang itu menjadi pemikirannya saat ini.

Dan entah mengapa, Reina sangat merindukan Reno dan ingin segera bertemu dengannya. Apa mungkin ini yang dinamakan cinta? Apakah yang dia rasakan saat ini adalah jatuh cinta. Entahlah...dia juga tak tahu karena perasaan ini adalah hal yang pertama baginya.

Reina pun keluar dari kamarnya setelah menyelesaikan beberapa tugas kuliah, kemudian dia turun dan menuju ke sebuah piano yang ada di bawah tangga, tempat keluarganya biasa bermain piano saat santai. Reina pun kemudian memainkan sebuah lagu sendu yang berisi tentang kerinduan terhadap seseorang yang dia sayang. Dia pun mulai bernyanyi sembari bermain piano hingga satu lagu selesai.

"Ren.. I miss You..." gumam Reina sembari kembali memainkan lagu tersebut hingga satu lagu selesai.

seminggu kemudian...

Malam itu, Reina masih ada di depan laptopnya sejak kemarin. Kebetulan hari kamis lalu dia pulang kuliah lebih awal, sehingga dia punya kesempatan untuk menyelesaikan tugasnya lebih awal. Ya, meskipun akhirnya dia juga masih keteteran karena beberapa dosen memberikan tugas di waktu yang bersamaan.

Meskipun rasa lelah dan mengantuk kerap dia rasakan, tapi Reina menyadari dia tak boleh menyerah karena perjalanannya masih panjang untuk meraih cita-citanya.

"Tugas-tugas kuliah akhirnya selesai jugaaaa!!!" Ucap Reina saat selesai mengirim beberapa tugas yang sudah harus dikumpulkan di hari ini.

Dia pun kemudian segera berbaring di atas tempat tidurnya dan bersiap untuk tidur malam itu. Rasa lelah karena semalaman bergadang mengerjakan beberapa tugas kuliah masih terasa. Beberapa hari ini memang dia disibukkan oleh berbagai tugas dan kuliah yang membuatnya beberapa kali sampai lupa makan siang. Dia pun kurang tidur karena fokus mengerjakan tugas.

Sampai kadang mamanya khawatir melihat Reina semakin kurus karena tak makan dengan teratur. Meskipun dia selalu diingatkan untuk makan tepat waktu, ada saja hal yang membuatnya terkadang melewatkan satu kali makan di dalam satu hari. Reina pun mulai tertidur karena kelelahan.

Keesokan harinya...

Reina sudah bangun sejak tadi pagi. badannya sudah kembali fresh karena sudah beristirahat cukup lama. hari ini Reina sudah dapat bernapas lega, karena tugas-tugas kuliah yang dia persiapkan sebelum ujian semester akhirnya selesai juga. Dan dia juga dapat memikirkan hal yang lain. Reina sudah tak sabar ingin bertemu Reno serta kedua sahabatnya, Luna dan Kania.

Karena meskipun mereka bertiga ada di kampus yang sama. Luna dan Kania juga memiliki jadwal kuliah yang padat sepertinya. Dan hal ini yang membuat mereka selalu tak bisa menyempatkan waktu bersama karena kesibukan masing-masing.

Dan akhirnya hari sabtu pun tiba. Reina sudah janjian dengan Reno untuk jalan bareng. Ini akan menjadi date pertamanya setelah Reina resmi berpacaran dengan Reno. Sejak pagi Reina sibuk di dalam kamarnya. Banyak hal yang harus dilakukan sebelum berangkat. Mulai dari memilih baju, make up serta persiapan hati juga. Karena ini adalah first date baginya. Dia ingin date hari ini sukses.

Reina pun masih memilih-milih baju untuk nanti sore. Dia masih bingung baju apa yang pas dia kenakan nanti. Ada rasa campur aduk di dalam hatinya. Sudah lama rasanya dia tak merasakan hal seperti ini. Setelah mencoba beberapa baju, Reina pun telah menentukan pilihan.

Dia pun memutuskan untuk mengenakan celana jeans, kaos lengan langan stripped hitam putih, dipadu dengan jaket jeans berwarna biru muda. Entah mengapa ada rasa deg-degan di hati Reina padahal dia juga sudah pernah jalan bareng Reno saat status mereka teman biasa.

Pukul tiga sore, Reno datang menghampiri Reina di depan rumahnya. Sore itu Reno tampak tampan dengan menggunakan celana jeans, serta kaos putih dipadu dengan blazer berwarna abu-abu.

"ini Rei..buat kamu.." ucap Reno sambil menyerahkan seikat bunga tulip berwarna merah muda untuk Reina, bunga itu sangat cantik karena dikemas dengan simpel dan menarik

"Buat aku Ren? Terima kasih yaa..cantik banget bunganya." Ucap Reina yang tersipu malu menerima bunga pemberian Reno.

"iya.sama-sama. Aku senang kamu suka bunganya. Gimana Rei? Udah siap??" tanya Reno saat Reina masuk ke dalam mobil dan mengenakan sabuk pengaman.

"Sudah kok. Yuk berangkat sekarang." Ucap Reina bersemangat.

"Okay..let's go!" balas Reno seraya menyalakan mobil dan mengemudikan mobil meninggalkan rumah Reina.

"Kita mau kemana dulu nih?" tanya Reno sembari mengemudikan mobilnya.

"Nonton dulu gimana?" tanya Reina memberikan pendapatnya.

"Boleh.. habis ini ada romcom movie jam empatan, ada juga action. Kamu suka yang mana?" balas Reno memberikan pilihan pada Reina.

"Romcom boleh Ren... waktuny a juga pas buat kita." Ucap Reina bersemangat.

"Okay.. abis ini kita monton dulu yaa.." lanjut Reno setuju.

"Go! Go!Go!" balas Reina bersemangat.

Sore itu mereka berencana untuk menonton film di salah satu bioskop Mall yang ada di dekat perumahan Reina. Tak sampai lima belas menit perjalanan, mobil Reno telah sampai di parkiran mall. Entah mengapa Reina tampak canggung saat mereka berjalan menuju area Mall.

"Rei...kamu kenapa?" ucap Reno yang melihat tingkah Reina yang terlihat canggung tak seperti biasanya.

"Nggak..nggak papa kok, Ren.." ucap Reina mencoba untuk bersikap tenang.

Entah mengapa setelah mereka sampai, Reina merasa gugup dan terlihat canggung bersama Reno. Dia baru menyadari bahwa mereka sekarang adalah pasangan kekasih. Dan Reno juga adalah pacar pertama Reina. Dia tak tahu bagaimana harus bersikap dengan Reno. Karena selama ini mereka hanyalah teman. Jadi saat seperti ini, Reina tak tahu apa yang harus dia lakukan.

Reno yang melihat Reina gugup akhirnya meraih tangan Reina dan menggenggamnya dengan erat.

"Tenang aja Rei..aku ada disampingmu.." ucap Reno dengan lembut.

"Iyaa..Ren... makasih yaa" balas Reina pelan namun hatinya mulai mencair dan rasa gelisah itu pun menghilang.

Mereka pun akhirnya berjalan menuju bioskop tempat mereka akan menonton film sore itu. Suasana bioskop cukup ramai karena hari itu adalah weekend. Setelah membeli tiket, popcorn dan minuman bersoda, mereka pun akhirnya menuju ruang bioskop.

Genre romcom atau romantic-comedy menjadi pilihan film yang mereka tonton sore itu. Saat mereka masuk di ruang bioskop, telah banyak orang yang duduk dan juga akan menonton film sore itu. Mereka pun duduk di bagian tengah dan mulai menonton hingga sekitar dua jam.

"Ren... filmnya tadi seru banget.." ucap Reina sesaat setelah mereka keluar dari bioskop.

"beneran? Kamu suka filmnya?" ucap Reno sembari memandang Reina yang bersemangat menceritakan film barusan mereka tonton.

'Iya, Ren.. aku suka banget.. bagus banget filmnya. Dan ternyata actornya adalah favoritku. " balas Reina senang.

'Syukurlah kalau kamu menyukainya. Yuk kita makan dulu." Ucap Reno mengajak Reina untuk makan malam..

"Iyaa.. kebetulan aku juga udah laper." Ucap Reina sembari tersenyum.

Saat mereka berjalan menuju salah satu restoran di dalam Mall tersebut, tiba-tiba terdengar ada anak kecil menangis. Mereka pun akhirnya mencari sumber suara dan menemukan ada anak kecil yang menangis di pojokan tak jauh dari mereka berjalan.

"Kamu kenapa dek?" tanya Reno lembut.

"Mama....kak...mama dimana?" balas anak kecil tersebut sembari masih menangis.

"udah jangan nangis yaa.. biar kakak bantu nyariin mama." Ucap Rena berusaha menghibur anak kecil itu.

"Iyaa, kamu namanya sapa? Kita anterin ke ruang informasi ya.. biar nanti mama tahu kamu ada dimana." Ucap Reno yang berusaha menenangkan anak kecil itu.

"Leo kak.." balas Anak kecil itu berusaha berhenti menangis.

"Iya.. ayok Leo,, ikut kakak,, buat nyari mama." Ucap Reno sembari menggandeng anak kecil itu bersama Reina ke ruang informasi.

Mereka pun kemudian berjalan menuju ruang informasi yang ada di lantai dua mall tersebut. Setelah menunggu sepuluh menit, akhirnya orang tua anak kecil tersebut datang dan pamit bersama anaknya serta mengucapkan terima kasih pada Reno dan Reina. Mereka pun senang karena akhirnya Leo dapat berkumpul kembali dengan orang tuanya.

❄❄❄

Beberapa menit kemudian mereka sampai di restoran dalam mall tersebut dan memesan makanan. Saat makanan datang, mereka pun makan dengan lahap karena mereka belum makan malam sejak tadi. Setelah makan malam, mereka pun bermain di area permainan di dalam mall. Banyak permainan yang tersedia disana seperti main basket, game balap, tetris dan beberapa arcade game lainnya yang seru banget. Reno dan Reina pun juga mencoba beberapa permainan disana dengan gembira.

Usai puas bermain, Reno mengantar pulang Reina karena tak ingin Reina kemalaman sampai rumah. Setelah tiga puluh menit perjalanan, mobil yang dikemudikan Reno tiba di depan rumah Reina. Reina pun bersiap keluar mobil.

Namun dia tak segera turun saat selesai membuka sabuk pengaman dan ingin mengatakan sesuatu dengan Reno.

"Makasih ya Ren.. buat hari ini." Ucap Reina tiba-tiba.

"Sama-sama Rei.. makasih buat apa nih." Ucap Reno sedikit tak paham.

"Well.. hari ini aku bisa mengenal kamu lebih dekat lagi." Ucap Reina yang membuat Reno tersipu malu.

"Rei..kamu paling bisa deh bikin orang happy tiba-tiba." Ucap Reno sembari tersenyum.

"iya.. beneran Ren.. sejujurnya aku nggak tahu bagaimana kita akan memulai kisah kita. Karena selama ini kita adalah teman biasa. Namun beberapa minggu kita tak bertemu, aku merasa ada yang hilang. I miss You.. Dan kamu bikin aku merasa.. i'm happy with you." Ucap Reina sembari tersenyum.

Reno pun kemudian menggenggam tangan Reina dan memeluknya hangat. Ada rasa bahagia di dalam hatinya karena Reina telah menerima hatinya dan juga mulai menyukainya.

"Makasih Rei.. kamu udah jujur sama aku, aku juga sangat rindu sama kamu, tapi aku tak ingin memaksakan hatiku dan menunggumu sampai kamu percaya kalau aku benar sayang sama kamu. makasih juga udah nerima aku. Aku juga sangat bahagia. Let's be happy everyday." Ucap Reno hangat.

"Ehm.. iya Ren..let's be happy. Always!" ucap Reina setuju.

Malam itu adalah malam yang indah bagi Reina dan Reno karena akhirnya mereka mulai terbuka dengan perasaan yang ada di dalam hati mereka selama ini. Rasa cinta yang bersemi dalam hati Reina kini mulai dia luapkan setelah sekian lama. Rasa gelisah dan rindu yang selama ini dia rasakan karena tak bertemu Reno pun berganti dengan rasa kagum dan sayang padanya.

❄❄❄

Beberapa hari kemudian...

Siang itu, Shelyn tampak sibuk dikamarnya. Ada beberapa baju yang masih ada di tempat tidur dan ada juga beberapa baju sudah dia letakkan ke dalam dua koper yang akan dia bawa nanti sore. Nampak dari luar ada seseorang yang mengetuk pintu kamar dan segera masuk ke dalam kamarnya. Ya, dia adalah Clara, sahabat Shelyn yang selalu mendengarkan curahan hatinya.

"Shel, elu yakin mau balik ke Ausie nanti malem?" tanya Clara yang cemas melihat Shelyn mendadak memutuskan untuk kembali ke Australia dan melanjutkan kuliah disana.

"Iya, Clar.. gue yakin dengan keputusan gue. Maaf kalau buat elu kecewa dengan keputusan gue mendadak. Tapi gue mau nenangin hati gue dulu disana. Maaf gue harus ninggalin elu. " balas Shelyn yang masih berkemas karena dia tak ingin ketinggalan pesawat karena belum selesai packing.

"Shel, bisa nggak kalo elu tetep disini. Dan elu coba lupain semua tentang Reno. Cowok di luar sana masih banyak yang bakal peduli dan sayang sama elu. Gue nggak ngerti Shel seberapa dalam perasaan elu padanya, tapi apa Reno bakal peduli sama elu meskipun elu udah mau pergi kayak gini. Ada dia ngehubungin elu?" ucap Clara merasa kesal karena harus merelakan sahabatnya pergi meninggalkannya.

"Dia nggak tahu sama sekali kalau gue mau pergi.. dan gue nggak bisa, Clar. Meskipun gue tahu Reno nggak suka sama gue. Tapi ternyata saat gue lihat dan gue denger kalau dia udah jadian sama orang lain itu terasa nyakitin buat gue. Gue tahu, gue nggak boleh gini. Karena dia nggak punya perasaan sama gue dan Gue mesti lupain rasa sayang gue ke Reno. Tapi hati gue nggak bisa dibohongin. Gue sayang banget sama dia." Ucap Shelyn yang tak kuasa menahan air matanya.

Clara pun segera berjalan ke arah Shelyn dan memeluknya erat.

"Udah Shel. Kalau keputusan ini adalah yang terbaik bagi elu, gue harap kalau elu baik-baik disana yaa..biarin semua kenangan yang buat elu sedih berganti menjadi kebahagiaan elu kumpul bersama keluarga disana. Dan gue juga bakal dateng kalo libur summer." Ucap Clara sembari menenangkan Shelyn.

"Iya, Clar. Maafin gue yaa.. gue mesti pergi kayak gini. " ucap Shelyn yang masih tersedu.

Beberapa jam kemudian, Shelyn sudah ada di ruang tunggu setelah dia check in pesawat beberapa menit lalu. Dia akan menyusul keluarganya yang telah duluan akan tinggal di Autralia. Papa dan Mama Shelyn berencana mengembangkan bisnis di Autralia dan akan tinggal disana sekitar lima tahun.

Shelyn awalnya tak ingin ikut pindah dan tinggal di Sidney karena dia masih berharap Reno akan menyukainya. Meskipun sejak Reno masuk kuliah, dia sudah tak ada kabar. Namun sejak beberapa temannya yang juga menjadi teman kuliah Reno di kampus bercerita jika Reno barusan jadian dengan seseorang yang juga teman SMA Reno, dia mulai paham mengapa Reno tak menginginkan perjodohan ini dillakukan.

Dan satu-satunya jalan untuk melupakan Reno adalah pergi menjauh darinya. Baginya, sudah tak ada lagi harapan yang akan menuntun langkahnya untuk bertemu Reno. Semua perasaan ini dia harus simpan rapat dalam hatinya dan menghapusnya dalam ingatan.

Mungkin ini akan menjadi cinta pertama yang menyakitkan untuk Shelyn, tapi dia harus terima lapang dada. Karena dia menyadari cintanya bertepuk sebelah tangan. Sore itu Shelyn pergi meninggalkan separuh hatinya yang masih tertinggal di Jakarta, separuh hatinya masih masih menahannya untuk tak pergi, separuh hatinya yang membuatnya tersenyum, bahagia dan menangis memikirkannya. Separuh hati yang harus dia lupakan segera. Separuh hati itu, Reno.

❄❄❄