webnovel

14. A Gift From You

Sudah dua hari Reina menginap di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Kesehatannya yang tadinya menurun, kini berangsur pulih. Meskpun dia ingin segera pulang, dokter menyarankan untuk beristirahat sehari lagi untuk memantau kesehatannya lebih lanjut. Mau tidak mau dia harus menuruti dokter yang merawatnya.

Hari itu Reina sendirian di kamar inapnya. Mama papanya harus kembali bekerja karena ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Sedangkan adiknya, Jefry juga sedang ujian. Dia juga tak ingin membuat kedua sahabatnya ketinggalan pelajaran yang membuat mereka tetap bersekolah meskipun sebenarnya Kania dan Luna ingin menjaga Luna.

Sehingga siang itu dia seorang diri di ruangan rumah sakit. Reina pun memandangi smartphone di tangannya. Dan membuka gallery foto saat kemenangannya waktu bertanding basket beberapa waktu lalu. Saat anak-anak eskul basket berfoto bersama, saat ngobrol serunya dengan kak Jihoo. Rasanya sudah lama sekali dan waktu terasa cepat berlalu. Tak terasa air mata menetes di pipi Reina.

Reina berusaha menyeka air mata itu dan berusaha kembali fokus dengan memandangi beberapa foto yang ada di smartphonenya. Namun beberapa saat ada sesuatu yang membuat dia penasaran. Reina menemukan sebuah amplop berwarna biru muda yang tersimpan di bawah laci kecil setengah terbuka yang ada di sebelah tempat tidurnya.

Tak biasanya dia lihat ada amplop dalam laci itu, karena biasanya mamanya hanya menutup laci itu dan digunakan hanya untuk meletakkan kunci mobil saat mamanya menjaga Reina di rumah sakit. Karena penasaran, akhirnya Reina pun segera bangkit dari tempat tidurnya dan mencoba membuka sedikit lebar laci kecil itu dan mengambil amplop surat yang ada di dalamnya.

"untuk Reina. Ini untuk aku?" ucap Reina membaca tulisan yang muncul di muka amplop biru.

Reina pun sedikit kaget, karena selama tiga hari dia menginap di rumah sakit, tak ada yang memberi tahunya mengenai surat tersebut.

"ini surat buat akuuuuu????" ucap Reina yang kaget dan memastikan kembali saat melihat ada tulisan untuk Reina di atas amplop itu. Reina pun mulai membuka amplop biru itu dan perlahan mulai membacanya.

Untuk Reina...

Mungkin tak ada kata yang bisa kakak ucapkan untuk memulai surat ini.

Dan mungkin kamu akan membaca surat ini saat kakak sudah pergi ke Amerika.

Reina pun berhenti membaca dan menebak siapa yang mengirim surat itu padanya. Tebakannya hanyalah satu orang, Kak Jihoo. Dia pun kemudian melanjutkan membaca.

Sebuah kabar yang mungkin terasa mendadak buatmu dan juga kakak.

Maaf kakak tak bisa pamit padamu secara langsung.

Kakak juga tahu, mungkin tak ada waktu yang tepat untuk mengabarimu

Kakak sangat merindukanmu, Reinaaa....

Mungkin karena kesalahan kakak yang tak dapat kakak utarakan langsung yang membuat kamu menghindar dari kakak.

Selama ini kakak ingin menjelaskan kalau yang kamu lihat saat di prom adalah kesalahpahaman.

Kakak tak menerima perasaan Freshya dan menganggapnya hanyalah teman baik.

Kakak hanya sayang sama kamu, Rei..

Maaf kalau kakak baru menyampaikan ini sekarang,

saat kamu sakit, dan juga saat kakak juga harus pergi.

Kakak tahu mungkin ini tak adil buatmu karena mengetahui hal ini sekarang,

Maafkan kakak yang terlambat membuat keputusan

Maafkan kakak yang membuatmu bersedih..

Reina...kakak sayang kamu..tapi kakak harus mengejar impian kakak di Amerika.

Semoga suatu saat kita dapat bertemu kembali..

Dan cepat sembuh ya Rei..

karena kamu cantik jika tersenyum..

Kakak sayang kamu...

-Kak Jihoo-

Betapa lemasnya Reina setelah membaca surat itu seorang diri di kamar inapnya. Dan air mata yang berusaha dia tahan karena ingin melupakan kak Jihoo kini pecah dan tak terbendung lagi. Semua perasaan yang ada dalam hati Reina kini menyatu dengan isi surat dari kak Jihoo untuknya. Semua pertanyaan yang ada di benaknya kini terjawab sudah dengan sebuah surat yang tiba-tiba muncul disana.

Mengapa dia baru mengetahui perasaan kak Jihoo untuknya setelah kak Jihoo pergi meninggalkan Reina ke Amerika. Mengapa kak Jihoo tak mengatakan hal itu langsung padanya. Bagaimana dia bisa mengatakan hal yang dia rasakan dan perasaannya untuk kak Jihoo jika tak ada lagi kesempatan untuknya.

"Kak Jihoo... mengapa kakak baru bilang sekarang..." gumam Reina sendirian dalam ruang rawat inapnya.

Reina menangis tersedu-sedu sendirian disana. Dan satu lagi penyesalan yang dia rasakan hari itu. Dia tak bisa mengungkapkan perasaannya pada kak Jihoo dan mengatakan jika dia juga menyukai kak Jihoo.

Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk kamar inapnya, dan membukanya secara perlahan.

Dia pun mulai mendekati Reina dan terlihat cemas menatap Reina.

"Rei.. kamu kenapa?" ucap Reno yang kaget melihat Reina yang sedang menangis dan segera berusaha menenangkannya dengan memeluk Reina yang masih menangis tersedu-sedu.

Reina tak bisa menjawab pertanyaan Reno, pikirannya masih tertuju dengan isi surat yang barusan dia baca.

"Rei.. kamu nggak papa kan? Udah..tenang dulu yaaa..semua akan baik-baik saja..."lanjut Reno yang berusaha menenangkan Reina namun Reina tak menjawabnya dan kembali menangis.

❄❄❄

Beberapa menit kemudian...

Reina telah membaik. Dia pun mulai tenang dan berhenti menangis..lalu Reina duduk di tempat tidurnya.

"Makasih ya Ren.. maaf elu udah ngelihat gue kayak gini." Ucap Reina mulai menyadari Reno yang sejak tadi ada di sampingnya.

"iya, sama-sama. Semua orang pasti pernah sedih Rei..elu juga bisa cerita ke gue kenapa tadi kamu bisa sampe nangis kayak gitu. Tapi kalau kamu belum mau cerita, nggak papa." Ucap Reno mencoba menghibur Reina.

"Rei... elu sakit apa? Gimana udah mendingan? Ini buat elu." ucap Jack tiba-tiba muncul dari balik pintu kamar inap Reina sembari membawa bungkusan makanan buat Reina.

"Udah mendingan Jack.. mungkin gue udah bisa pulang besok. kapan elu dateng? Makasih ya makanannya. " ucap Reina yang mulai berusaha kembali ceria melihat Jack juga menjenguknya.

"Lha ini... gue bareng sama Reno. Tapi dia udah duluan ke atas tadi. Gue mampir dulu beli bubur buat elu.." Balas Jack menjelaskan pada Reina.

"Oh gitu.. thanks ya Jack.. thanks juga Ren.. udah mau dateng and jenguk gue." Ucap Reina yang mulai menyadari kehadiran Reno yang sejak tadi berusaha menghiburnya.

"Sama-sama Rei... gue nggak tau apa yang sedang kamu pikirin saat ini. Tapi aku harap semoga kamu bisa cepet ngelupain apa yang menjadi kesedihanmu sekarang. Karena semua akan indah pada waktunya." Ucap Reno berbisik pelan pada Reina yang ada di sampingnya.

"Thanks Ren.." ucap Reina singkat, namun dia mulai menyadari Reno ternyata sangat peduli padanya.

"Iya...iya...sama-sama.. cepet sembuh yaa..sekarang makan dulu... biar cepet sehat. " balas Jack sembari mengeluarkan makanan dari bungkusan plastik yang dibawanya.

Mereka bertiga akhirnya menikmati makanan yang dibawakan oleh Jack. Tiga bungkus bubur yang masih hangat menjadi menu makan siang hari itu, Reina pun merasakan ada sedikit tenaga karena makan bubur itu. Pikirannya yang beberapa hari ini memikirkan kak Jihoo yang membuatnya tak selera makan atau tidur nyenyak. Setidaknya sekarang sudah mulai sedikit berkurang.

Reina berusaha tegar dan tersenyum. Meskipun tak dapat dibohongi jika surat tak terduga yang datang padanya, membuat dinding pertahanan hati Reina menjadi hancur berkeping-keping. Semua perasaan yang dia pendam pada kak Jihoo tercampur-aduk dengan kesedihan. Sebuah perpisahaan dan pengakuan cinta yang dia terima secara tiba-tiba kini membuat kalut hatinya.

❄❄❄

Enam bulan kemudian...

Reina telah pulih dan kembali bersekolah. Sudah enam bulan lamanya semenjak kak Jihoo pindah ke Amerika. Tak terasa Reina menginjak kelas dua belas. Dia pun juga sudah merelakan kepergian kak Jihoo dan mencoba menata hidupnya kembali. Dia tak ingin lagi memikirkan segala kesedihannya dan berusaha untuk belajar menerima kenyataan yang ada.

Dia pun kembali menyibukkan diri dengan fokus belajar bersama Kania dan Luna. Banyak hal yang harus dia lakukan, karena sekarang dia kelas dua belas. Reina juga belum tahu jurusan apa yang ingin dia pilih saat nanti kuliah.

"Rei.... elu kenapa?' ucap Luna yang melihat sahabatnya melamun saat mereka makan siang di kantin sekolah.

"Oh.. nggak..gue nggak papa. Cuma gue masih bingung masih pilih jurusan apa. Elu udah ada gambaran belum Lun, mau pilih apa?" Ucap Reina bimbang.

Luna pun menggeleng pelan atas pertanyaan yang diutarakan sahabatnya.

"gue juga masih belum tahu Rei...banyak yang pengen gue pilih. Tapi kalau pilih Cuma salah satu..." ucap Luna yang tiba-tiba menghentikan kalimatnya.

"Cuma pilih satu kenapa Lun?" sahut Kania yang tiba-tiba datang sembari makanannya yang baru matang.

"Cuma pilih satu...kan sayang banget. Gue pengen nyobain banyak hal di dunia perkuliahan." Ucap Luna yang memang terkenal paling aktif diantara ketiga sahabat itu.

"gimana kalau elu pilih yang paling elu suka. Nanti jika ada hal yang pengen elu coba, elu bisa ikutan klub kampus. Kan banyak tuh disana. Misal music, olahraga dan lain-lain." Ucap Reina menyarankan pilihan pada Luna.

"bener juga yaa.. makasih Rei. Setidaknya gue ada pencerahan buat pilih jurusan apa." Lanjut Luna tersenyum.

"iya Lun..yang penting sekarang elu mantepin dulu jurusan apa yang mau elu pilih. Nanti pas kuliah, elu bisa lanjutin hobby elu." Balas Kania yang setuju dengan pendapat Reina.

"Iya Kania... thank you ya guys.. gue jadi lebih pede buat milih jurusan nanti." Ucap Luna senang.

"Iyaa.. sama-sama Lun.. " balas Reina yang ikut senang karena masalah sahabatnya terpecahkan.

"Kalau elu Rei.. jadi mau milih apa?" tanya Kania yang tadi belum datang saat Reina menjawab pertanyaan Luna mengenai jurusan.

"Gue belum tahu Kan..." ucap Reina pelan.

"kenapa gue nggak milih jurusan yang mungkin sesuai dengan bakat dan keinginan elu." Ucap Kania menyarankan.

"bukannya elu waktu itu dipuji desainer Jin yaa dan desain elu juga sangat bagus." Ucap Luna yang mengingat desainer Jin memuji sahabatnya waktu di butik beberapa waktu lalu.

"gue nggak pede Lun...Kan.. apa gue bisa desain dan ngehasilin karya yang bagus." Ucap Reina yang ragu dengan pendapat kedua sahabatnya.

"Rei... kita tahu kok.. elu bagus banget kalau lagi nggambar desain. Apalagi ini udah dapet pujian lho dari salah satu desainer keren. Berarti elu punya bakat disana." Ucap Luna berusaha menyemangati Reina.

"bener banget kata Luna, Rei. Elu di sekolah aja kalau nggambar selalu dapet nilai paling tinggi. Ini juga kan waktu itu elu dapet pujian dari desainer pas elu liatin hasil desain yang elu buat. Jangan elu sia-siain bakat yang elu punya. Orang lain di luar sana juga bakal setuju sama gue liat hasil desain elu." ucap Kania yang berusaha meyakinkan Reina bahwa dia punya bakat yang jangan disia-siakan.

"Thanks ya guys.. gue dapet pencerahan nih jadinya. gue bakal berusaha berlatih dan ngembangin desain-desain yang gue buat." Ucap Reina yang merasa lebih percaya diri karena disemangati oleh kedua sahabatnya.

"sama-sama...yuk kita berjuang buat masa depan kita." Ucap Kania sembari memeluk kedua sahabatnya.

"Iya... semangat buat kita bertiga..."ucap Reina bersemangat.

"Fighting!!!" lanjut Kania yang juga bersemangat.

❄❄❄

Setahun kemudian…

Reina telah memulai hari pertama perkuliahannya di salah satu universitas bergensi di Jakarta. Dia mengambil jurusan art design sedangkan Luna mengambil Public Relation dan Kania mengambil jurusan bisnis. Meskipun ketiganya memilih jurusan yang berbeda, tetapi mereka sering bertemu karena masih dalam satu kampus yang sama.

"Halo... Rei..elu dimana?" ucap Kania yang baru saja menyelesaikan mata kuliahnya siang itu.

"Gue udah ada di deket taman, elu kesini aja. Luna juga barusan dateng nih." Ucap Reina memberitahu Kania untuk segera datang kesana.

"Iya.. lima menit lagi gue sampe." Ucap Kania yang segera berjalan ke luar kelasnya hari ini. Kebetulan Kania juga barusan selesai kuliah siang itu.

Hari ini mereka berencana untuk pergi ke Mall, itung-itung ini adalah pertama kalinya mereka jalan-jalan setelah dua bulan menjadi mahasiswa baru.

Beberapa menit kemudian, Kania telah sampai di taman, tempat biasa mereka bertemu.

"Rei..Lun..." panggil Kania yang barusan sampai sembari melambaikan tangannya yang juga dibalas kedua sahabatnya.

"Hai Kan...Yuk kita segera berangkat." Ucap Luna sembari mengajak kedua sahabatnya menuju parkiran mobil kampusnya.

Hari ini Kania dan Reina segaja tak membawa mobil sendiri, karena mereka akan menggunakan mobil Luna untuk jalan-jalan.

"Sudah siaaap?" ucap Luna bersemangat sesaat setelah menyalakan mobil dan sabuk pengaman.

"Siaaaap..Let's Go!!!" ucap Reina dan Kania serentak.

Sudah lama rasanya mereka tidak berkumpul dan jalan bareng karena beberapa bulan ini mereka disibukkan dengan berbagai tugas kuliah. Sehingga waktu berkumpul juga sedikit berkurang dibandingkan saat mereka SMA.

"Hari ini kita mau kemana dulu nih?" tanya Kania bersemangat.

"Temenin gue beliin kado yaaa.." ucap Reina tiba-tiba.

"Kado?? Kado buat siapa??" ucap Luna kaget dan juga penasaran mendengar pernyataan Reina. Sudah lama sekali semenjak kepergian kak Jihoo ke Amerika, Reina tak pernah menceritakan kedekatannya dengan seorang pria. Dan hari ini tiba-tiba dia mendengar Reina akan membeli kado untuk seseorang.

"Buat Reno.." ucap Reina singkat.

"Tunggu...tunggu... gue nggak salah denger kan.. ini yang elu maksud Reno Leksi Wirya temen kita beda kelas itu kan?" ucap Kania mendadak bertanya pada Reina.

"Iyaa.. siapa lagi yang gue kenal selain Reno Leksi Wirya." Ucap Reina mengiyakan pernyataan kedua sahabatnya.

"kenapa tiba-tiba elu mau beliin kado. Jangan-jangan????Elu Jadian sama Reno????" tiba-tiba Luna berbalik bertanya pada Reina.

"Hah??yang bener Rei???seriusan??? gimana ceritanya? Kok elu nggak ngasih tau kita." Ucap Kania yang makin penasaran dengan Reina karena baru kali ini dia mendengar mengenai Reno langsung dari mulut Reina.

"Bentar-bentar guys. Satu-satu dong pertanyaannya. Gue jawab satu-satu. " jawab Reina yang tak menyangka kedua sahabatnya akan kaget mendengar dia jadian sama Reno.

"habisnya elu ngasih kejutan yang bikin kita penasaran." Ucap Luna sembari mengemudikan mobilnya melaju pelan karena kemacetan.

"gue jadian sebulan yang lalu. Gue nggak tau kenapa tiba-tiba gue suka sama Reno. Tapi gue ngerasa happy banget." Ucap Reina sembari tersenyum.

"Elu yakin beneran suka sama Reno, Rei.... maaf Rei.. gue pengen ngomong sesuatu. Tapi elu jangan marah yaa. Dulu ada gosip Reno sering banget pacaran yang hanya bertahan sebulanan. Kalau buktinya sih, mesti ada aja cewek yang datengin gue curhat, mungkin karena gue sahabat dekat Reno dulu. elu mungkin baru kenal Reno di SMA, tapi gue udah enam tahun kenal sama dia. Elu dan Kania adalah sahabat yang paling gue sayangi dan gue nggak mau ada yang nyakitin hati kalian. Pokoknya elu mesti siapin hati elu, Rei. Gue nggak pengen hati elu terluka lagi, Rei. " ucap Luna menjelaskan tentang Reno sewaktu di SMP kepada Reina.

"Iyaa. Lun.. don't worry. Gue juga masih baru mulai hubungan ini kok. Gue yakin Reno udah berubah. Dan gue juga bakal jaga hati gue untuk tidak jatuh hati terlalu dalam sama Reno. Lagian kan kita juga masih baru mulai saling suka." Ucap Reina mencoba menenangkan Luna.

"Mungkin elu baru mulai suka sama Reno, Rei. Tapi kan elu juga tahu, semenjak elu pindah ke sekolah kita, Reno udah berusaha mendekati elu." Ucap Kania menambahkan saran untuk sahabatnya, Kania.

"Iyaa.. gue tahu itu. Sebenarnya ada satu hal yang belum gue ceritain sama kalian." Ucap Reina tiba-tiba.

"Belum cerita apaaa?" tanya Luna yang makin penasaran dengan cerita Reina.

"Iya nih.. Rei.. cerita apaan? Gue makin penasaran nih." Tambah Kania sembari makan cokelat yang dia bawa sembari menunggu antrean kemacetan siang itu.

"Gue pernah ditembak Reno sebelum kita prom kelas sebelas dulu. Tapi gue tolak, karena kalian tahu kan saat itu orang yang gue suka itu kak Jiihoo." Ucap Reina pelan.

"Seriusaaaaan??? Reno???" tanya Luna kaget.

"Iyaaa...tapi gue juga waktu itu udah berusaha nolak dan coba ngelupain masalah itu. Karena saat itu hati gue udah kalut banget. Dan Reno hadir di waktu yang tak tepat di hati gue. Jadi meskipun dia berusaha nyoba masuk dalam hati gue dan selalu care sama gue. Gue nggak bisa nerima itu semua." Ucap Reina yang tiba-tiba menceritakan isi hatinya.

"Maafin Kita yang nggak tahu isi hati elu Rei.. kita nunggu elu sendiri yang mau cerita ke kita mengenai masalah ini. Maaf kita udah telat untuk tahu ini semua."ucap Kania yang merasa bersalah karena hanya dapat menghiburnya saat Reina saat terpuruk akibat kisah cintanya dulu.

"Iya Rei.. kita minta maaf yang belum dapat ngertiin isi hati elu sebenarnya gimana."balas Luna yang juga berasa bersalah dengan Reina.

"Nggak kok guys.. kalian nggak salah. Cuma gue waktu itu belum bisa nyeritain apa yang ada di hati gue. Gue ngerasa bener-bener sedih banget karena kak Jihoo pergi gitu aja setelah semua prasangka gue sama kak Jihoo. Dan gue juga nyesel banget karena gue nggak sempet nyatain isi hati gue sama kak Jihoo saat itu. Tapi itu semua sudah berlalu guys.. kalian tenang aja." Ucap Reina yang mencoba menenangkan Kedua sahabatnya kalau saat ini dia sudah kembali menemukan keceriaannya.

Kata-kata "Kak Jihoo" yang belum dia ucapkan lagi semenjak dia kelas dua belas hingga sekarang terlontar lagi dari bibir Reina. Mungkin karena dia sudah tak inginkan lagi untuk memikirkan kak Jihoo yang meninggalkannya tanpa ada kabar berita hingga sekarang.

Buatnya saat ini yang terpenting adalah orang-orang yang selalu ada disampingnya saat ini, keluarganya, kedua sahabatnya dan juga Reno.

❄❄❄