webnovel

13. My First Heart Broken

Seminggu kemudian...

Setelah kejadian di prom night, Reina kembali bersekolah seperti biasanya. Dia mulai berusaha mengalihkan pikirannya mengenai kejadian di prom. Pikirannya saat ini adalah fokus ke ujian akhir semester yang sudah tinggal beberapa minggu lagi. Sedangkan kelas dua belas mulai besok lusa akan melaksanakan ujian nasional.

Reina pun sudah jarang melihat kak Jihoo karena kelas dua belas sedang sibuk mempersiapkan ujian, Reina juga lebih banyak di kelas untuk fokus belajar. Dia juga berusaha menghiraukan semua kegelisahan yang melanda di hatinya dan berusaha tetap ceria seperti biasanya.

Ekskul basket pun juga diliburkan karena para siswa akan fokus belajar untuk ujian, sehingga tak ada lagi kesempatan Reina untuk bertemu kak Jihoo secara langsung. Mungkin itu lebih baik karena dia tak perlu mencari cara untuk menghindari kak Jihoo dan membuatnya akan lebih cepat untuk melupakan bayang kak Jihoo dalam pikirannya.

Kania dan Luna tak bisa berbuat banyak. Reina selalu mengatakan dia baik-baik saja saat mereka bertanya pada Reina. Kedua sahabatnya menjadi khawatir karena Reina berusaha terlihat tetap kuat meskipun mereka tahu dalam hati Reina pasti sangat sedih mengingat kejadian di Prom Night.

"Rei.. elu yakin elu nggak papa?" ucap Kania saat Reina tiba-tiba mengajak mereka belajar bersama.

"Tenang aja guys.. I'm okay..don't worry.. aku baik-baik aja kok. Kalian nggak usah khawatir. I'm good." ucap Reina berusaha terlihat baik-baik saja.

"Kita tahu Rei, you're not okay now. Please.. jangan sembunyiin apa-apa dari kita." Ucap Kania khawatir.

"Aku masih bisa bertahan kok guys. Aku nggak papa. Mungkin saat ini aku cuma butuh sendiri dulu." Balas Reina berusaha tak membuat kedua sahabatnya khawatir

"Okay.. kalau itu kemauan elu.. kita turutin.. tapi elu tahu kan kalau ada apa-apa tolong kabari kita." Ucap Luna bijak.

"Iyaa..iyaa..guys..gue ngerti kok.. makasih yaa kalian udah ngertiin gue." Ucap Reina yang masih berusaha tegar.

Beberapa hari kemudian Reina fokus belajar dan mengerjakan ujian dengan lancar. Sesekali dia berpapasan dengan kak Jihoo dan menyapa seperlunya dan mencoba sebisa mungkin menghindarinya.

Tak ada yang salah dari kak Jihoo padanya. Mungkin dalam hatinya, Reina belum bisa menerima kenyataan kalau kak Jihoo telah menjadi pacar orang lain.

Beberapa minggu sudah berlalu, akhirnya ujian telah selesai. Para siswa bergembira karena telah menyelesaikan ujian yang akan menjadi penentu mereka naik kelas, tidak dengan Reina. Dia terlihat murung namun berusaha tetap tersenyum. Meskipun yang lain bergembira di hari itu, Reina terlihat berbeda. Ada rasa sedih yang dia sembunyikan dalam hatinya. Meskipun dia sudah berusaha keras untuk melupakan kak Jihoo, namun bayang kak Jihoo selalu muncul dalam pikirannya.

Tak terasa sudah lebih dari seminggu sejak ujian akhir berlalu. Kurang dari sebulan, dia akan menjadi senior di sekolahnya. semakin hari menjelang kenaikan kelasnya, maka semakin sedikit waktu untuk bertemu kak Jihoo. Dia merasa lega karena tak dapat bertemu kak Jihoo, namun Reina menyadari, dia mungkin tak kan bisa menemui kak Jihoo kembali.

Namun dia tak bisa berbuat banyak. dia tak ingin menambah luka dalam hatinya. Jika nanti bertemu kak Jihoo kembali. Semua harapan untuk menjadi seseorang yang berarti untuk kak Jihoo hilang saat kak Freshya mengatakan cintanya untuk kak Jihoo. Dan mungkin pasti akan kak Jihoo terima tentunya.

Reina mulai mencoba berbagai olahraga maupun lest music di luar sekolah. Itu semua dia lakukan untuk menghilangkan pikirannya yang masih terbayang oleh kak Jihoo. Reina ingin melupakan kisah kasih tak sampainya. Dan mulai berusaha berjalan ke depan tanpa memikirkan kak Jihoo yang pernah mengisi hari-harinya.

❄❄❄

Beberapa minggu kemudian…

Reina tak sanggup bangun dari tempat tidurnya. Rasa pusing, lemas dan demam dari semalam masih terasa tak menyenangkan baginya.

Mungkin ini semua efek dari terlalu memaksakan diri. Beberapa olahraga dia ikuti seperti taek kwon do, basket, badminton serta lest piano dan gitar selama seminggu full. Padahal sebelumnya dia hanya mengikuti ekskul basket dan itu hanya seminggu sekali. Sehingga tak hanya memforsir pikiran, tapi fisik dan mental ikut terkuras karena banyak kegiatan yang dia ikuti dan akhirnya Reina pun tumpang.

Malam itu badannya terasa lemas dan hangat, Meskipun sudah meminum obat demam yang mamanya berikan namun tak cukup membantu menurunkan demamnya, Sepertinya besok dia tak bisa berangkat ke sekolah jika demamnya tak turun dan benar saja, keesokan paginya demamnya masih tinggi dan dia memilih beristirahat di rumah.

"Drrt…drrrt…drrrt…" terdengar suara smartphone Reina yang berbunyi.

Reina pun mencari-cari dimana dia terakhir kali meletakkan smartphonenya sebelum tidur.

"Halo Lun…" ucap Reina yang terdengar pelan.

"Halo Rei.. elu nggak papa? Hari ini jadi nggak masuk?" tanya Luna cemas.

"Iya Lun.. sepertinya gue hari ini nggak bisa masuk. Tadi sih Pak Ardian sudah ke sekolah buat nyerahin surat izin nggak masuk." Ucap Reina menjelaskan.

"Ya udah.. elu istirahat aja.. jangan lupa minum obat. Nanti elu bisa pinjem catatan pelajaran hari ini dari gue dan Luna." Ucap Luna menenangkan.

"Iya..makasih ya Lun.. sorry banget jadi ngerepotin kalian.' Ucap Reina merasa tak enak karena sudah menyusahkan kedua sahabatnya.

"Repot apaan? Nggak kok.. udah elu jangan mikir yang lain.. udah elu mendingan banyakin istirahat.. Rei.. semoga cepet sembuh yaa..jangan lupa makan juga." Sahut Kania yang dari tadi mendengar obrolan Luna dan Kania karena di loudspeaker.

"Iyaa.. iyaa... makasih ya guys..gue istirahat dulu…" ucap Reina sembari menutup telepon dari kedua sahabatnya dan kembali beristirahat.

❄❄❄

Beberapa jam kemudian di kelas Reina…

Setelah beberapa menit bel istirahat berbunyi, Reno datang ke kelas Reina. Namun dia tak bisa menemukan Reina. Dan hanya ada Kania dan Luna yang siap-siap ke kantin untuk makan.

"Reina kemana Lun?" ucap Reno sembari mengamati kelas Luna.

"Oh Reina nggak masuk hari ini. Dia sakit." Jawab Luna yang bersiap berdiri dari bangkunya.

"Sakit?? Sakit apa Lun?" ucap Reno yang sedikit kaget mendengar kabar dari Luna.

"Nggak tau juga Ren.. tapi memang dia butuh istirahat. Dan gue harap elu nggak ngganggu dia." Ucap Kania yang sedikit memperingatkan Reno.

Kania tahu dari sekian hal yang Reina perlukan saat ini hanyalah istirahat. Dia juga tak ingin ada orang yang menyakiti Reina. Dan saat ini pikiran sahabatnya ini sudah dipenuhi banyak hal. Dan berharap Reno tak menambah beban pikiran Reina.

"Ngganggu gimana maksud elu, Kan?" ucap Reno tampak serius.

"Elu pasti udah tahu maksud gue Ren.. gue nggak pengen sahabat gue, elu sakiti seperti yang lain." Ucap Kania menjelaskan.

"Elu udah salah paham, Kan.. gue nggak kayak yang elu bayangin. Gue sayang sama Reina. Gue nggak mungkin nyakitin dia. Lun.. please elu bantu gue.. elu tau kan gue SMP kayak gimana…" ucap Reno menjelaskan.

"Sorry Ren.. gue nggak bisa bela elu.. karena gue saat ini berharap yang terbaik bagi Reina. Jika nanti Reina akhirnya suka sama elu atau yang lain…gue dukung dia sepenuhnya.." ucap Luna yang kali ini tak bisa memihak pada sahabat SMPnya, Reno.

Memang benar, Reno tak pernah pacaran dengan banyak cewek sekaligus. Tapi setiap teman yang berpacaran dengannya hanya bertahan sebulan dua bulan saja. Setelah itu setiap mantan pacar Reno selalu mengadu pada Luna. Mereka menanyakan mengapa Reno meninggalkan mereka.

Dan juga mereka belum satu sebuah rahasia yang Reno simpan rapat-rapat selama ini. Dan tak ada seorang pun yang tahu kecuali Jack dan keluarganya. Ya, tentang perjodohannya dengan Shelyn.

Ditengah-tengah Reno sedang mengobrol dengan Luna dan Kania, tiba-tiba smartphone Reno berbunyi.

"Drrt..drrt..drrt…" tertera nama Sheryn di layar smartphone Reno.

Kania sedikit melirik smartphone Reno, ada nama seorang cewek tertera disana. Dan semakin membuatnya ragu untuk mendukung Reno jika dia memang suka pada Reina.

"Mending elu angkat deh telepon elu Ren..kita juga mesti ke kantin.." ucap Kania yang pamit pergi dan meninggalkan Reno.

"Bentar Lun..Kania.. dengerin gue dulu.." ucap Reno mencoba meyakinkan Luna dan Kania kalau dia beneran tulus suka pada Reina.

"Udah..Ren.. sorry banget mending ini dibicarain lain kali aja.." balas Luna yang tak bisa membantu Reno karena dia sangat menyayangi sahabatnya, Reina.

❄❄❄

Beberapa jam kemudian...

Reina terbangun dari tidurnya. Dia pun melihat jam dinding yang ada di dalam ruangan itu. Sudah jam sepuluh malam. Bukannya tadi dia baru tidur setelah menghubungi Luna dan Kania. Bagaimana tiba-tiba sekarang sudah jam sepuluh malam.

Namun dia sangat kaget karena mendapati dirinya ada di sebuah ruangan di dalam rumah sakit, Reina pun samar-samar menatap ke sekeliling ruangan.. ada infus yang dipasang di pergelangan tangan kirinya dan ada kompresan hangat yang tertempel di dahinya. Dan yang membuatnya lebih kaget ada seseorang yang sedang tidur sembari duduk dan menggenggam tangannya ada di samping tempat tidurnya.

Reina berusaha mengamati seseorang yang ada di sampingnya. Kak Jihoo.

"Kak Jihooo???" gumamnya dalam hati.

Apakah dia beneran kak Jihoo.. mengapa kak Jihoo ada di sampingnya. Bagaimana bisa dia ada disini. Namun belum sempat membangunkan kak Jihoo, kepala Reina terasa pusing. Dan membuatnya kembali tertidur lelap.

Keesokan harinya...

Reina mulai bangun dari tidurnya. Dia pun memandangi kembali ke sekeliling ruangan tempat dia tidur.

"Elu sudah sadar, Rei?" tanya Kania tiba-tiba.

"Kania..elu kapan kesini? Gue ada dimana?" ucap Reina panik karena tak melihat kamar tidur yang biasanya ada di kamarnya.

"tadi jam tujuhan. Luna ada di apotik buat nebus obat elu. elu ada di rumah sakit. Orang tua elu bawa elu kemari karena semaleman badan elu panas banget. Mereka pulang karena gantian sama kita buat jagain elu. " balas Kania menjelaskan.

"terus kak Jihoo? Elu liat kak Jihoo nggak?" tanya Reina tiba-tiba.

"Kak Jihoo?? Mana ada kak Jihoo disini. Elu nggak tau beritanya?" balas Kania kembali bertanya.

"Berita apaan?" tanya Reina tak mengerti.

"kak Jihoo kan hari ini ke Boston buat ngelanjutin sekolah S1." Ucap Luna yang tiba-tiba datang dan menghampiri kedua sahabatnya.

"Boston?? Hari ini?? Bukannya kak Jihoo semalem ada di kamar pasien buat ngejagain gue. Dia kemarin ada disini, Lun..Kan.. Bagaimana tiba-tiba dia pergi tanpa pamit dan pergi gitu aja." Ucap Reina yang masih tak percaya dengan penjelasan sahabatnya.

"semalem kak Jihoo kesini??" tanya Kania memastikan.

"Ah. Yang bener, Rei... kak Jihoo kan berangkat hari ini. Mungkin itu hanya mimpi, Rei..." Ucap Luna yang juga meragukan ucapan Reina karena kakak kelasnya hari ini pergi ke Amerika.

"Gue nggak inget jelas bagaimana dia bisa sampai di rumah sakit tapi gue inget jelas kak Jihoo ada di samping gue. Tapi masak semalem itu hanya mimpi.. gue beneran lihat kak Jihoo. " Ucap Reina pelan.

Reina tak bisa berpikir jernih. Pikirannya masih tertuju pada kak Jihoo. Tak ada kata perpisahan yang terucap. Tak ada jawaban dari kak Jihoo atas pertanyaan yang selalu muncul di benaknya, namun tak dapat Reina sampaikan pada kak Jihoo. Dan dia juga belum mengucapkan selamat tinggal untuk kak Jihoo.

Tak terasa air mata mulai menetes di pipi Reina. Bagaimana bisa kak Jihoo pergi gitu aja dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang masih ada di pikiran Reina. Semua rasa sakit hatinya berubah menjadi kesedihan yang tak terbendung karena tak bisa lagi melihat kak Jihoo.

"Kak Jihoo... mengapa kakak pergi tanpa ada salam perpisahaan untukku.." gumam Reina sembari menangis tersedu.

"Rei...udah Rei..jangan sedih..kita nggak tahu apa sebenarnya yang terjadi pada elu dan kak Jihoo. Kita juga nggak tahu bagaimana perasaan kak Jihoo sama elu. Tapi kita selalu ada buat elu..kalau kak Jihoo emang bukan jodoh elu.. udah... elu mesti ikhlasin, Rei..mungkin nanti suatu saat elu bisa nemuin yang lebih baik dari kak Jihoo..." ucap Luna pelan.

"Iya Rei... don't worry.. udah jangan dipikirin lagi... mungkin memang kak Jihoo bukan buat elu.. dan nanti ada yang lebih baik dari kak Jihoo datang dan ngisi hari elu dengan penuh kebahagiaan dan keceriaan." Lanjut Kania sembari memeluk erat sahabatnya. Dia tahu tak ada kata yang dapat menghibur Reina selain memeluknya dengan erat.

Kania dan Luna yang melihat Reina menangis tersedu langsung memeluknya dan menenangkannya. Namun air mata Reina masih mengalir. Ada penyesalan dalam hatinya. Cinta pertama yang dia rasakan untuk pertama kali dalam hidupnya berakhir tanpa tahu bagaimana sebenarnya perasaan kak Jihoo padanya.

❄❄❄