webnovel

Tidur Bersama

Lord meletakkan gadis itu di samping bangku kemudi, tangannya dengan perlahan melepas kedua lengan Leanore yang masih melingkar erat di leher dantaku lupa juga untuk memasangakan seatbelt di tubuh gadis itu.

Leanore terus menyaksikan hal itu dengan mata sayu.

Lord memasuki bangku kemudi, pria itu menutup pintu mobil dan menjalankan mobilnya meninggalkan club malam itu.

Lord sesekali melirikan matanya, menatap Leanore yang saat ini tengah memandangi lekat dengan tubuh yang bersandar di kursi mobil.

"Tidurlah," tukas Lord ketika melirik kaca spion yang menampilkan gadis yang saat ini tengah memandanginya.

Leanore menggeleng sebelum gadis itu terkekeh geli lagi.

"Aku benar-benar lelah hari ini," gumam Leanore dengan bibir cemberut.

Lord mendengarkan, tapi bibirnya tetap terkatup rapat, tidak berbicara.

Leanore yang melihat itu menggoyang-goyangkan lengan Riyonal, "Berbicaralah."

Lord menatap datar sekilas gadis itu, ia melepas tangan Leanore yang memeluk lengannya karena tak ingin jika konsentrasinya terganggu.

"Lord," panggil Leanore sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan.

Lord tidak menjawab ucapan gadis itu, ia hanya melirikan matanya menatap Leanore yang hendak ingin muntah.

"Jangan di sini! Tahan," tukas Lord dengan melajukan mobilnya semakin kencang.

Leanore mengangguk kecil, gadis itu memejamkan matanya, berusaha untuk tertidur.

Lord menghela napas lega ketika akhirnya gadis itu tidak berbuat ulah lagi.

Tidak sampai lima belas menit, mobil kini berhenti tepat di mansion Leanore. Sang satpam langsung membukakan pintu saat melihat jika yang datang adalah Lord yang membawa nonanya.

Lord memarkirkan mobilnya dengan asal. Pria itu dengan segera keluar dan memutari mobil, menuju pintu samping kemudi.

Lord menatap sejenak Leanore yang sedang tersenyum manis menatapnya. Gadis itu mengulurkan kedua tangannya di depan Lord, meminta untuk di gendong.

Lord bukannya meraih tangan gadis itu. Ia malah melipat kedua tangan Leanore. Menyelipkan kedua tangannya di bawah tengkuk dan lutut gadis itu. Lord pun segera membawa Leanore masuk ke dalam mansion itu.

Leanore tersenyum manis, kemudian gadis itu kembali terkikik geli melihat wajah Lord.

Leanore mengangkup kedua pipi Lord dengan tangan mungilnya. Gadis itu semakin tertawa. Setelah menghabiskan waktunya untuk tertawa, kini Leanore kembali menutup mulutnya dengan tangan.

"Lord, aku ... aku ingin muntah."

"Tahan. Sebentar lagi kita akan sampai ke toilet." Lord semakin mempercepat laju jalanannya. Pria itu mendorong pintu kamar Leanore dengan kakinya, dan segera membawa gadis itu ke dalam toilet.

Setelah Leanore sudah turun, gadis itu langsung memuntahkan isi perutnya tepat di wastafel kamar mandi.

"Huek! Huek!" Leanore memuntahkan isi perutnya.

Tangan Lord terulur, memijit tengkuk gadis itu.

Leanore terus memuntahkan isi perutnya hingga selesai.

Setelah selesai muntah, kini Leanore berkumur menggunakan air wastafel kamar mandi. Setelahnya, Leanore menoleh dan menatap Lord tubuhnya tiba-tiba jadi lemas.

"Sudah?" tanya Lord memastikan, pria itu menatap lekat wajah Leanore.

Leanore mengangguk kecil, saat hendak berjalan kembali, Leanore limbung. Gadis itu akan terjatuh, untung saja Lord dengan sigap menahan tubuh Leanore yang hampir lunglai dan jatuh.

Lord dengan sangat hati-hati membawa Leanore ke atas ranjang. Pria itu menidurkan gadis itu dengan hati-hati.

Lord menaikan selimut Leanore hingga sampai bahu.

"Aku pergi," gumam Lord dengan suara kecilnya. Pria itu mengelus puncak kepala Leanore dengan lembut sebelum benar-benar pergi. Lord berbalik hendak keluar kamar, tapi langkahnya terhenti ketika Leanore menarik tangan pria itu.

Lord membalikkan tubuhnya kembali. Ia melihat wajah Leanore yang sayu. Gadis itu menggeleng kecil.

"Jangan pergi. Kau di sini saja." Lord terdiam, pria itu terus memperhatikan lekat wajah Leanore yang tengah memandanginya dengan wajah memohon.

Lord mengangkat wajahnya ke atas sebentar, dan kembali beralih menatap gadis itu. Lord menghela napas panjang.

Pria itu mendekati Leanore, membuka atasannya karena ia tetap tidak akan bisa tidur dengan memakai atasan. Lord menaiki ranjang, ia memandangi wajah gadis itu.

Leanore merekahkan senyumnya, menatap Lord yang akhirnya mau tidur - dalam arti benar-benar tidur, bukan 'tidur yang lain-lain - dengannya.

Gadis itu mendekatkan tubuhnya dengan Lord, bibirnya tersenyum manis, ia meletakkan kepalanya di dada pria itu dan melingkar kedua tangannya di perut Lord.

Lord balas memeluk erat gadis itu menggunakan satu tangannya. Lord tetap membuka matanya, menunggu gadis itu untuk tertidur.

Tidak lama menunggu, kini Leanore sudah jatuh tertidur pulas. Lord memandangi wajah gadis itu dengan lekat. Tangan Lord dengan perlahan terulur, menggeser tubuhnya Leanore agar bisa tertidur di atas ranjang, bukan di dadanya lagi. Tak lupa Lord juga menggeser tangan gadis itu dari tubuhnya.

Lord berdiri dari tidurnya, pria itu memandangi wajah Leanore dengan lekat. Membuang napas panjang.

Pria itu berjalan keluar dari pintu mansion, menuju perkarangan rumah untuk memasuki mobilnya.

Lord membuka pintu mobil bagian kemudi dan berjalan langsung masuk ke dalam. Lord membuka laci dashboard mobilnya, mengambil sesuatu dari dalam.

Lord memasukan benda tersebut ke dalam kantong celana bahannya. Pria itu kembali membuka pintu mobil bagian kemudi dan berjalan keluar.

Lord kembali memasuki mansion, pria itu berjalan menaiki undakan tangga untuk bisa pergi ke dalam kamar Leanore. Tangan Lord dengan perlahan terulur, membuka pintu kamar Leanore. Lord kembali melangkahkan tubuhnya, memasuki kamar gadis itu. Ia melihat Leanore yang posisi tidurnya sama dengan posisinya tadi saat Lord tinggal.

Gadis itu sepertinya sangat kelelahan hingga tertidur seperrti mayat hidup, sedikit pun tidak bergerak.

Lord mendekati gadis itu, ia berjongkok di samping ranjang, menyamakan tingginya dengan Leanore. Tangan Lord terulur, menyentuh pipi gadis itu. Ia mengusap lembut pipi Lord yang putih bak porselen. Luka memar karena tamparan si brengsek Anggara pun sudah hilang.

Mengingat tujuan utamanya, kini Lord kembali mengambil beberapa sesuatu di dalam saku celana bahannya.

Ternyata yang dibawa oleh Lord ada sebuah jarum suntik, pria itu menyuntikan sebuah chip pelacak sekecil butir beras di dalam tubuh Leanore agar ia bisa selalu melacak keberadaan gadis itu kapanpun. Untung saja ia datang di club malam itu sehingga ia bisa membawa pulang gadis yang langsung mabuk itu saat baru meminum satu teguk saja.

"Ash!" Leanore meringis dalam tidurnya dan menggeliat kecil, melihat itu Lord langsung menyembunyikan suntik itu kembali ke dalam kantong celana bahannya setelah chip sekecil butir beras itu masuk ke dalam tubuh Leanore.

Leanore mengerjap-ngerjapkan matanya, "Aku digigit semut," lapornya pada Lord yang tengah memandanginya dengan datar, tak lama setelah itu Leanore kembali tidur lagi setelah sebelumnya mencari posisi nyaman.

Lord menghela napas, pria itu memasuki kamar mandi, membuang bekas suntik itu ke tempat sampah. Setelahnya Riyonal kembali memasuki kamar. Pria itu menidurkan tubuhnya di sebelah gadis itu.

Lord mengubah posisi tidurnya menjadi miring, menghadap jendela kamar, berhadapan dengan Leanore. Lord memejamkan matanya dan melingkarkan satu tangannya di tubuh gadis itu sebelum benar-benar tertidur.

***

Bersambung.