###########################################################
Kembali kepada sisi adi yang sedang duduk merenung, menyelami memori dari cerita masa lalu yang disampaikan oleh Le nya kepada Bapaknya, adi menghela nafas merasa segala sesuatu seperti puzzle yang harus dirangkai satu persatu agar dapat membentuk gambar yang utuh.
Saat dirinya sedang merenung dengan tenang terdengar suara langkah kaki dari dalam rumah yang menuju luar teras, tempatnya sedang merenung dan beristirahat.
Adi menoleh ke arah suara dan melihat ita yang telah kembali ke keadaan yang lebih baik, daripada saat ita dan dirinya yang berlari pulang dari tempat Mas Agus.
"Gimana ta udah tenang kamu?, udah bisa cerita sama mas kenapa kamu jadi ketakutan begitu" tanya adi dengan penasaran dan prihatin.
"Udah mas, ita udah enakan dan perasaan ita juga udah tenang, ga berasa takut dan seperti diikutin" jawab ita dengan sedikit gugup dan duduk di sebelah adi.
Adi yang melihat ita duduk di sebelahnya menegakkan posisi duduknya, untuk lebih serius menanggapi masalah yang mereka hadapi khususnya ita, dengan perlahan melihat kondisi adiknya dan merasa jauh lebih baik ketimbang saat ita menariknya untuk bergegas pulang ke rumah Mbahnya.
Dia masih teringat saat ita menarik dirinya untuk pulang, sebelum menarik tangannya, ita tampak sedikit pucat dan ada keringat dingin di keningnya, dan dirinya selalu merasa seperti dikejar sesuatu dan tidak pernah berhenti, untuk melihat ke arah belakang mereka, seolah olah meamastikan sesuatu.
Dan saat dirinya tiba-tiba menarik dirinya untuk berlari, ita tampak melihat kebelakang sejenak dan gerakannya menjadi terhenti untuk beberapa saat, sampai tiba-tiba pupil matanya membesar dan terlihat kaget dan takut saat bersamaan.
Disaat itulah ita menarik dirinya, dengan kencang berlari dan tidak pernah berani melihat ke belakang walau hanya sejenak, seperti berlari dari sesuatu yang menakutkan.
Adi hanya mampu melihat kondisi ita seperti itu, saat dia ingat dirinya dan ita lari karena dikejar oleh seokor anjing, saat main ke rumah temannya di kota tempat mereka tinggal.
Kembali memfokuskan pandangannya kepada ita, adi menunggu dengan sabar untuk mendengar alasan dari adiknya, kenapa dia berlari dan ketakutan pada saat bersamaan.
Ita yang melihat adi menunggunya untuk berbicara, mencoba mengeluarkan keberaniaanya untuk berbicara, dan dengan perlahan mengambil nafas dalam seolah membawa beban yang sangat besar, saat menjelaskan alasan kenapa dirinya ketakutan dan berlari kepada kakaknya.
"Ini mas, ita takut karena ita ngeliat sekelebat bayangan hitam yang berdiri di depan pintu masuk dapur" menjelaskan dengan nada yang sedikit gemetar karena menahan takut saat mengingat kembali kejadian itu.
"Haaaaa, banyangan item, bayangan item apa? Kok mas ga liat apa-apa ?" adi merasa agak janggal dengan jawaban ita, kembali menahan kegugupannya dan mencoba menahan diri dari dugaan yang ada dalam pikirannya, berharap untuk tidak benar apa yang ia tebak.
"Ya bayangan item, tinggi mas dan tampak seperti sesosok perempuan karena punya rambut yang panjang" mencoba menjelaskan dengan secara lebih detail kepada adi
"Bayangan item, tinggi, kaya perempuan dan memiliki rambut panjang, kamu yakin ta? Sama yang kamu liat?" adi menegaskan kembali apa yang ita sampaikan
Dan ita hanya mengangguk bahwa ia dapat yakin dengan apa yang ia lihat dan memandang dari sudut matanya, dan gerakan alami tubuhnya, bahwa itu semua benar dan ita tidak mengarang apa yang ia sampaikan kepada adi
Terlebih jika ita ingin becanda dengan dirinya, rasanya terlalu berlebihan dan tidak ada manfaatnya, karena hal ini terasa sangat tidak lucu jika dijadikan bahan bercandaan
Apalagi melihat usia adiknya yang masih berumur 8 tahun tampak agak meragukan untuk mengarang cerita, bahkan jika itu benar adi meragukan sifat adiknya yang masih bisa dijamin sebagai anak yang baik dan jujur
Adi yang tahu betul sifat adiknya menepis dugaan bahwa adiknya berbohong kepada dirinya, dan menyakini bahwa apa yang diceritakaan ita kepada dirinya adalah benar
Dan jika apa yang diceritakan ita kepada dirinya adalah benar dengan dugaannya, kini dirinya menjadi bingung dan kawatir, karena ini adalah sesuatu masalah yang di luar pemahaman dan kuasanya sebagai anak remaja
Walaupun dirinya sangat dewasa diusianya yang menginjak umur 15 tahun dan selalu dianggap lebih dewasa ketimbang anak-anak yang seusia dirinya
Untuk itu adi selalu menjadi anak yang dianggap dewasa dalam keluarganya dan selalu dianggap mampu saat ditugaskan untuk menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepadanya
Terlebih sikapnya yang hormat kepada orang tua, dan orang dewasa, serta masuk akal dan penyayang, kepada adik adiknya yang berada di usia yang lebih muda daripada dirinya
Hingga terkadang dirinya disertakan dalam mengambil keputusan dalam membahas atau memutuskan sesuatu di dalam keluarganya, meskipun masalah yang diminta pendapatnya adalah bukan sesuatu yang berat, tetapi ini dapat menjadi bukti kepercayaan orang dewasa disekitar adi terhadap dirinya.