webnovel

LULUS SMA, LANJUT BULAN MADU

Lulus SMA lanjut berbulan madu.

Kayak demo, mereka tidak paham dengan konsep antri atau ladies first. Itu di depan ada papan pengumuman yang lulus dan pringkat tertinggi sekolah.

Aku tidak khawatir karena aku pasti lulus. Dan setelah ini aku akan berbulan madu besama Lai.

1 jam mereka masih memadati papan itu. Karena lama aku duduk di lorong sekolah Sembari memandangi mereka.

Ada yang berdesak-desakan.

Teriak

Coret baju

Semua kebiasaan anak SMA yang baru lulus, mereka belum sadar kehidupan baru akan di .mulai setelah ini.

2 jam

3 jam

4 jam

Berapa lama mereka harus bersenang-senang disana.

Setalah 4 jam mereka selesai dan papan pengumuman itu sepi hanya tinggal aku sendiri.

Aku berjalan mendekati papan dan mencari nama ku di bawah tapi tak ada.

Aku mencari ke bagian tengah tapi tak ada.

Jangan-jangan aku nggak lulus ni.

Aku melihat bagian atas untuk peringkat 1,2 dan 3 ternyata aku di urutan 2.

Aku tertawa remeh, "sudah ku duga."

Aku akan lulus dengan nilai sempurna.

***

Aku bergegas pulang, Besok kami akan berbulan madu.

Aku membuka pintu kamar, "Sayang," panggil ku.

Lai menoleh, "iya ada apa?"

"Aku lulus." teriak ku kegirangan.

Lai tersenyum dan kemudian memeluk ku penuh kasih sayang dan rasa syukur, "Alhamdulillah."

"Besok kita akan berangkat."

Bulan madu di mulai.

***

Yang harus kita siap kan saat ingin pergi bulan madu adalah.

Baju

Celana

Celana dalam

Kamera dan uang tentu nya.

Untuk Lai yang perlu di siapkan adalah

Baju

Gamis

Jilbab

Rok

Celana dalam

BRA

Semua terbungkus dengan sempurna. Aku tidak sabar menunggu besok.

***

Ayam berkokok menandakan fajar telah menyingsing.

Ayam itu kesiangan, aku sudah bangun dari pukul 3 pagi untuk mempersiapkan bulan madu ku yang sempurna.

Malam ini kami tidak melakukan apapun di ranjang. Takut kesiangan dan hal hasil ayam jantan itu kalah cepat dari kami.

Pesawat akan berangkat pukul 8 dan pukul 6:30 kami sudah siap

Pukul 07:30

Kami berjalan menuju mobil yang terparkir di halaman rumah.

Aku siap

Aku siap

Aku siap

"Tunggu dulu," cegah lai.

"Apa."

"Ada yang tinggal, aku lupa sesuatu."

Lai berlari ke kamar dan mengambil kantong plastik hitam di tempat tidur. Dengan cepat kemudian ia berlari ke arah ku yang menunggu di teras rumah.

"Apa di kantong plastik itu?" tanya ku penasaran.

"Barang penting." jawab nya singkat.

Lai masuk duluan ke dalam mobil dan aku bisa melihat sedikit isi dari kantong itu.

Celana dalam yang kotor.

Yah begitulah kehidupan suami istri. Semua terbuka dan bernilai pahala.

Kami berangkat menuju bandara dan dengan cepat kami berada di pesawat.

Lai duduk di samping ku, aku menatap nya penuh cinta. Ia tampak cantik hari ini, Wajah nya memerah dan tampak bahagia.

"Kamu liat nggak," kata Lai tiba-tiba.

"Apa ??"

"Bayi nya gerak, coba pegang deh."

Lai meletakan tangan ku di atas perut nya. Aku merasakan gerakan si bayi, Mungkin Ia senang di ajak jalan-jalan.

"Ehemm em," mbak pramugari menegur kami' "pasang sabuk pengaman nya mas," lanjut nya.

"Iya mbak maaf," aku jadi malu.

Pesawat kemudian terbang dan terbang menerpa awan. Tidak butuh waktu lama kami tiba di Padang.

Di bandara kami di jemput oleh petugas hotel bintang lima yang kami pesan.

Kami masuk kedalam mobil dan akan di bawa ke hotel tersebut.

"Kita mau langsung ke hotel pak?" tanya Lai.

Pak sopir tak menjawab, "pak."

Tak ada jawaban.

"Pak," teriak Lai mulai kesal.

"Iya mbak, aku nggak tuli."

nggak tuli tapi di panggil berkali-kali . Aku mulai meragukan ke keprofesionalan pihak hotel.

Lai menatap ku, "sayang kita berhenti di rumah makan Padang sebentar ya."

"Tapi kan kita mau...

"Aku ingin sekali makan rendang," ia memotong perkataan ku .

Mulai deh, dia ngidam lagi, "ya udah iya, pak berhenti di warung makan Padang" kata ku dengan suara keras aku khawatir dia tak mendengar.

"Iyo Uda boleh," jawab nya dengan bahasa Padang.

Kami kemudian berhenti di sebuah rumah makan yang menurut pak sopir tuli adalah tempat paling sering di kunjungi wisatawan.

Lai sudah tak sabar, ia menarik tangan ku.

Kami duduk di meja VIP, entah berapa harga makanan disini aku tak tahu. Tapi aku harap tidak mahal dan terjangkau.

Pelayan rumah makan berjumlah.

Sebentar aku hitung dulu

1

2

3

4

5

Mereka menghampiri kami dan menghidangkan semua menu makanan yang ada tanpa terkecuali sampai-samapai aku tidak bisa berkedip melihat makanan sebanyak ini.

Apa apaan mereka. Ini pertama kali aku makan di rumah makan Padang original.

"Pilih yang mana kamu suka, yang kamu makan itulah yang akan kita bayar," jelas Lai

Aku mengerti sekarang, kalau begitu aku akan menghemat....

Tapi....

Astaga.

Apa yang dia lakukan?

Rendang

Ikan

Ikan

Daging semua ia lahap.

Aku baru tahu jika perempuan hamil akan makan sebanyak ini.

Rakus.

Beruntung aku dapat mertua kaya jika tidak aku mau bayar pakai apa. Pakai batu? Atau jual ginjal.

#1 hours later.....

"1 juta, " kata Uni kasir penuh kemenangan.

Makan sekali 1 juta.

Kalo makan 3 kali sehari

3 juta dong.

Mubazir.

***

"Sayang aku kenyang, gendong aku dong nggak bisa berdiri," pinta nya tak berdaya.

"Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik Rasulullah telah memperingatkan hal ini..

"Kok ceramah, ayo gendong aku."

Bagaimanapun aku tidak bisa melawan Lai.

"Berat mu berapa?" tanya ku.

"55....kurang lebih ya segitu."

"Naik ke punggung ku."

Lai naik ke punggung, aku mencoba berdiri dan...

Ya Allah

Ini bukan 55 tapi 75.

"Aku ringan kan?," katanya tak berdosa.

"OOO iya ringan banget hehe ringan." berat benget sumpah.

"Tubuh aku kan ideal mangkanya banyak cowok suka sama aku."

Ya ya ya aku akui Lai ini cantik idea,l tapi aku nggak menduga jika ia seberat ini.

Aku menggendong Lai masuk kedalam mobil. Pinggang ku terasa patah.

"Pak jalan ke hotel."

Lai menatap ku berbinar, "Aku berat ya??"

"Nggak kok ringan," ngeles.

"Tapi ekspresi nya."

"Nggak kok kamu ringan heeeee." berat kamu berat, kata ku dalam hati.

Lai memeluk ku penuh kasih sayang, "makasih ya sayang, nanti di hotel aku kasih hadiah."

Boleh juga ni... "Apa hadiah nya sayang?"

Lai menatap ku penuh nafsu, "masa kamu nggak tahu."

Aku mengerti dengan tatapan itu, "OOO iya iya."

"Dua Rode ya."