Satria terkekeh. Dia menurunkan tanganku. "Nggak masalah kamu belum wangi juga."
Dan dia menempelkan bibirnya ke bibirku, berapa saat saja. Tapi itu sanggup membuat tubuhku bergetar hebat. Satria memundurkan wajahnya.
"Aku kangen kamu," katanya. Kalimat manis yang membuatku melambung.
"Kayaknya sebentar lagi aku bakal kena diabetes nih. Manis banget sih, Bang. Aku selalu suka hal tak terduga yang selalu kamu lakukan. Termasuk, tiba-tiba muncul di depanku seperti ini."
"Aku nggak mau membuatmu menunggu terlalu lama."
Aku mengacungkan jari telunjuk dan mengukir wajahnya. "Sebelum tidur aku berdoa, saat bangun nanti kamu udah ada di depan mataku. Meskipun aku nggak yakin, tapi aku tetap melakukannya. Dan lihat kamu tiba-tiba nongol kayak gini, benar-benar seperti keajaiban dunia."
"Surprise kan?"
"Banget. Kok bisa sih? Kamu naik penerbangan pukul berapa?"
"Pukul lima pagi."
"Memangnya ada?"
"Mau pukul berapa pun ada, Sayang. Jet pribadi kakek sudah kembali."
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com