Setelah mendapat pesan nggak jelas itu. Konsetrasiku berceceran. Astaga, di saat aku butuh konsentrasi tinggi buat menyelesaikan auditan, kenapa cobaan selalu datang mengganggu? Masalah kontrasepsi sudah selesai, sekarang masalah anak itu.
"Lu serius nggak nemuin sesuatu di sini?" tanya Axel, saat aku menyerahkan laporan yang sudah aku cek.
"Enggak, Pak. Memang ada yang lu temuin?"
Axel mendebas. Dia menggigit pipi bagian dalam sehingga membuat pipinya menjorok ke dalam. Kurasa karena sering melakukan hal seperti itu dia memiliki lesung di pipinya.
"Masih mikirin pesan kaleng tadi?"
Aku mengangguk. Benar-benar nggak profesional banget aku.
"Telpon aja dia. Harusnya sih, lu bisa ngesampingin urusan pribadi dengan kantor," ucap Axel meletakan map di meja begitu saja.
"Maaf, Pak." Aku menunduk dalam, merasa bersalah karena pikiranku yang mudah sekali bercabang.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com