Aku mengangkat wajah untuk melihat pemilik sepasang sepatu itu. Mata kami bertemu sesaat. Sebelum seruan histeris membuatku meringis.
"Ya Tuhan! Jadi, gue beneran nggak salah lihat?!"
Mungkin aku yang salah lihat. Karena melihat manusia sinting itu di sini. Bukannya harusnya ada di benua lain?
"Lu ngapain di sini, Rea? Ya Tuhan, Oh My God!" Lelaki itu mondar mandir di depanku sembari memayungi kepalanya.
Aku tidak bereaksi apa pun selain melihat tingkahnya yang lebay.
"Mana laki lu? Lu sama siapa?" tanya dia lagi.
"Gue sendiri," jawabku acuh tak acuh.
"Sendiri?! What the hell? Ngapain lu sendirian di sini dengan kondisi perut buncit begitu?!"
"Nyari cilok. Lu pikir gue ngapain di sini?"
"Rea, gue serius!" hardiknya jengkel.
"Gue juga serius."
Tak ada suara lagi. Dia menatapku putus asa. Kemudian akhirnya duduk di sampingku.
"Lu ada masalah lagi?" tanyanya dengan intonasi lembut, nggak gusar seperti tadi.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com