Sepekan kemudian, di hari Sabtu pagi, Keenan kembali mengunjungi museum. Duduk di kursi yang menghadap lukisan Kanaya. Hatinya masih bergetar, kala melihat senyuman di dalam lukisan itu.
Bimbang mulai merasuki hatinya. Perasaannya masih begitu kuat untuk Kanaya. Tapi, ada Nina yang telah ia beri sebuah janji. Tidak ingin menyakitinya, Keenan memutuskan untuk menjauh, sementara ia menata hatinya terlebih dahulu.
*
Keesokan hari, di Ahad siang, satu pemandangan yang sudah menjadi semacam agenda rutin bagi seorang anak gadis. Duduk beberapa saat, di depan sebuah lukisan seorang wanita yang sedang tersenyum.
Hal serupa yang sering anak gadis itu lakukan kala mengunjungi museum. Sambil menanti kedua orang tuanya selesai bekerja, sebagai pemandu tur bagi wisatawan, di museum yang terkenal di New York itu.
*
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com