Kanaya makin tidak sabar. Hampir sepuluh menit ia berdiri di luar kelas, dan Keenan tidak kunjung keluar dari kelasnya.
Atau jejangan Keenan sudah keluar dari tadi, dan Kanaya tidak menyadarinya?
Ingin kembali dan mengintip ke dalam kelasnya, namun urung karena gengsi. Diam di tempat seperti ini, membuatnya makin gelisah. Haruskah kembali ke kelasnya?
Akhirnya, dengan menurunkan sedikit gengsinya, Kanaya memutuskan untuk kembali ke kelasnya. Mencari tahu, apa gerangan yang membuat Keenan tidak kunjung keluar. Padahal beberapa menit lalu, sang dosen sudah keluar dari kelasnya.
Kanaya mengintip dari balik pintu yang memang tidak tertutup. Matanya menerawang ke segala penjuru ruangan. Dan, tatapan matanya tiba-tiba berserobok dengan pria tampan, satu-satunya di kelas itu.
Menyengir lebar, membuat tampangnya memesona. Tangannya mengisyaratkan Kanaya untuk mendekatinya. Seperti tersihir, Kanaya menurut.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com