"Siapa, Nay?" Keenan mengulang pertanyaannya. Karena Kanaya belum juga menjawab.
"Menurut kamu, siapa yang kira-kira cocok, hmm?" Kanaya bertanya balik.
Keenan cemberut, tidak mau menjawab, atau menebak lagi. Hatinya sudah panas sedari tadi.
Kanaya melihat ini, tiba-tiba tertawa geli. Keenan lantas mengerutkan dahinya.
"Kenapa malah ketawa? Apa yang lucu?" tanya Keenan, hatinya masih merasa kesal.
"Cemburu?" goda Kanaya.
"Ya, iyalah. Siapa yang gak cemburu, kalau calon istrinya masih cinta sama mantannya," jawab Keenan sewot.
"Ish, calon istri. Coba, deh, jangan sebut istilah itu lagi, aku masih merasa gak enak dengernya," protes Kanaya.
"Bukan apa-apa. Kemarin, mantan kamu aja sampai ngira yang nggak-nggak, kan. Masih kelas satu SMA, udah mau nikah. Tanggapan orang lain, kan beda."
"Meski, jujur aku seneng, waktu kamu ngomong gitu pertama kali. Seneng banget malah, sampai aku gak bisa ngomong apa."
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com