webnovel

Echoes Of The Past

[Mature romance] Kids please stay away!. Kehidupan Axton selama ini terasa sangat tenang dan tertata dengan sangat rapi. Tujuannya hanya satu yaitu menjalani kehidupan dengan sangat baik dan rapi seperti yang orang tuanya inginkan. Lulus dengan nilai terbaik dan melanjutkan bisnis keluarga. Tapi siapa yang akan menyangka kalau semua rencananya akan hancur saat ada pengganggu yang terus mengejarnya kemana pun dia pergi. Axton yang dingin dan tak tersentuh benci perempuan yang berisik dan menempel pada laki-laki tapi siapa yang akan menyangka kalau orang yang dia benci malah ditakdirkan untuk dia cintai. _____________ Novel ini adalah buku kedua dari Echoes series yang bakal terdiri dari 6 buku berbeda dengan tokoh yang berbeda namun masih saling berkaitan. Karya ini dibuat oleh penulis asli Indonesia jadi tolong dukung saya ya. Novel ini adalah kisah kedua dari salah satu anggota tertua perkumpulan Guardian Angel of Woman yaitu Axton Mckenzie. Sebelum baca novel ini disarankan untuk baca Echoes Of Love|GAoW1| terlebih dahulu agar bisa nyambung ke novel yang kedua ini. hope you enjoy with my first novel and i wish you can give your love for this story. Thank you. •1000-1500 words/Chapter Novel lain dalam bahasa inggris. • The Final Stage of Love. Find me in instagram •Alemannuss

alemannus · Urbano
Classificações insuficientes
46 Chs

Echoes Of The Past|GAoW2| [55]

Hello semuanya.

Happy reading!

___________

7 tahun yang lalu.

Axton dan Sarah duduk berdampingan di atas sofa yang sama. Dari tadi mereka hanya diam dan menatap ke arah lain tanpa berani menatap ibunya Axton yang duduk di atas sofa yang berada tepat di hadapan mereka. Sarah menundukkan kepalanya ke bawah sedangkan Axton menatap ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul enam sore dan itu artinya Sarah seharusnya sudah pulang ke rumah. Axton menatap Sarah dengan tatapan khawatir karena orang-orang yang tinggal bersamanya pasti sedang khawatir dan mencari Sarah sekarang.

Ini salahnya karena membiarkan Sarah berkunjung ke rumahnya. Kalau tahu akan jadi seperti ini, Axton pasti akan langsung menolak permintaan Sarah. Tapi semua ini sudah terjadi dan dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi karena ibunya sudah mengetahui hal ini dan kemungkinan terburuknya adalah ibunya akan melaporkan hal ini kepada ayahnya nanti. Dia tidak tahu apa yang akan ayahnya lakukan jika hal itu benar-benar terjadi nanti. Dia harus memikirkan solusi dari kemungkinan itu dari sekarang.

Diam-diam Sarah melirik ibunya Axton dengan penuh hati-hati. Dia kagum pada kecantikan ibunya Axton yang masih awet di usianya yang tidak lagi muda. Kulitnya sangat kencang dan bersinar. Sama sekali tidak ada kerutan halus di permukaan wajahnya apalagi jerawat ataupun flek hitam. Wajahnya benar-benar wajah idaman semua wanita yang ada di dunia ini. Sarah sekarang mengerti kenapa Axton bisa sangat tampan dan memiliki fisik yang bagus. Jika dilihat dari ibunya saja, semua orang akan langsung setuju kalau gen yang diwariskan dari orang Axton adalah genetik berkualitas super.

Sarah jadi penasaran bagaimana rupa ayahnya Axton beserta ketiga saudaranya. Dia yakin kalau mereka pasti memiliki wajah yang rupawan juga apalagi Axton pernah mengatakan kepadanya kalau dia memiliki dua kakak perempuan. Bisa dibayangkan secantik apa mereka jika adiknya saja setampan ini dan ibunya secantik malaikat. Mendadak kepercayaan diri Sarah langsung menghilang saat dia membayangkan hari dimana akhirnya mereka semua bertemu. Dia jadi khawatir apakah nanti dia akan terlihat seperti upik abu diantara para bangwasan kelas atas?

"Mom, aku bisa menjelaskan semua ini-." Ucap Axton dengan serius.

"Apa aku membuatmu takut, nak?" Tanya ibu Axton tiba-tiba kepada Sarah.

"Huh?" Jawab Sarah bingung sambil menatap wanita cantik yang ada dihadapannya.

"Maaf, jika aku membuatmu takut. Jangan khawatir aku bukan tipe orang yang suka marah." Ucap ibunya Axton sambil tertawa.

"Iya." Jawab Sarah dengan kikuk.

Sarah hanya menatap wanita itu dengan tatapan bingung sedangkan Axton hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan kasar. Sarah tidak menyangka kalau ibu Axton sangat cantik sekali dan kepribadiannya juga sangat ceria. Dia pikir semua anggota keluarga Mckenzie memiliki sifat yang sama dengan Axton. Kaku dan dingin. Tapi ternyata pada kenyataannya ibunya Axton sangat berbanding terbalik dengan apa yang dia bayangkan selama ini.

*Mom." Panggil Axton dengan nada memohon.

"Aku hanya sedikit terkejut karena Axton tidak pernah membawa temannya berkunjung kesini apalagi temannya itu adalah seorang perempuan cantik." Ucap ibu Axton sambil tersenyum gemas.

"Kenapa kau berkata seperti itu, mom?!" Tanya Axton dengan nada panik.

"Ssttt!" Desis ibunya Axton sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibir.

Axton hanya bisa menghela nafasnya dengan lelah. Berurusan dengan ibunya benar-benar sangat merepotkan dan melelahkan. Dia sangat menyayangi ibunya tapi masalahnya adalah ibunya itu bukan tipe orang yang bisa diajak berkompromi apalagi kalau sudah menyangkut masalah pribadinya. Dari Axton kecil sampai sekarang, ibunya selalu melakukan hal-hal yang tidak dia sukai. Seperti hanya mengundang anak-anak perempuan yang ada di sekolahnya saat ada acara dan yang paling terburuk adalah photo yang sempat dipegang oleh Sarah barusan. Kejadian itu adalah pengalaman terburuknya seumur hidup dan dia bersumpah tidak akan ada lagi kejadian yang serupa di masa depan. 

"Maaf, jika kedatangan saya sangat mendadak dan mungkin mengganggu waktu istirahat anda. Saya sudah berteman dengan Axton dari SMA dan dengan lancang saya ingin berkunjung ke rumah Axton. Maafkan saya." Ucap Sarah dengan sopan.

"Tidak apa-apa. Aku justru senang karena akhirnya Axton menunjukkan ketertarikan pada perempuan. Aku sangat khawatir jika sampai akhir dia tidak punya pasangan." Ucap ibu Axton sambil tersenyum lebar.

"Mom, kami hanya berteman." Panggil Axton dengan serius.

Sarah menatap Axton dengan tatapan sedih sekaligus kecewa. Jadi, selama ini Axton hanya menganggapnya sebagai seorang teman saja. Tidak lebih. Sarah meremas jari-jari tangannya dengan gelisah. Dia jadi memikirkan semua yang telah mereka lalui bersama. Apa semua itu biasa dilakukan oleh teman? Jadi selama ini dia hanya berlebihan saja pada sikap Axton padanya. Nyatanya perasaan pria itu tetap sama dan tidak berubah. 

"Aku hampir membawanya ke psik-." Ucap ibunya Axton.

"Mom, stop. Please." Ucap Axton dengan tegas.

"Alright, as your wish." Jawab ibunya dengan sedikit kesal karena Axton memotong pembicaraannya.

"Please, jangan membocorkan informasi pribadi ku." Ucap Axton dengan serius.

"Alright, then." Jawab ibunya sambil mengangkat kedua alisnya ke atas.

Sarah menatap wanita itu dengan tatapan kagum sambil menyikut pinggan Axton beberapa kali. Sarah langsung mengatakan kepada Axton kalau dia tidak seharusnya berbicara seperti itu pada ibunya dan ajaibnya perkataan Sarah langsung didengar oleh Axton. Ibunya menatap interaksi kecil Axton dan Sarah sambil tersenyum lebar. Melihat Axton bisa tersenyum dan tertawa bahagia lagi itu seperti sebuah anugerah untuknya.

Sudah lama sekali rasanya dia tidak melihat dan mendengar suara tawa Axton di rumah ini. Mungkin semenjak kakak pertamanya menjauhinya tanpa alasan yang jelas. Jujur saja sebagai seorang ibu dari empat orang anak dia merasa sangat sedih saat melihat perselisihan yang terjadi diantara anak-anaknya. Dia berjuang dan melahirkan mereka dengan sebuah pengorbanan yang penuh suka cita tapi saat mereka dewasa dia hanya mendapatkan perasaan sedih yang bertubi-tubi tanpa henti.

Walaupun hatinya terasa sakit namun saat melihat wajah anak-anaknya yang sudah mulai tumbuh dewasa, dia jadi teringat seberat apa perjuangannya untuk membuat anak-anaknya tetap hidup dan berada di dunia ini dengan selamat. Karena alasan itu juga dia tidak bisa memarahi salah satu diantara anak-anaknya. Baginya kenakalan yang anaknya perbuat tidak sebanding dengan kehadiran mereka yang sangat berharga untuk dirinya jadi apapun yang terjadi dia tidak akan pernah menyalahkan ataupun menghukum siapapun dari mereka berempat yang memulai perselisihan.

"Oh iya, aku belum tahu namamu. Siapa namamu?" Tanya ibunya Axton sambil menatap Sarah.

"Namaku Sarah. Sarah Freya Collins." Jawab Sarah dengan sangat sopan dan lembut.

"Nama yang sangat cantik seperti orangnya." Ucap ibu Axton sambil tersenyum.

"T-Terima kasih, Mrs. Mckenzie." Jawab Sarah yang malah tersipu malu. 

Ibunya Axton hanya bisa tertawa dengan gemas saat melihat Sarah yang tersipu malu karena pujiannya sedangkan Axton sama sekali tidak tertarik dengan pembicaraan antara ibunya dan Sarah. Dia hanya berharap kalau semua ini cepat selesai dan Sarah dapat pulang ke rumahnya dengan selamat tanpa harus melakukan interogasi seperti ini. Axton tidak mengerti kenapa ibunya harus menanyakan pertanyaan yang detail seperti ini karena biasanya ibunya tidak tertarik dengan personal life para kakaknya. Lebih tepatnya menyerah sih. Apalagi pada kakak ketiganya yang sudah tidak terkendali. Ibunya benar-benar angkat tangan dan mengibarkan bendera putih jika mereka sedang berdebat.

"Axton, bisakah kau mengambilkan aku minum?" Tanya ibunya dengan lembut.

"Baiklah, mom." Jawab Axton sambil berdiri.

Sarah menatap Axton yang sudah berjalan meninggalkan mereka berdua. Ingin sekali rasanya memanggil Axton dan meminta pria itu untuk tetap tinggal disini agar dia tidak merasa canggung saat berhadapan dengan ibunya. Demi apapun Sarah berharap kalau ibunya Axton tidak menanyakan hal-hal yang aneh padanya. Seperti bagaimana perasaannya terhadap anaknya atau dugaan paling terburuk yang dia pikirkan adalah ibunya Axton meminta dia untuk menjauhi anaknya seperti yang ada di film maupun drama percintaan. Ibunya Axton menatap Sarah sambil tersenyum sedangkan Sarah tidak tahu harus berbuat apa. Dia benar-benar bingung.

"Aku tahu berteman dengan Axton pasti terasa sangat berat dan rumit tapi tolong bertahanlah untuk dia. Buatlah dia tersenyum dan tertawa terus ya. Aku minta tolong padamu. Ini adalah sebuah permintaan." Ucap ibunya Axton dengan tulus.

"Tanpa anda minta pun saya akan tetap berada disisinya. Jangan khawatir, Mrs. Mckenzie." Jawab Sarah dengan sopan.

"Terima kasih." Ucap ibunya Axton dengan terharu.

"Axton itu aslinya sangat lembut dan pengertian. Sejak kecil sampai sekarang dia tidak pernah mengeluh ataupun merengek untuk dibelikan sesuatu padaku. Terkadang aku merasa kasihan padanya karena aku dan suamiku terlalu sibuk dengan urusan kami, begitu juga kakak-kakaknya yang sudah punya kehidupan masing-masing."

"Terkadang dia kecewa dan marah pada kami dan aku bisa melihat hal itu di matanya meskipun dia tidak pernah menunjukkan perasaannya secara langsung. Jujur saja kami sangat menyayanginya meski cara yang digunakan suamiku untuk menunjukkan rasa sayangnya salah."

"Aku dan suamiku hanya takut jika Axton terjerumus pada hal yang salah. Kamu pasti sudah tahu bagaimana ketatnya jadwal Axton setiap hari kan?" 

"Iya." Jawab Sarah sambil tersenyum tipis.

"Suamiku melakukan itu semua untuk melindunginya. Kami sebagai orang tua sangat mengenal anak-anak kami dan kami tahu kalau Axton tidak pandai mengungkapkan perasaannya jadi kami memilih untuk mengawasi dan melindungi Axton dengan cara kami sendiri."

Tanpa mereka sadari Axton yang mendengar semua percakapan itu dari balik tembok memikirkan semua ucapan ibunya dari tadi. Dia menyandarkan tubuhnya ke tembok sambil menatap lantai yang dia pijak. Semua perkataan ibunya benar-benar berhasil menusuk hatinya. Dia jadi memikirkan kembali sikapnya selama ini. Apa selama ini sikapnya salah? Dari nada ibunya berbicara, dia bisa tahu kalau ibunya sedih dan terluka. 

Selama ini Axton mengira kalau keluarganya tidak pernah mencintainya. Dia hanya menilai itu dari apa yang dia lihat karena Axton tidak bisa merasakan perasaan tulus mereka. Seperti yang ibunya katakan kalau dia tidak bisa mengekspresikan perasaannya kepada orang lain dan dia juga kesulitan dalam merasakan perasaan orang lain. Hidupnya tidak berwarna sampai dia bertemu dengan Sarah.

"Aku tahu kalau aku terdengar egois. Bukannya aku tidak tahu hubungan kalian seperti apa dan bukan berarti aku tidak mendukung kalian. Hanya saja aku tidak punya kuasa untuk menentang keputusan suamiku."

"Untuk saat ini tolong berteman saja dengan Axton seperti yang aku minta padamu. Tolong jaga janjimu untuk selalu berada disisi Axton tapi aku harap hanya sebatas itu tidak lebih. Aku tahu ini mungkin terasa berat untukmu tapi ini demi Axton dan juga dirimu."

"Aku tahu kamu juga mendengar hal ini, nak. Mommy tidak akan melaporkan hal ini pada ayahmu karena aku tidak ingin kalian bertengkar karena hal ini jadi tolong renungkan kata-kata ku ini." Ucap ibunya Axton menoleh ke arah tembok.

____________

To be continuous.

Sneak peek bab yng di private untuk buku yng di google books

alemannuscreators' thoughts