webnovel

Yang Ditunggu-tunggu

"Bund. Kita kapan berkunjung ke rumah Tante Sari?" tanya Al disela-sela sarapan dihari weekend.

"Oh iya. Gimana kalo nanti siang aja? Kamu bisa, kan?" tanya Bunda sembari mengambilkan Ayah nasi.

"Loh. Pada mau jalan-jalan? Kok Ayah enggak diajak," timbrung Ayah sambil menarik kursi meja makan.

Kemudian Bunda menceritakan perihal akan mengunjungi kediaman Tante Sari yang belum jelas dimana alamatnya. Lalu Al disuruh menghubungi El untuk mengirimkan alamat rumahnya. Namun karena Al tidak ingin berkabar dengan El. Akhinya Al melibatkan Tesa agar mau membantunya.

[Sa ... Lo punya kontak El, kan?] pesan singkat Al.

Beberapa menit kemudian pesan Al baru direspon oleh Tesa.

[Iya, kenapa?] balasnya.

Karena tidak ingin menunggu balasan pesan lebih lama, akhirnya Al memilih menelpon Tesa dan menjelaskan maksudnya. Setelah beberapa kali mendapat paksaan dari Al agar Tesa mau membantunya. Akhirnya Tesa memberanikan menghubungi El.

Sempat beberapa kali El menolak memberi tahu alamatnya pada Tesa, karena El pikir untuk apa Tesa menanyakan perihal tersebut? Akhirnya El memberi tahu kediamannya setelah beberapa kali Tesa memaksa dan merengek padanya.

Setelah beberapa menit berbincang dengan pujaan hati impiannya. Tesa kembali mengirimkan pesan singkat pada Al.

[Jln Siliwangi 23 Tanggerang. Emang buat apa si lo?] isi pesan Tesa.

Beberapa menit kemudian. Tesa tak kunjung menerima balasan. Karena Tesa masih penasaran dengan permintaan Al. Akhirnya ia menelpon kawan baiknya itu.

Hingga tiga kali ia menelpon Al tidak pula mengangkat telponnya. Entah apa yang sedang terjadi pada dirinya.

***

"Al! Al!" Teriak Bunda sembari membuka pintu Al.

Terlihat Al yang sedang tertidur pulas hingga Bunda mengurungkan niat untuk membangunkan anaknya.

Saat hendak keluar dari kamar Al, telepon milik Al kembali berdering dan Bunda kemudian mengangkatnya karena Bunda takut itu telepon penting.

"Tesa?" Dibacanya nama kontak yang menelpon Aleya.

Belum sempat Bunda mengucap sapa. Tesa kira Al yang mengangkat hingga ia terburu-buru mengatakan unek-uneknya yang membuat Bunda terdiam sejenak mendengarkan pernyataannya.

"Hallo, Tesa. Kebetulan Al-nya sedang tidur siang jadi Bunda yang angkat teleponnya. Alamat rumah El? Al nyuruh kamu buat cari tau alamat rumah El, ya?" jawab Bunda dengan nada santai membuat Tesa jantungan.

Betapa terkejutnya dia setelah tahu bahwa yang mengangkat telponnya itu bukan Aleya melainkan Bundanya.

"Eh, Bunda. Emm ... Aleyanya lagi tidur siang, Yah? Yaudah deh nanti Tesa telepon lagi," jawabnya cengengesan sebelum akhirnya menutup telepon tanpa menjawab pertanyaan dari Bunda Al.

"Aneh banget anak yang satu ini," kata Bunda heran hingga membuat penasaran apakah Tesa sempat mengirimkan pesan pada Aleya.

Dilihatnya WhatsApp Aleya yang membuat Bunda terkejut. Ternyata banyak nomor yang tidak Aleya simpan didalam kontaknya yang mengirim pesan padanya. Tidak heran karena Bunda sendiripun mengakui betapa cantik anaknya itu hingga kemungkinan besar banyak pria yang terpesona padanya.

Dari banyaknya nomor hanya ada dua nomor yang tidak pantang menyerah mengirim pesan pada Al. Terlihat dari jumlah pesan yang tak kunjung Al buka.

Terlihat wajah pria tampan terpajang diprofil keduanya. Yang satu nampak jelas pria itu seorang Elvano Praharja Kusuma. Namun, yang satu lagi Bunda tidak mengenalnya.

Bunda kembali pokus pada pesan singkat Tesa. Dibukanya ternyata sebuah alamat jalan.

'Jln Siliwangi 23 Tanggerang? Alamat ini tidak terlalu jauh dari rumahku," batin Bunda.

Tanpa membangunkan Aleya. Bunda langsung keluar dari kamar dan berniat untuk mengunjungi rumah El seorang diri karena dirasa jaraknya tidak terlalu jauh dari kediaman Al.

***

"Bunda! Bunda!" teriak Al mencari Bunda yang tak nampak keberadaanya.

"Ibu tadi keluar, Non. Katanya sih mau ke Supermarket depan," timpal Bi Tati asisten rumah tangga keluarga Al yang baru dua hari bekerja di rumah-nya.

"Oh ke Supermarket. Kalo Ayah kemana, Bi?" tanya Aleya sembari menguap lebar.

"Tadi Bapak juga ikut menghantar Ibu belanja, Non," jawabnya lagi.

"Hih. Ngeselin banget. Jalan-jalan kok gak ngajak gue," oceh Al kesal dan berlalu pergi ke kamar meninggalkan Bi Tati.

***

Bruk!

Dengan kencang Al menutup pintu kamarnya yang dipenuhi stikers kuda poni favoritnya.

"Mending masuk sekolah daripada libur tapi ngebosenin kayak gini," kata Al kesal sembari mengambil handphone miliknya yang ia simpan diatas meja belajar.

"Hah! Banyak kok banget notif panggilan tak terjawab dari Tesa, pesan WA darinya juga udah kok udah kebuka? Jangan-jangan tadi Bunda sempet ke kamar dan buka hp gue." Kaget Al mendapati Miss-call dari Tesa dan menyadari ada satu panggilan masuk yang sempat terjawab.

Segera ia mengganti baju miniset dengan baju yang lebih tertutup lalu berlalu pergi.

Bi Tati yang melihat Aleya dengan berpakaian rapih-pun segera berkata.

"Mau kemana non? Kata Ibu, Non Aleya jangan kemana-mana selagi Ibu belum pulang," katanya menghampiriku yang hendak pergi kerumah Tesa.

"Saya mau kerumah teman sama. Kalo Bunda nanyain, bilang aja ke rumah Tesa sebentar," perintahku yang langsung mendapat anggukan Bi Tati. Lalu segera pergi menaiki Ojol yang telah dipesan sebelumnya.

***

Tid! Tid!

Suara klakson mobil Arya dan Vita yang berkunjung ke rumah Elvano itu pun membuat Pak satpam terbangun dari tidurnya.

"Ini bener enggak, Bund alamatnya?" tanya Ayah Aleya ragu.

"Dicoba dulu aja, ya," jawab Bunda menyakinkan.

Vita pun akhirnya keluar dari mobil untuk memastikan lebih jelas lewat bertanya pada Pak satpam yang menghampiri mereka.

"Cari siapa, Bu?" tanyanya dari sela-sela pintu kecil yang terpasang di garasi rumah El.

"Permisi pak. Apa benar ini rumah-nya Ibu Sari? Kebetulan saya Saudaranya pak," pernyataan Bunda diterima baik oleh Pak satpam yang segera pamit untuk memberitahu Majikannya.

Beberapa menit kemudian. Garasi itupun terbuka lebar. Nampaknya mereka tidak salah alamat, dan Pak satpam pun menghantarkan mereka sampai ke dalam rumah untuk memastikan keamanan.

Tok. Tok. Tok.

"Sebentar," jawabnya dari arah dalam kamar.

Betapa senang rasa hati yang kini dirasakan keduanya. Bagaimana tidak? Bertahun-tahun mereka terpisah oleh jarak, dan kini kembali berjumpa dengan kondisi dari salah satunya berbeda.

Sari kini terduduk di kursi roda, membuat Vita dan Arya merasa iba atas musibah yang dialaminya.

"Kamu sehat, Ri?" tanya Bunda di dalam pelukan Mamah El yang begitu erat hingga meneteskan air mata.

"Aku Kangen banget sama kamu, aku cape hidup kayak gini, Vit," balas Sari yang masih memeluk erat tubuh Vita hingga ia mesti menjatuhkan badan agar Sari mampu merangkulnya.

Dilepasnya pelukan itu oleh Vita yang kemudian mengusap air mata diatas pipi Sari. Sembari sedikit menasihati dan memberi semangat hidup pada mantan istri kawan lamanya.

Sebelum melanjutkan perbincangan. Sari mempersilahkan mereka duduk di ruang tamu besar miliknya agar lebih leluasa untuk bercerita perihal apa yang ia alami akhir-akhir ini.

Didorongnya kursi roda itu oleh Arya sebagai laki-laki diantara mereka. Kemudian Sari memperintahkan Mang Ucup tukang kebunnya membuatkan minuman untuk Vita dan Arya yang baru saja datang bertamu ke rumahnya.

"Kamu baik-baik aja kan, Ri? Aku tahu alamat rumah kamu dari teman anakku, Aleya. Kemarin juga Elvano sempat berkunjung ke rumahku," kata Vita membuka pembicaraan.

"Aku baik-baik aja, Vit. Perihal Elvano ..." Belum sempat ia melanjutkan ucapannya. Sari kembali meneteskan air mata hingga membuat Vita khawatir.

"Loh, kok nangis sih. Cerita sama aku, Ri. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Vita menenangkan.