webnovel

Rasa Penasaran

"Saya enggak pa-pa, Kak. Terimakasih. Tapi maaf saya permisi," pamit Aleya yang mendapatkan tatapan datar dari Raja.

Aleya berlalu begitu saja meninggalkan Raja sendirian. Rasa penasaran Raja semakin besar pada Aleya. Dia juga tak ingin berhenti untuk terus mendekati Aleya.

"Ya ampun Aleya. Lo enggak pa-pa kan? Ada yang lecet gak? mana yang sakit?" tanya Tesa khawatir sembari membolak-balik tubuh mungil Aleya.

"Tesa ... Santai-santai. Gue enggak pa-pa kok," jawab Aleya sedikit risi karena kekhawatiran Tesa

"Syukurlah. Tadinya gue mau nyamperin lo. Eh, tiba-tiba Kak Raja dateng. Enggak jadi deh gue nyamperin lo. Hehe," balas Tesa mendapati tatapan malas dari Aleya.

"Tapi ... Enak, kan dapet perhatian dari si kak Raja tampan rupawan itu? Kalo gue jadi lo. Udah gue jadiin pacar semua dah siswa satu sekolahan ini," tambahnya membuat Aleya ingin muntah mendengarnya.

"Berarti, lo juga mau dong nerima hati seorang bombom yang gak pantang menyerah buat dapetin hati lo?" tanya Aleya mengejek.

"Idih ... Apaan sih. Maksud gue tuh berlaku buat yang lumayan cakeplah. Tapi enggak ada yang bisa ngalahin ketampanannya My Enemy gue. Seorang Elvano Praharja Kusuma duta sekolah SMA Putra Utama," jelasnya penuh kehaluan dan raut wajah seperti orang sedang jatuh cinta.

Lagi-lagi tatapan malas Aleya tertuju pada Tesa yang sedang memuji ketampanan Elvano.

Bel jam istirahat berbunyi. Banyak anak-anak yang langsung menuju kantin. Ada juga yang pergi ke perpustakaan. Sama seperti yang dilakukan Aleya di jam istirahat hari ini. Ia pergi ke sana seorang diri karena Tesa memilih menghabiskan jam istirahat di kantin.

"Sendiri aja?" tanyanya sembari menyodorkan kopi capucino yang dibungkus cup.

"Eh, iya kak. Lagi cari buku juga?" tanya Aleya seraya membaca buku Biografi.

"Minum dulu Al. Sengaja Kakak beliin kopi buat kamu, kebetulan tadi liat kamu ke perpus jadi Kakak niatnya nemenin kamu," jelasnya sedikit malu-malu.

"Oh gitu. Kirain lagi cari buku juga. Kopinya makasih loh. Kebetulan juga aku udah dapet bukunya, jadi mau baca di kelas aja," ucap Aleya santai karena ingin menjaga jarak dengan Raja. Takutnya nanti anak-anak mikir yang enggak-enggak.

Raja yang berniat untuk mendekatkan diri selalu mendapatkan penolakan dari Aleya dan hal itu tentu membuat Raja sedikit kesal.

"Aleya. Aleya. Semakin kamu menjauh, semakin besar juga rasa penasaran aku untuk mengenal kamu lebih jauh. Cepat atau lambat. Aku yakin kamu bakal jatuh cinta dan enggak mau kehilangan aku," kata Raja penuh optimis.

** POV Elvano **

Beberapa minggu lagi ajang pencarian duta sekolah dibuka. Persyaratannya para peserta harus memiliki bahan mengenai organisasi sekolah untuk dipersentasikan di depan Guru dan siswa-siswi SMA Putra Utama.

Sebenarnya ajang ini juga masih tergolong kegiatan OSIS. Agar lebih menarik dan lebih semangat untuk mengikuti Organisasi sekolah. Para anggota OSIS beda satu angkatan diatasnya itu juga mengadakan ajang duta siswa-siswi paling tampan dan cantik di sekolah.

Banyak siswa dan siswi yang tertarik dengan program yang dibuat para OSIS. Hingga mereka menunjuk Elvano sebagai peserta duta siswa paling tampan.

Awalnya. Elvano sangat tidak tertarik dengan Program itu. Namun, karna ia iseng mengikuti tes dan juga atas permintaan teman-temannya. El akhirnya mau mencoba dan berhasil mendapat gelar tersebut.

Nominal hadiah yang dia dapatkan juga tidak begitu berharga di mata El. Karena El punya segalanya. Alhasil semua uangnya dia pakai untuk men-traktir teman-temannya.

Dia berusaha agar tetap bisa mempertahankan gelarnya. Bukan karena hadiah yang ia terima. Melainkan melihat mamahnya bangga terhadapnya. Melihat mamahnya tersenyum bangga padanya menjadi suatu kebanggaan tersendiri untuk El.

"Bro. Sibuk amat. Lagi ngapain sih?" tanya Adit ditengah-tengah sibuknya aku mencari bahan untuk dipersentasikan didepan Guru saat ajang duta nanti.

"Biasalah," balasku santai sembari menunjukan apa yang sedang aku lakukan pada barang pipih itu.

"Yaelah, Elvano. Elvano. Enggak usah repot-repot lo nyari bahan buat acara ajang nanti. Enggak bakalan ada yang bisa gantiin lo juga, kan? Jadi, santai aja kali, Bro," katanya yang berhasil membuatku ingin menyomot mulutnya karena menyepelekan suatu hal. Meski El tau kemungkinan besar El akan menjadi pemenangnya lagi. El tetap harus menunjukan aksi.

Aku terus meng-scrolling google tanpa memperdulikan Adit. Beberapa detik setelah itu Adit kembali berkata.

"Eh iya, Bro. Kata anak-anak lo jadian sama si Aleya adek kelas cantik itu? Emang bener? Atau jangan-jangan lo cuman main-main aja ya sama dia? Janganlah, Mas Bro. Kalo lo enggak mau mending buat gue aja," kata Adit membuat jari ku berhenti meng-scroll google.

"Gue cuman penasaran aja sih sama tuh bocah, cantik tapi galak. Kek menantang gitu," jawabku yang ternyata terdengar oleh Tesa teman dekat Aleya.

Tesa yang baru balik dari kantin itu sengaja mampir ke kelas El untuk memandang wajah El sebentar sebelum masuk kelas. Setelah mendengar apa yang dikatakan El. Tesa segera lari menuju kelas.

***

Tid! Tid!

Bunyi klakson motor terdengar jelas tepat di belakang tubuhku. Tanpaku pedulikan, aku tetap berjalan menuju gerbang yang terbuka dijam pulang sekolah.

"Budeg lo!"

Suara cowok itu menghentikan langkahku. Suara yang sudah biasaku dengar. Yang membuat sakit telinga, itu pasti El.

'Mau apa lagi sih ini cowok. Ih, nyebelin banget,' batinku malas.

"Woy!"

Tid! Tid! Tid!

Suara dan klakson itu benar-benar membuatku terkejut, saat aku sedang bertengkar dengan isi kepala dan batin yang mengerutu.

"Apaan sih! Berisik ...! Sakit, nih telinga gue!" kataku geram dan menghela napas kasar

"Lagian lo-nya sih budeg. Udah gue klakson juga enggak nengok-nengok," katanya dengan raut wajah sedikit kesal.

"Ayo naek!" perintah El yang langsung menjadi sorotan mata para siswi-siswi yang juga sedang berjalan menuju gerbang yang terbuka dijam pulang sekolah.

"Enggak usah peduliin mereka. Ayo cepet naek!" katanya lagi yang terus memaksa Al pulang bareng.

Saat hendak menerima tawaran El, Aleya melihat Lyta yang sedang memperhatikan dari kejauhan. Sadar bahwa Aleya melihatnya, mata Lyta langsung membelalak tertuju padanya. Mengisyaratkan bahwa jangan sampai Aleya mau menerima tawaran El.

Aleya pergi begitu saja. Hingga El dibuat bingung dengan sikapnya yang aneh setelah menengok ke belakang. Penasaran dengan apa yang dilihat Aleya. El memutar kaca spion yang langsung tertuju kebelakang.

"Biang kerok," bisik El melihat Lyta yang sedang berdiri dari kejauhan.