webnovel

Malu Sampe Ubun-Ubun!

"Tunggu!"

Teriak El setelah Mamahnya menyuruh ia untuk membujuk Aleya yang marah seperti anak kecil.

Tanpa memperdulikan teriakan El. Al tetap berlari menuju pintu keluar rumahnya yang luas. Hingga langkahnya terhenti saat El berhasil merenggut tangan Al.

"Hih. Apaan sih lo pegang-pegang segala cari kesempatan banget," kata Al kesal seraya melepas tangannya dari genggaman El.

"Lo yang apaan. Lagian jadi cewek kok baperan amat kayak anak kecil. Tau gak!" katanya.

"Heh! Suka-suka gue dong. Mau kayak anak kecil kek. Kayak ultramen juga bukan urusan lo," balas Al yang tidak ingin kalah dengan El.

"Kepala batu banget. Ya ini anak," kata El gemas seperti akan memakan kepala Aleya. Layaknya seperti anak kecil. Aleya malah balik mengejek El.

Akhirnya El pasrah dan meminta maaf pada Aleya. Dan Aleya menerima permintaan maaf El. Meski keduanya terlihat tidak benar-benar saling memaafkan.

Setelah berjabat tangan. Aleya kembali ke kamar Tante Sari untuk mengecek keadaannya. Terlihat Tante Sari yang masih menikmati kue buatan Bundanya yang terkenal jago membuat kue.

"Sini, Nak," perintah Mamah El pada Al yang mengintip disela pintu kamar.

"Tante ... Al ganggu, ya?" Raut wajah Al cengengesan.

"Sama sekali tidak, Al. Tante boleh gak. Minta kamu buat nginep dirumah Tante semalam aja," pinta Tante Sari membuat Al harus berulang kali memikirkannya.

"Eh ... Gimana ya, Tante. Bukannya Aleya menolak. Tapi, Al lagi punya tugas banyak banget. Takutnya nanti malah bikin Tante repot," jawabnya sedikit tak enak.

"Loh, kok ngomongnya gitu. Malahan Tante seneng kalo dirumah ini ada kegiatan nginep aja, ya. Sehari saja," pinta Tante Sari yang tidak bisa ia tolak.

Hari semakin sore. El yang baru bangun tidur siang langsung menuju kamar Mamah untuk mengecek keadaanya. Dirasa Mamah baik-baik saja. El kembali keluar untuk mandi sore.

El terkejut saat melihat Aleya yang tertidur di sofa ruang tamu El. Dia segera menuruni anak tangga satu persatu dan seraya berkata.

"Lah nih bocah betah banget dirumah gue sampe ketiduran segala," kata El seraya turun dari lantai dua rumahnya.

'Dari dulu kecantikan lo gak pernah berkurang, Al,' batin El setelah mengamati wajah Al begitu dekat.

Aleya terusik dari tidurnya hingga membuat El ketar-ketir dan bersembunyi dibelakang sofa takut Al menyadari keberadaannya yang sedari tadi memperhatikan dirinya.

"Huh ... Untung gak bangun," bisik El lega dan berlalu pergi kembali menuju kamar.

***

Aleya yang terbangun dari tidurnya pun langsung beranjak bangun menyadari dia tertidur di rumah orang.

"Astaga! Ya ampun! Kok gue bisa sih ketiduran dirumah Tante Sari. Malu-maluin banget gue," kata Al seraya melihat jam ditangannya dan merapihkan rambut yang sedikit acak-acakan.

Segera ia menuju kamar Tante Sari untuk mengecek keadaanya. Namun, saat akan menaiki anak tangga, Al menjerit karena melihat El yang hanya menggunakan handuk diarea kemaluannya.

"AHHH!"

Jeritan Al membuat Sari terbangun dari tidurnya dan segera menelpon Pak Satpam agar segera mengecek apa yang terjadi didalam rumahnya.

"Apaan sih, Lo. Berisik tau gak! Mamah gue lagi tidur," kata El sembari membawa segelas air dingin dari dapur lalu mendekat menghampiri Al yang menutupi muka.

"Berhenti jangan mendekat. Gue bilang jangan deket-deket! Awas lo," kata Al yang membuat langkah El terhenti.

"Yaudah. Awas gue mau keatas duluan!" perintahnya membuat Al terpaksa melangkah mundur sembari menutup wajah.

"Ada apa, Non?" tanya Pak Satpam tergesa-gesa.

Kemudian pak satpam tersenyum-senyum atas apa yang dilihatnya. Segera ia kembali menelpon Bu Sari untuk mengkonfirmasi keadaan rumahnya.

[Sore, Bu. Keadaan rumah baik-baik saja. Sepertinya tadi Non Aleya berteriak saat melihat den El hanya menggunakan handuk seperti baru selesai mandi.] Lapornya pada Bu Sari yang langsung mendapati tanggapan tawa dari majikannya.

Setelah memastikan semuanya baik-baik saja. Pak satpam kembali melanjutkan tugasnya menjaga rumah dihalaman belakang.

Melihat tingkah pak satpam. Al dan El saling tatap heran sebelum keduanya kembali menjaga jarak.

"Udah nyampe belum?" teriak Al dari bawah tangga memastikan El yang sudah masuk kamar.

Bukan Elvano namanya. Jika tidak usil. El terus berteriak. "Belum. Jangan liat ke atas," perintahnya membuat Aleya hanya bisa menuruti katanya.

'Kayaknya El lagi ngerjain gue, deh,' batin Aleya yang merasa jengkel.

"Sue. Pintunya udah ke tutup," kata Al yang menaiki anak tangga dengan kesal.

Tok! Tok! Tok!

"Tante?"

Diketuk pintu kamar Mamah El oleh Aleya dan langsung ia sahut.

Setelah mendengar ada yang menyaut. Al memberanikan masuk kedalam kamar dia akan meminta ijin untuk pulang sebentar sekedar mengambil baju ganti dan beberapa tugas soal.

"Berarti kamu pulang-nya naek Ojol dong? Diantar El aja ya, Al."

Tak enak menolak tawaran Tante Sari, akhirnya Aleya meng-iyakan permintaannya.

Kebetulan sekali. El menghampiri Mamahnya. Jadi ia tidak perlu berteriak untuk memanggil anaknya. Setelah mendengar perintah El dengan semangat El meng-iyakan permintaan mamahnya. Namun, tidak dengan raut wajah yang Al pasang.

"Aku pamit ya, Tante." Salim Al dan disusul El.

"Hati-hati di jalan ya, Nak," pesan Mamahnya sebelum mereka pergi meninggalkan dirinya sendiri.

***

"Kok. Lo tumben sih pengen dibonceng sama gue?" tanya El saat setelah berjalan beberapa kilometer dari rumahnya.

"Terpaksa. Karena gak enak sama Mamah lo," jawab ketus Aleya.

"Bilang aja gak punya ongkos buat balik," ejek El membuat Al ingin turun dari jok belakang motor El.

"Jangan asal ngomong lo. Kalo cuma ongkos doang mah gampang. Bahkan apartemen juga bisa gue beli," balas Al sedikit sombong dengan raut wajah datar.

"Wih ... Banyak banget duit lo. Bisa kali traktir gue makan bakso," kata El sedikit memancing Al agar mau makan bakso pinggir jalan dengannya.

"Mau beli bakso berapa mangkok sih emangnya? Ngeraguin dompet gue banget," jawabnya tanpa curiga.

Tanpa menjawab perkataan Aleya. El menambah laju motornya dengan kecepatan yang membuat Aleya terpaksa memeluk tubuh El.

Beberapa menit kemudian.

Motornya berhenti disebuah taman yang begitu ramai orang lalu-lalang. Entah apa maksud El membawanya ke tempat ini. Al hanya bisa terdiam karena masih syok dibawa ngebut oleh El.

"Enak ya meluk?" kata El yang sudah mencopot helm dari kepalanya.

Al benar-benar malu dengan apa yang telah ia lakukan. Dan ia segera melepas tangan yang memeluk erat tubuh El dan berlalu turun dari jok belakang motor El.

"Lo bisa gak, sih. Bawa motor tuh pelan-pelan aja?" tanya Al yang memukul tubuh kekar El.

Lalu El langsung menarik tangan Al seraya berkata.

"Enggak. Karena gue lagi laper."

El menggenggam tangan Al lalu menariknya menuju salah satu pedagang yang ada ditaman itu.

"Bang. Bakso dua," katanya pada tukang bakso yang juga antusias menerima pesanan El.