webnovel

Korban Jadi Tersangka

"Al. Perasaan kok lo rajin banget berangkat bareng ka El?" tanya Tesa didalam kelas di jam istirahat.

"Hah? Masa sih? Enggak juga," kata Al menolak kebenaran seraya mengerutkan kening.

"Udah lah gak usah ngelak. Semua siswa-siswi di sekolah ini juga tau kok kalo, lo rajin banget berangkat dan pulang bareng sama kak El," jelasnya membuat Aleya berhenti menulis pelajaran.

Saat akan menjelaskan semua kejadian akhir-akhir ini yang menimpa mereka berdua, suara toa kantor berbunyi begitu keras. Terdengar suara Pak Rijal yang memanggil nama salah satu siswa kelas sebelas IPA 2.

[Panggilan, kepada Elvano Praharja Kusuma, agar segera menuju kantor sekarang. Di tunggu kedatangannya.] Kira-kira seperti itulah isi pengumuman singkat tersebut hingga beberapa kali diulang.

'Ada apa ini? Jangan-jangan. El dipanggil karena masalah kemarin? Aku harus ikut serta kekantor,' batin Al setelah mendengar Pengumuman tersebut dan berlalu menarik tangan Tesa menuju kantor.

"Dia tiba-tiba datang dan menghajar saya, Pak. Untungnya, saya gak sampe laporin masalah ini ke Polisi." Pernyataan Raja membuat Aleya geleng-geleng kepala heran, hanya karena masalah sepele, Raja sampe bawa-bawa nama Polisi.

"Ini memang salah saya, Pak. Hukuman apa saja yang Bapak kasih, saya akan menerimanya," ucap El pasrah dan mengakui kesalahannya, lalu mendapatkan pembelaan dari Aleya yang nyelonong masuk ke dalam disaat semua murid ikut serta menyaksikan dibalik kaca kantor.

"Permisi. Maaf Bapak-Ibu Guru yang terhormat, Aleya masuk dan ikut campur," katanya membuat El dan semua yang ada didalam hingga yang ada di luar mengerutkan kening bingung dengan keberadaan Aleya.

"Nah, Aleya. Sini duduk,Nak," perintah Bu Intan seraya mempersilahkan Aleya duduk disamping El yang menghadap Pak Dirga Broto Atmaja. Pria botak dan berperawakan gembul serta kumis lele yang bertengger di bawah hidung dan di atas bibir, beliau kepala sekolah SMA Putra Utama generasi ke Empat setelah Ibu Nani Atmaja.

"Apakah, kamu juga ikut serta dalam perkelahian mereka?" tanya Pak Dirga seraya menatap ke arah Aleya yang terduduk disamping Elvano.

"Tentu saja, Pak. Ini semua salah saya, hukum saya saja Pak. Jangan Elvano." Pengakuan Aleya tentu saja dibantah keras oleh Elvano seraya berkata." Jelas-jelas ini salah saya. Jadi, hukum saya saja," katanya membuat para Guru bingung.

'Aleya kenapa jadi belain Elvano sih, apa jangan-jangan. Dia suka sama si cowok so peres ini,' batin Raja menggerutu dibarengi dengan raut wajah kesal pada El karena mendapati pembelaan dari Aleya.

"Yasudah. Setahu Bapak. Wanita itu adalah mahluk yang jujur. Jadi, Bapak mau minta kejelasan dari Aleya. Kamu, bisa jelasin sedetail-detail nya?"

Keputusan Pak Dirga setelah dibuat bingung oleh pernyataan El, Al dan Raja.

"Bisa, Pak. Jadi gini, Pak." Aleya menjelaskan sedetail-detailnya pada semua Guru yang ada di dalam kantor hingga membuat para murid semakin penasaran dengan aksi Aleya yang menjelaskan kronologi peristiwa kemarin.

Dapat diambil kesimpulan dari penjelasan Aleya, akhirnya Raja yang mendapati hukuman. Tentu saja ada penolakan yang ia berikan. Bagaimana tidak, ia tak terima karena dirinya merasa menjadi korban dan kini malah menjadi tersangka dan sekaligus mendapati hukuman dari Pak Dirga.

"Yang jadi korban itu saya, Pak. Keputusan ini jelas-jelas merugikan saya. Bisa saja, trauma itu hanya rekayasa semata yang El buat-buat untuk menghindari permasalahan ini," ucap Raja tak terima dan seakan-akan menyalahi pernyataan Aleya yang berpihak pada Elvano.

"Saya mau tanya sama kamu, apa maksud kamu menarik tangan Aleya hingga Aleya melepasnya paksa?" tanya Pak Dirga sontak membuat Raja malu untuk menjelaskannya karena semua para murid meyaksikan mereka.

'Mampus gue. Gak mungkin juga kalo gue harus mengakui perasaan yang sebenarnya sama Aleya di depan semua orang,' pikir Raja sejenak terdiam.

El yang sedari tadi hanya tertunduk diam dan mengagumi aksi Aleya, kini ikut angkat bicara seraya berkata. "Gimana? gak bisa jawab? kalau begitu, kenapa harus tidak terima dengan keputusan Pak Dirga?"Kata Elvano dengan sedikit senyum simpul dibibirnya terkesan merasa dirinya menang.

Kini Raja tidak bisa berkutik. Hingga para Guru menyudutkan ia untuk berterus terang saja, namun ia tetap tidak buka mulut dan memilih menerima hukuman.

***

"Aksi lo tadi keren banget. Lo bisa mengganti status korban menjadi tersangka. Tapi, kasian juga sih Kak Raja," puji Tesa saat Aleya sedang mencari buku di perpustakaan.

"Aleya! Tega banget ya lo. Kak Raja jadi korban gara-gara lo, dan sekarang dia dihukum bersihin semua toilet yang ada di sekolah, itu juga gara-gara lo. Seharusnya, lo belain Kak Raja, bukan Kak Elvano," jelas Tiara yang tiba-tiba datang menghampiri Aleya dan Tesa yang sedang membaca buku di perpustakaan milik sekolah.

"Wih. Kayaknya ada yang gak terima, tuh," timpal Tesa seraya melirik Tiara dan mendapati tatapan jengkel darinya.

"Kalo lo gak tau kronologinya. Mending diem aja. Kalo emang gak terima, kenapa gak dari tadi aja. Lo datang dan belain Kak Raja, bak superhero buat dia," jawab Aleya sedikit nyinyir karena cape selalu bersikap sabar.

"Ya-ya. Lo nya aja yang gak punya perasaan sedikitpun," kata Tiara yang berlalu pergi karna merasa malu. Aleya dan Tesa pun hanya menanggapi senyum keheranan melihat kelakuan aneh Tiara yang selalu meremehkan orang lain.

***

"Merasa jadi superhero banget tuh pasti sekarang Si Bocah sok cantik," kata Lyta pada satu circlenya setelah melihat kejadian tadi.

"Padahal tadi lo aja yang belain Si El, Ta," timpal salah satu bestinya yang sedikit polos dan oon.

"Ya ampun Caca! Gue kan gak tau permasalahannya. Gimana gue mau belain Elvano," geram Lyta melihat kepolosan temannya.

"Loh. Bukannya lo juga ikut liat peristiwa kemarin?" kata yang satunya seakan-akan membenarkan perkataan Caca.

"Ya-ya gue, kan cuma liat pas Aleya bentak-bentak El doang. Dan kalo menurut gue sih, Aleya yang salah. Karena dia. Raja dan Elvano jadi berantem," jawab Lyta penuh yakin yang mengetahui kronologi peristiwa antara Al, El dan Raja kemarin.

"Kok. Jadi Aleya yang disalahin, kan dia orangnya baik,cantik,smart lagi," kata Caca membuat Lyta semakin Murka.

"Gak tau ah. Males gue ngomong sama lo!" Lyta kesal karena bestinya sendiri berpihak pada Aleya si gadis cantik, incaran para siswa SMA Putra Utama.

***

Drett! Drett!

Handphone yang ia simpan diatas meja belajarnya berdering tanda panggilan masuk.

Al yang tertidur diatas meja belajarpun terbangun karena panggilan telepon tadi.

"Ahh ... Siapa sih, ganggu aja!" kata Al seraya mengangkat telepon tanpa melihat nama kontak yang tertera.

"Hallo. Ada apa?" ucapnya masih memejamkan mata .

Tut ....

Tanpa menjawab pertanyaan Aleya, telepon itu tiba-tiba mati begitu saja.

"Hih. Gajelas banget. Ganggu orang tidur aja," oceh kesal Aleya yang segera melanjutkan tidur di atas kasurnya.