webnovel

Hari Buruk

Sejak saat kejadian satu hari yang lalu itu. Aleya selalu memikirkan perihal El yang membaca buku tentang penyakit jantung.

Lamunanku terkecoh oleh Tesa yang berlari seperti dikejar setan. Dia membawa kabar berita bahwa El dan Raja akan berkelahi di lapangan belakang sekolah.

'Menyelesaikan tugas Matematika dari Pak Anton lebih penting dibanding melihat mereka berdua berkelahi seperti anak kecil,' pikirku.

Tesa berlalu pergi setelah ucapannya tidak dihiraukan Aleya. Beberapa detik setelah perginya Tesa. Desas-desus obrolan teman-teman mulai terdengar ditelinga Al.

Al tidak terima karena mereka membicarakan tentang dirinya yang jauh dari fakta. Kata mereka, perkelahian El dengan Raja itu bermula karena Aleya. Padahal Aleya tidak merasa sedikitpun dekat dengan kedua-nya.

Terdengar suara siswa-siswi menyorakan perkelahian mereka. Tiba-tiba Al mengkhawatirkan kondisi El yang ia kira mengidap penyakit jantung. Kini Al bingung mencari cara agar perkelahian itu berakhir.

"Bubar! Ada Guru!" Suaraku lantang membuat semua para Siswa-Siswi berhamburan menuju kelas.

Mereka berdua nekat melakukan perkelahian karena para Guru sedang rapat di gedung sekolah pusat. Senang dirasa karena rencana-nya berhasil.

Gertakanku tidak membuat El dan Raja berlari menuju kelas seperti yang lainnya. Ku lihat sebelum Raja pergi meninggalkan El. Da melontarkan ancaman yang membuatku ngeri dengan ucapannya.

"Aksi lo keren juga," ucap Tesa kagum pada Aleya yang awalnya tidak peduli dengan apa yang terjadi. Karena tidak ingin membahas lebih lanjut aku hanya membalasnya dengan senyuman.

Bel jam pulang sekolah berbunyi dengan jelas. Terlihat dari kejauhan Lyta dan geng sudah bersiap menunggu Aleya keluar dari kelas menuju lantai bawah. Tesa yang ikut melihat penomena itu pun merasa ngeri dan diam-diam ia mengirim pesan singkat pada Raja.

[Ke lantai atas, Kak.]

Dengan sigap Raja langsung menuju lantai dua sekolahnya. Tanpa memperdulikan keberadaan Lyta yang dia lewati begitu saja. Tentu menjadi perbincangan Lyta and geng yang dibuat bingung dengan keberadaan Raja.

Tesa yang memberikan isyarat kepada Raja dari kejauhan dapat Raja terima dengan baik. Terlihat Tesa pura-pura izin pada Al untuk pergi sebentar ke toilet. Awalnya Al tidak memberi Tesa izin. Namun, Al merasa dirinya egois akhirnya meng-iya, kan.

Tampak terlihat jelas oleh Raja muka bingung Aleya. Disisi lain ia ingin segera pulang. Di sisi lain juga ia malas jika harus kembali berdebat dengan Lyta.

"Mau nginep disini?" Suara khas dengan sedikit serak basah itu membuatku kaget. Alangkah terkejut melihat Raja berdiri tepat di belakang tubuh mungil Al yang bersandar ditembok samping pintu.

"Eh. Kak Raja, ngapain? Aku pulang duluan," kataku yang berlalu ingin meninggalkan Raja sendiri. Namun, balik lagi karena lupa, di ujung dekat tangga ada Lyta yang sedang menunggunya.

Malu yang dirasa Aleya kini hanya raut wajah cengengesan khasnya, lah yang dia berikan pada Raja yang sedari tadi menahan tawa melihat kelakuan Aleya.

"Kenapa balik lagi? Ada yang ketinggalan?" tanyanya membuat Aleya tersipu malu dibuatnya.

Raja lalu menggandeng tangan Aleya tanpa merasa bersalah. Hingga membuat mata Lyta yang melihatnya terbelalak seperti akan keluar dari kelopaknya.

Aleya yang pasrah hanya mengikuti langkah kaki Raja. Kali ini ia tidak bisa menolaknya karena keberadaan Lyta yang membuat Aleya risi.

Gandengan tangan itu terlepas saat El menarik tangan Al dari genggaman Raja. Raja yang tidak terima langsung mendorong tubuh El yang sama rata tingginya dengan Raja. Karena Al merasa risih dengan perdebatan mereka. Akhirnya Al pergi begitu saja meninggalkan mereka.

"Heh, Acil tungguin gue," kata El langsung mengejar Al yang berlalu pergi. Namun, Raja rupanya enggak mau ngelepas El begitu saja. Langkahnya tertahan karena Raja menghalanginya.

"Mau kemana lo? Urusan kita belum selesai. Biarin Al pulang sendiri. Peduli banget lo sama, Al. Emang lo siapa dia? Pake segala manggil Acil," Kata Raja sedikit emosional.

"Urusan apa ya? Loh, jelas dong gue peduli sama dia karena orang tua-nya sendiri udah nitipin dia sama gue. Dan satu lagi. Asal lo tau Acil itu nama kesayangan gue sama Al. Jelas?!" balas El dengan sikapnya yang khas, sedikit pecicilan namun tetap terlihat cool. Tentu membuat Raja semakin tidak terima dibuatnya.

"Halah. Halu kali lo. Udah ah enggak penting banget gue ngurusin lo," kata Raja yang berlalu pergi.

"Hihh ... Udah gue perjelas malah ngatain gue halu. Dasar muka datar!" oceh El karena tidak sempat mengejar Al.

***

Teng! Teng! Teng!

Beberapa kali bel rumah Aleya berbunyi kencang sekali hingga membuat Aleya terbangun dari tidur siangnya.

Diintipnya dari jendela kamar Aleya yang berada di lantai paling atas rumahnya. Betapa terkejutnya Al yang melihat El berdiri tepat didepan gerbang rumah.

Tombol Bel kembali dipencetnya hingga Al terpaksa membukakan pintu karena berisik jika ia terus menekan-nekan tombol bel.

"Bunda kemana, sih. Terpaksa deh gue sendiri yang bukain pintu. Cowok nyebelin itu ngapain lagi pake kesini segala. Tau dari mana dia alamat rumah gue," uring Aleya sambil mengikat rambut pendek miliknya dengan jedai.

Teng! Teng! Teng!

"Iya bentar! Berisik banget," kataku sembari membuka pintu kesal.

"Mau ngapain lo kesini?"

"Kalo ada tamu. Disuruh masuk dulu kek sekalian bikinin teh atau kopi. Bukannya diocehin. Lo kira gue pengemis," jawab El yang nyelonong aja masuk kedalam rumah meninggalkan Al yang masih berdiri di depan gerbang

"Ehh ... Mau kemana lo! ini rumah gue. Enak aja lo maen nyelonong aja enggak sopan banget lo jadi tamu," kataku kesal seraya menarik baju kaos polos El dari belakang.

"Maaf ya wahai pemilik rumah yang terhormat. Berhubung lo enggak nyuruh gue masuk. Jadi gue mandiri aja masuk sendiri. Pegel tau dari tadi berdiri didepan gerbang mana lama lagi, dibukainnya," katanya membuat Al semakin risi dengan keberadaannya.

Dengan raut wajah kesal dengan bodo amatnya Al berlalu ke kamar meninggalkan El sendirian di ruang tamu dengan santai nya El duduk disofa yang terpajang di ruang tamu Al.

Beberapa menit berlalu. Al tak kunjung juga turun dari kamar hingga membuat El suntuk karena dibiarkan sendirian di ruang tamu. Niat El kerumah Al karena ingin sekedar bersilaturahmi pada keluarga Al, karena dulu keluarga mereka sangat dekat.

Mereka mulai kembali asing ketika keluarga Al pindah rumah ke kampung halaman Ayah Al. Tak disangka kini mereka kembali dipertemukan setelah beberapa tahun terpisah.

Kini El ingin kembali membangun tali silaturahmi dengan keluarga Al. Dia ingin kembali seperti dulu. Apalagi ketika orang tua El berpisah. El merasa dunianya hancur seketika, ia benar-benar hilang arah saat itu.