webnovel

Curhatan Hati Tesa

Teng! Teng! Teng!

'Itu pasti Tesa,' pikirku.

Segera aku berlari menuju pintu tanpa memperdulikan El yang tidak kunjung mengembalikan handpone miliku.

Dengan girang Aleya membukakan pintu lalu menarik masuk tangan Tesa hingga ia hampir terjatuh karena Aleya menarik tubuhnya kencang.

Muka datar yang El pasang membuat Al tertawa kecil melihat ekspresinya.

"Kenapa lo? Kek yang ngeliat setan aja," ejek Al lalu mengambil handphonenya dari genggaman El.

Terlihat Tesa malu-malu kucing karena berhadapan langsung dengan El.

"Tesa! Tesa. Jangan cengar-cengir doang. Sana duduk disamping pujaan hati lo," perkataan Al membuat El bingung dengan apa yang dimaksud Al.

"Halo, Kak ..." Tesa yang malu mencoba menyapa El yang terlihat tersenyum tidak nyaman dengan kedatangannya.

"Yaudah kalian ngobrol aja ya berdua. Gue ke kamar dulu," kata Al sebelum meninggalkan El dengan Tesa. Nampaknya El ingin sekali ikut ke kamar saja dengan Al dibanding harus berduaan dengan Tesa di ruang tamu.

El yang tadinya banyak tingkah berubah menjadi pendiam dan resah. Ingin rasanya balik. Tapi tak enak jika meninggalkan Tesa yang baru saja datang.

"Eh. Ada Tesa," kata Bunda yang disambut senyuman oleh Tesa. El akhirnya merasa lega dengan kedatangan Bunda Al yang membawa kue hangat buatannya.

'Akhirnya tante Vita dateng. Sebaiknya aku langsung pamit aja deh,' batinku berkata

"Tante, Tesa. Aku pamit ya. Soalnya kasian Mamah kalo ditinggal sendiri," pamit El dibarengi senyum manisnya yang membuat Tesa tak henti menatapnya.

"Loh. Sebentar banget. Yaudah nanti sering-sering maen kesini. Jangan sungkan kayak sama siapa aja dan jangan lupa salam dari Bunda buat Mamah kamu," kata Tante Vita sembari mengelus punggung El yang sudah berdiri.

"Yah. Padahal aku baru aja nyampe. Kak El malah pulang. Tapi enggak pa-pa deh kasian Mamahnya," kata Tesa mencoba mengerti.

"Maaf ya, Tesa. Saya pulang duluan," kata El sebelum diantar ke depan oleh Bunda Al.

"Sekali lagi. Jangan lupa bilang sama Mamah. Salam dari tante Vita. Doa terbaik untuk kesembuhan Mamah kamu akan selalu Tante panjatkan pada Tuhan," kata Tante Vita seraya mengantarkan El menuju pintu depan tanpa menghiraukan keberadaan Tesa.

"Siap, Tante," jawabnya sebelum berlalu pergi mengendarai sepeda motor punuk unta miliknya.

***

"Kesel deh gue!" Kata Tesa yang nampak kesal sembari mendobrak pintu kamar Aleya.

"Udah dandan cantik-cantik kayak gini eh malah ditinggal gitu aja. Kesel gue. Lagian lo juga kenapa ngabarin gue pas Kak El udah mau pulang. Telat banget," ocehnya tak didengar oleh Al dengan posisi tubuh yang membelakangi dirinya sembari memasang headset dikanan kiri kuping yang tertutup rambut pendeknya.

Sadar bahwa ocehannya itu tak didengar. Tesa langsung mengambil paksa handpone dan headset yang sedang Al gunakan alih-alih agar Al menyadari keberadaan Tesa.

"Apaan sih lo. Gue lagi asik-asiknya dengerin lagu si Mahalini malah lo ambil seenaknya. Siniin hp gue!" Kataku kesal pada Tesa yang sedari tadi memasang muka seperti anak kecil tak dikasih duit jajan.

Perang bantal pun terjadi. Namun, kemudian Tesa kembali menceritakan tentang perasaannya pada Elvano yang ia pendam selama beberapa bulan sebelum Al masuk menjadi bagian siswi dari SMA Putra Utama.

Dimiliki seorang Elvano Praharja Kusuma menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi Tesa Pramita. Bagaimana tidak? Dijadikan Ratu oleh seorang Elvano merupakan impian para siswi SMA Putra Utama namun Tesa pikir itu hal yang mustahil terjadi pada dirinya.

Karena rasa sadar diri yang begitu besar tumbuh di dalam dirinya. Akhirnya Tesa memilih diam dan mengagumi El dari kejauhan. Al dibuat tak habis pikir dengan perasaan yang Tesa pendam selama ini pada El. Diaa tentu sangat menyayangkan jika Tesa harus berhubungan dengan El yang selalu menjadi biang masalah bagi Al.

'Bingung gue. Kenapa siswi SMA Putra Utama pada suka sama si El. Tesa juga kenapa pake ikutan suka segala sama dia, padahal kan El orangnya nyebelin banget tukang rusuh lagi,' batin Al menggerutu seraya mendengarkan curhatan hati sahabat dekatnya yang sedang pilu karena cinta.

Al memutar kedua bola matanya malas pun segera beranjak menuju jendela kamarnya setelah mendengar curhatan Tesa yang membuat Al sedikit kesal dengan perasaan yang Tesa pendam pada El.

"Kek enggak ada cowok lain aja di sekolah kita. Gue emang gak bisa maksain perasaan orang lain. Mau lo suka sama si A ataupun si B itu bukan urusan gue. Tapi. Gue cuma mau ngasih saran jangan mau dibego-begoin sama cinta yang belum tentu menjadi takdir kita," kata Al tegas agar sedikit menyadarkan Tesa yang sepertinya mampu menghalalkan segala cara demi mendapatkan El.

"Iya gue ngerti maksud lo. Tapi gue enggak bisa mendem perasaan ini lagi Al. Walaupun sebenarnya gue sadar memiliki Kak El hanya sebuah ekspetasi yang mustahil menjadi realita. Dan gue juga tau kalo kak El itu suka sama lo," katanya membuat raut wajah Al yang tadinya ngotot menjadi bingung.

"Maksud lo? Mana mungkin si El suka sama gue. Kalaupun emang bener, ya ... Gabakal, lah gue suka sama dia," kataku menolak isi pikiran Tesa.

"Sekarang gue mau tanya satu hal sama lo. Apa yang membuat lo sampe se-ilfil itu sama Kak El? Sebelumnya lo emang udah kenal kan sama Kak El?" tanya Tesa yang juga ikut bangkit dari kasur Al dengan raut wajah penuh penasaran.

"Lo kok pake nanya lagi sih kenapa gue benci banget sama dia? Lo inget gak pas waktu pertama kali gue masuk sekolah? Waktu itu juga El mempermalukan gue didepan semua siswa siswi SMA Putra Utama. Dengan sengaja dia menempelkan kerta yang bertulis. Anak baru nih senggol dong. Itu dibalik punggung gue," kataku kesal jika harus mengingat kembali masa itu.

"Gue inget banget tuh. Terus Kak Raja kan yang cabut kertas itu dari punggung lo," ejek Tesa yang langsung mendapati tatapan melotot dari Al yang tidak terima ia tertawakan.

"Tapi, lo beneran gak bakal suka kan sama dia?" tanyanya ragu.

"Kayaknya lo mesti paham deh mengenai kamus besar hidup Aleya yang ...."

"Yang tidak ada ruang list dalam kamus hidup aleya teruntuk hal percintaan dimasa SMA," lanjut Tesa yang begitu paham apa yang akan Al ucapkan.

"Nah, lo tau. Mangkanya apalagi sih yang mesti lo raguin hah?" tanyaku memastikan bahwa ia benar-benar memahami kamus hidupku

"Jadi, lo setuju kalo gue sama ka El?"

"Menurut gue sih. Selagi gak ngerugiin sekolah dan bisa buat lo bahagia. Gue sih oke-oke aja. Tapi, kalo bisa jangan El deh orangnya," kata Al yang Tesa anggap hanya sebuah ejekan semata.