Sejak tadi pagi keributan terjadi di kediaman Duchess Rissingshire. Keputusan Kaisar untuk mengizinkan pertunangan Duchess Rissingshire—Alexandra telah keluar dan semua orang di kekaisaran telah mendengar itu.
Beritanya sangat heboh, seperti perang telah terjadi, para bangsawan membicarakan tentang pertunangan yang memalukan itu.
"Keluarga Rissingshire sebentar lagi akan musnah." Para lady berbisik dibalik kipas mereka, seringai mengejek terukir di wajah mereka.
Alexandra adalah seorang lady yang menentang aturan di kekaisaran, dia memegang pedang, ikut berperang, dan mengatur Duchy. Di mana para Lady lainnya harus menjaga tata krama mereka, mengikuti kegiatan sosial, menurut pada suami mereka, dan tanpa kekuatan.
Karena itulah Alexandra menjadi bual-bualan para Lady maupun tuan muda yang tidak mampu mendapatkannya.
Berita Alexandra yang bertunangan dengan seorang kesatria bayaran itu membuat mereka tertawa puas, akhirnya Alexandra melakukan hal tercela yang bodoh. Mereka menjadikan ini sebagai gosip murahan dan menghina Alexandra berulang kali
"Kasihan sekali Duchess Rissingshire yang terpaksa bertunangan dengan seorang kesatria bayaran karena tidak ada satu pun bangsawan terhormat yang mau menikah dengannya." Masing-masing dari bangsawan mengejek hal tersebut untuk memuaskan diri mereka sendiri kalau mereka jauh lebih hebat dari keluarga tertua dan berani di kekaisaran Asteorene.
"Kita harus memberikan hadiah untuk menyembuhkan luka Duchess Rissingshire. Dia pasti lagi sangat sedih." Seorang lady dengan rambut tersanggul di belakang berpura-pura mengelap matanya yang tidak berair. Dia mengejek dengan cara sok peduli yang memuakkan.
Tampak sekali kalau dia berpura-pura sedih dengan apa yang terjadi. Tapi dibalik drama yang mereka mainkan, mereka semua menertawakan Duchess Rissingshire yang tidak pernah muncul di pesta teh sosialita. Dia tidak punya teman, dan Alexandra sendiri adalah seorang penentang.
Pagi ini kediaman Duchess Rissingshire begitu sibuk karena begitu banyak hadiah yang datang dari para bangsawan untuk mengucapkan selamat pada Alexandra.
"Lihatlah mereka tidak tahu malu, mereka bahkan dengan sombong mengangkat kepala mereka sambil membawakan hadiah yang tidak seberapa itu."
Alfo yang ada di samping Alexandra mengoceh karena melihat hadiah yang mereka berikan pada Alexandra lebih sederhana dibandingkan hadiah pertunangan yang dilakukan oleh Putri Duke Everson, padahal mereka tahu kalau Rissingshire ada di atas Everson.
"Kau berisik sekali, Alfo. Mereka akan mendapatkan balasannya."
Mata Alexandra melirik malas ke sebelahnya, kemudian dia melihat sesuatu yang menarik ada di depannya. Dia memperhatikan dengan tatapan mata yang tajam.
Berbeda dengan hadiah lain yang datang padanya, ini adalah hadiah yang mendapatkan perhatiannya.
"Salam kepada pemimpin Rissingshire, Duchess Alexandra Rissingshire. Saya Baxter utusan dari Marquis Concher ingin menyampaikan pesan dari Marquis Concher atas pertunangan Anda dengan Tuan Lucian Hutch." Baxter menunduk dan bersikap penuh hormat pada Alexandra yang masih melihatnya dengan dingin.
Semua yang ada di sana merasa terdominasi dengan aura intimidasi Alexandra. Alexandra sendiri sengaja menunjukkan dominasinya agar mereka sadar jika berbuat sombong di depannya, maka mereka yang akan rugi nantinya.
"Katakanlah." Suara yang tegas dan dingin milik Alexandra membuatnya mengangkat tubuh dengan gelisah.
"Marquis Concher mengatakan selamat atas pertunangan Anda, dan sebagai bentuk perhatiannya, Beliau mengirimkan Anda Armor yang dibuat khusus oleh para perajin besi wilayah Concher." Baxter tersenyum lebar. Dia dengan percaya diri mengatakan apa yang dia percayai.
March Concher adalah wilayah yang terkenal dengan kemampuan pandai besi mereka. Mereka sangat ahli mengolah biji besi, karena itulah armor yang terbentuk di sana terkenal memiliki kualitas yang sangat tinggi. Itu adalah unggulan dari wilayah mereka.
Jika Marquis Concher membawakan Armor pada Alexandra, sudah jelas maksudnya kalau dia ingin bekerja sama dengan Duchy Rissingshire, di mana banyak para kesatria hebat, dan paling terkenal adalah kemampuan Alexandra.
"Bawa ke sini."
Mendengar ucapan Alexandra itu, Baxter sangat senang. Dia dan para kesatrianya membawa armor yang berwarna silver yang terlihat begitu indah itu. Di bagian depannya tidak hanya polos, tapi memiliki ukiran naga lambang Rissingshire. Hal seperti ini tentu saja tidak bisa dibuat dengan tergesah-gesa dan sembarangan, sudah jelas kalau sejak lama mereka mempersiapkannya dan menunggu momen yang tepat untuk menunjukkannya pada Rissingshire.
Saat Armor itu sudah ada di dekat Alexandra, mata Alexandra meneliti armor tersebut dengan sangat baik. Dia tersenyum melihat keindahan dan ketelitiannya dalam pembuatan armor ini. Ini adalah armor yang memiliki daya tahan kuat.
"Berikan pedangmu." Alexandra mengulurkan tangannya, meminta pedang yang tergantung di pinggang kiri kesatria Concher yang memegang singgasana armor.
Kesatria itu belum memberikannya, ketika dia melihat mata Alexandra berkedut dengan menelan salivanya, dia langsung memberikan pedangnya dengan gelisah.
Jantung mereka berdebar kencang, mereka waspada dengan siap sedia menarik pedang dari sarung pedang mereka.
Melihat Alexandra yang berambut merah berjalan semakin mendekat, membuat mereka ketakutan, kemudian tangan Alexandra bergerak dengan cepat dan ....
Clang!
Pedang itu mengenai armor yang mereka pegang. Sudut mata Alexandra yang tajam itu membuat mereka gemetar, mereka pikir nyawa mereka akan melayang. Mulut mereka terbuka dan mereka sama sekali tidak bisa bernapas sama sekali.
Aura yang keluar itu sangat menakutkan, mereka melihat mata berkilat alexandra yang seperti naga. Kalau mereka melawan Alexandra, tentu saja mereka akan kalah.
Ternyata Alexandra sang monster perang sedang mengetes kekuatan armor yang menjadi hadiahnya.
Dia tersenyum dan melihat ke arah Baxter.
"Sampaikan terima kasihku pada Marquis Concher atas hadiahnya."
Baxter menunduk sambil tersenyum. Hari ini dia akan pulang ke March Concher dengan perasaan sangat bahagia. Mereka akan mengalami kerjasama yang baik dan saling menguntungkan.
Setelah semua utusan dari keluarga bangsawan lain pulang, Alfo yang sejak tadi ada di sebelah Alexandra mengelap keringatnya.
"Duchess, anda membuat takut yang lainnya."
Alfo bicara dengan ketegangan yang masih dia rasakan.
"Haruskan aku bermulut manis pada mereka?" tanya Alexandra acuh. "Kau sendiri mengoceh karena hadiah yang mereka berikan seperti menghina aku."
Alfo terdiam, dia memang melakukan itu karena amat kesal.
"Aku sudah mengingat semuanya. Kau ingat keluarga mana saja yang menertawakan Rissingshire?" tanya Alexandra dengan menakutkan yang mengancam.
"Sudah."
Alfo sangat memahami pemimpin yang dia kayani ini. Ucapannya yang singkat selalu serius, terlebih mengenai harga dirinya. Alexandra memiliki pikiran tajam untuk tidak di rendahkan.
Dengan begitu Alexandra berdiri dari singgasananya. Mereka yang tidak sadar diri dengan apa yang mereka perbuat akan ada di bawah kakinya, sedangkan mereka yang sadar akan ada di sampingnya.
Mereka sendiri yang menentukan, mereka sendiri yang menerima balasannya.
Alexandra berjalan menuju ruangannya untuk beristirahat sebelum bertemu Lucian nanti sore. Itu adalah hal yang paling dia tunggu hari ini.